Serena Williams mencapai final ke-10 di Grand Slam Amerika Serikat Terbuka setelah mengalahkan Elina Svitolina. Namun, untuk meraih gelar ke-24 di ajang Grand Slam, Serena harus mengalahkan Bianca Andreescu di final.
Oleh
yulia sapthiani
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Kemenangan atas Elina Svitolina di semifinal mengantarkan Serena Williams pada final ke-10 di Grand Slam Amerika Serikat Terbuka. Serena akan berebut gelar juara dengan petenis berusia 19 tahun, Bianca Andreescu (Kanada).
Dalam semifinal yang digelar di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Kamis (5/9/2019) malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia, Serena menang, 6-3, 6-1, atas Svitolina. Sementara, Andreescu menang atas Belinda Bencic (Swiss), 7-6 (3), 7-5.
Kemenangan Serena menyejajarkan namanya dengan legenda tenis putri, Chris Evert, yang menang 101 kali di AS Terbuka. Serena tampil pada Grand Slam lapangan keras ini sejak 1998. Sementara Evert bermain pada 1971-1989.
”Impresif, saya bisa menyamai Chrissie,” ujar Serena di hadapan 23.000 penonton di stadion, salah satunya Evert.
”Saya tak dapat melakukan ini tanpa dukungan penonton. Kalian ada di sini selama 20 tahun dan saya pun masih di sini,” lanjut Serena.
Sejak menjalani debut di AS Terbuka pada 1998, Serena lolos ke final 10 kali, termasuk pada tahun ini. Dia memperoleh enam gelar juara, pada 1999, 2002, 2008, 2012, 2013, dan 2014. Sementara di semua ajang Grand Slam, Serena 33 kali mencapai final.
Final melawan Andreescu pada Sabtu sore waktu New York atau Minggu dini hari waktu Indonesia menjadi upaya Serena untuk merebut gelar Grand Slam ke-24. Gelar terakhir dari Grand Slam didapat pada Australia Terbuka 2017, sedangkan dari AS Terbuka pada 2014.
Jika membawa pulang trofi juara dari Flushing meadows kali ini, petenis berusia 37 tahun itu akan menyamai prestasi mantan petenis Australia, Margaret Court, sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak di nomor tunggal. Court mengumpulkan 24 gelar pada 1960-1973.
Start lambat
Serena mengawali penampilan dengan lambat. Dia menghadapi enam break point dalam tiga servis pertamanya pada babak pertama. Setelah menemukan ritme permainannya, Serena tak tertahankan. Svitolina, semifinalis Wimbledon, membuat 34 winner dalam pertandingan selama 1 jam 10 menit. Itu menjadi bagian dari 66 poin yang didapat dalam permainan sebanyak 16 gim.
”Saya tahu Svitolina bisa bermain dengan baik. Dia tampil dalam dua semifinal beruntun di Grand Slam. Saya berusaha untuk keluar dari start yang lambat dan berusaha bertahan,” kata Serena.
Bagi Svitlolina, kekalahan kelima dari tujuh pertemuan dengan Serena ini menggagalkannya menjadi petenis Ukraina kedua, setelah Andrei Medvedev, yang tampil pada final tunggal Grand Slam. Medvedev tampil pada final Perancis Terbuka 1999, tetapi kalah dari Andre Agassi.
Meski sempat memberi tekanan pada awal permainan, Svitolina kesulitan sejak pertengahan set pertama hingga set kedua. ”Pada momen penting, Serena selalu bisa meningkatkan level permainannya. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Kekuatannya dalam memukul bola selama pertandingan tak pernah hilang. Itu yang membuat dia menjadi legenda,” kata petenis peringkat kelima dunia tersebut.
Laga ketat
Pada laga lain, Andreescu memenangi semifinal dalam laga ketat yang diwarnai reli-reli panjang. Beberapa persaingan memperebutkan satu gim, bahkan, berlangsung hingga tujuh menit.
Andreescu memenangi laga itu setelah tertinggal 2-5 pada set kedua, lalu berbalik menang dengan merebut lima gim beruntun. Setelah bertanding selama 2 jam 13 menit, Andreescu pun tampil pada final pertamanya di Grand Slam. Ini dicapai pada penampilan pertamanya pada babak utama AS Terbuka. Pada dua keikutsertaan sebelumnya di Flushing Meadows, Andreescu tersingkir pada babak pertama kualifikasi. Setahun lalu pula petenis yang saat ini berperingkat ke-15 dunia itu berada pada posisi ke-209.
”Saya tak tahu harus berkata apa. Jika tahun lalu ada yang berkata bahwa saya akan tampil di final AS Terbuka tahun ini, saya akan berkata dia gila. Namun, saya telah bekerja keras dan final melawan Serena di Grand Slam adalah mimpi yang menjadi nyata,” ujar Andreescu dalam wawancara dengan ESPN. (AFP)