Asap Kebakaran Lahan Gambut Ganggu Kesehatan Warga
Asap kebakaran ratusan hektar lahan gambut di Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara mulai berdampak terhadap kesehatan warga di sekitar lokasi. Sejumlah warga sesak napas, bayi serta balita pun batuk dan flu.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KOLAKA TIMUR, KOMPAS - Asap kebakaran ratusan hektar lahan gambut di Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, hingga Selasa (3/9/2019) mulai berdampak terhadap kesehatan warga di sekitar lokasi. Sejumlah warga sesak napas, bayi serta balita pun terserang batuk dan flu. Penanganan menyeluruh mendesak agar dampak tidak semakin meluas.
Di Kecamatan Mowewe, Kolaka Timur, misalnya, sejumlah warga memeriksakan kesehatan ke Puskesmas karena sesak menghirup asap. Bau dan pekatnya asap membuat warga batuk, sesak, hingga nyeri di dada.
Risman (38), warga Kelurahan Horodopi, Mowewe, menuturkan, sudah tiga hari terakhir sesak napas dan nyeri dada. Ia terpaksa tidak beraktivitas di kebun dan sawah karena nyeri di dada terus bertambah.
"Utamanya kalau subuh itu asap dan bau sangat menyengat. Tadi saya kasih tahu istriku, ini asapnya tambah pekat, dada semakin sesak. Makanya hari ini saya pergi periksa," ucap ayah dua anak ini, saat ditemui di Puskesmas Mowewe.
Menurut Risman, bau menyengat dan asap pekat semakin bertambah dua hari terakhir. Padahal, kediamannya berjarak sekitar lima kilometer dari lokasi lahan terbakar. Berpuluh tahun tinggal di wilayah ini, baru kali ini asap kebakaran begitu mengganggu.
Kebakaran lahan, tambah petani ini, terus terjadi beberapa tahun terakhir. Dua tahun lalu, kebakaran lahan juga terjadi dengan intensitas lama dan dampak yang besar. Akan tetapi, dampak kebakaran baru kali ini masuk hingga tempat tinggalnya.
Ati Mustafa (36), warga lain menuturkan hal serupa. Asap pekat saat pagi hari membuat anak bungsunya batuk dan flu akut.
Dua tahun lalu, kebakaran lahan juga terjadi dengan intensitas lama dan dampak yang besar. Akan tetapi, dampak kebakaran baru kali ini masuk hingga tempat tinggalnya.
"Sudah dua hari ini si bungsu batuk dan ingusan begini. Bagaimana tidak kalau pagi itu baunya tajam sekali. Asap juga sampai ke rumah, tapi tidak terlalu tebal," tambah Ati sambil menggendong Fadillah, bayinya yang berusia 13 bulan.
Di Kecamatan Mowewe, yang berjarak sekitar 3,5 jam dari Kota Kendari, asap tidak begitu terlihat. Meski demikian, bau asap tercium jelas. Asap mulai datang kembali pada malam hingga dini hari.
Kepala Puskesmas Mowewe Selvina Lakasa menuturkan, sejumlah warga teridentifikasi mengalami sesak, batu, dan flu beberapa hari terakhir. Warga mulai terkena gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat menghirup asap selama beberapa hari terakhir.
Asap kebakaran lahan, tambah Selvina, akan semakin berbahaya jika terus menerus masuk ke pemukiman dan terhirup masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya mengantisipasi dengan mulai membagikan masker dan mengimbau warga segera memeriksakan kesehatan.
Adapun kebakaran lahan terjadi di Kolaka Timur lebih dari seminggu terakhir. Sekitar 200 hektar lahan terbakar dan setiap hari terus bertambah. Api sulit dipadamkan karena lahan yang terbakar merupakan lahan gambut yang merupakan bagian dari situs lahan basah dunia atau Situs Ramsar.
Kepala Operasi Manggala Agni Sulawesi Tenggara Yanuar Fanca Kusuma menyampaikan, kebakaran terus meluas dan merata hingga lebih dari 200 hektar. Api terus melalap lahan gambut sehingga sulit dipadamkan.
"Kami terus berupaya memadamkan api. Akan tetapi, karena personel terbatas, sumber air yang jauh, juga cuaca panas, disertai angin kencang, pemadaman menyeluruh sulit dilakukan," tutur Fanca.
Menurut Fanca, selain di Kolaka Timur, kebakaran lahan juga terjadi di tiga wilayah lain, yaitu Konawe, Konawe Selatan, dan sebagian kecil Kota Kendari. Pihaknya masih menunggu inisiatif pemerintah terkait status siaga kebakaran hutan.
Bupati Kolaka Timur Tony Herbiansyah menyampaikan, pihaknya telah berupaya membantu untuk memadamkan api. Pembuatan kantung-kantung air, juga mendatangkan alat berat segera dilakukan. Hal itu untuk menahan laju api, sekaligus mempercepat pemadaman.
"Kami juga telah menetapkan status siaga darurat karhutla meski dampak dari kejadian ini belum begitu besar. Semoga secara bertahap bisa segera tertangani," ucapnya.