PB Jaya Raya memberikan penghargaan kepada empat atlet mereka yang menyumbangkan medali pada Kejuaraan Dunia 2019.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Berbagai penghargaan diterima Hendra Setiawan sebagai juara dunia ganda putra 2019, salah satunya dari klub yang membesarkannya, PB Jaya Raya. Prestasi yang diperoleh Hendra dalam usia 35 tahun itu diharapkan menjadi motivasi untuk pemain-pemain muda salah satu klub bulu tangkis besar di Indonesia itu.
Penghargaan diberikan bersamaan dengan acara ulang tahun ke-58 PT Pembangunan Jaya sebagai pendiri PB Jaya Raya di PB Jaya Raya, Bintaro, Tangerang Selatan, Selasa (3/9/2019). Selain pengurus, pelatih, dan pemain-pemain Jaya Raya, hadir pula perwakilan pengurus PBSI dan mantan-mantan pebulu tangkis Indonesia, seperti Christian Hadinata, Finarsih, dan Nitya Krishinda Maheswari.
Sebagai juara dunia, bersama Mohammad Ahsan (PB Djarum), Hendra menerima bonus Rp 500 juta. Para peraih perunggu kejuaraan dunia dari Jaya Raya, yang tak hadir karena bertanding di Taiwan Terbuka, juga mendapat penghargaan. Mereka adalah Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan Muhammad Rian Ardianto yang masing-masing menerima hadiah Rp 125 juta. Rian meraih perunggu bersama Fajar Alfian (SGS PLN Bandung).
Selain itu, klub yang berdiri sejak 1975 ini juga memberikan penghargaan kepada pelatih ganda putra pelatnas, Herry Iman Pierngadi, sebesar Rp 50 juta dan pelatih ganda putri Eng Hian (Rp 30 juta).
Ketua Dewan Pengurus Yayasan Pembangunan Jaya Raya Agus Lukita mengatakan, Jaya Raya memiliki tradisi memberi penghargaan kepada atlet yang meraih prestasi pada kejuaraan yang tak menyediakan hadiah uang, di antaranya kejuaraan dunia. Kejuaraan level tertinggi dalam struktur turnamen Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) ini hanya menyediakan poin peringkat.
”Selamat kepada Hendra yang menjadi juara dunia di usia 35 tahun. Dia sudah empat kali menjadi juara dunia. Ini harus menjadi motivasi bagi pemain-pemain muda Jaya Raya,” ujar Ketua Umum PB Jaya Raya Rudy Hartono.
Hendra, yang empat kali menjadi juara dunia (tiga kali bersama Ahsan dan sekali bersama Markis Kido), juga berharap prestasi yang diraihnya bisa menjadi motivasi untuk atlet muda.
”Saya sendiri masih akan main, belum ada rencana pensiun. Saya masih ingin berprestasi bersama Ahsan. Kami ingin juara Olimpiade karena itu yang belum pernah diraih dengan Ahsan,” kata Hendra, juara Olimpiade Beijing 2008 bersama Kido.
Dengan status juara dunia, juara All England, dan juara Selandia Baru Terbuka pada 2019, Hendra/Ahsan menempati peringkat kedua dunia di bawah Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Mereka berada di atas ganda muda, Fajar/Rian, yang menempati posisi keenam.
Jika minimal dua dari tiga pasangan itu bertahan pada peringkat delapan besar hingga akhir masa kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, pada April, Indonesia berhak atas kuota maksimal dua pasangan. Namun, PBSI belum menentukan indikator untuk memilih dua pasangan tersebut.
”Masih ada ada waktu sampai April. Biarkan mereka bersaing, yang penting Indonesia meloloskan dulu semua pemain ganda putra ke delapan besar. Nanti tinggal memilih. Selain peringkat dunia, mungkin ada pertimbangan lain tentang peluang meraih emas. Yang pasti, akan dipilih yang terbaik karena ganda putra menjadi andalan,” tutur Susy.
Hendra berharap, pemilihan wakil untuk Olimpiade dipilih berdasarkan peringkat akhir. ”Peringkat dunia kan sudah menandakan prestasi, sudah menjadi tanda kerja keras atlet,” kata Hendra yang bersama Ahsan tersingkir pada penyisihan grup, Olimpiade Rio de Janeiro 2016.