Jarak Pandang Kota Pekanbaru 800 Meter, Sekolah Diliburkan
Kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di wilayah Provinsi Riau menyebabkan jarak pandang dan kualitas udara di Kota Pekanbaru semakin memburuk.
PEKANBARU, KOMPAS — Kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di wilayah Provinsi Riau menyebabkan jarak pandang dan kualitas udara di Kota Pekanbaru semakin memburuk. Pada Selasa (10/9/2019) pagi, jarak pandang sempat menyentuh angka terendah selama tahun 2019, yaitu 800 meter, dengan kondisi indeks standar pencemaran udara (ISPU) sangat tidak sehat.
Udara buruk dengan konsentrasi partikulat PM 10 di atas angka 200 membuat bernapas terasa lebih berat dan sesak. Bau asap bekas kebakaran semakin terasa tercium saat bernapas.
Eksekutif General Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Prastyo Yogi mengakui jarak pandang sempat menyentuh di bawah 1.000 meter. Namun, kondisinya fluktuatif atau naik turun. Meski demikian, penerbangan keberangkatan dan kedatangan pesawat dari dan ke Pekanbaru masih berjalan normal.
”Bandara SSK II Pekanbaru memiliki alat ILS (instrument landing system, peralatan yang mendukung pendaratan pesawat saat malam, hujan, atau kondisi udara buruk) sehingga (pendaratan pesawat) masih aman untuk jarak pandang 800 meter sampai 1.000 meter,” tutur Yogi.
Pada Selasa pagi, puluhan anggota komunitas pencinta olahraga Pekanbaru melakukan aksi protes di Bundaran Tugu Nol Kilometer di Pekanbaru. Selain membentangkan poster, kelompok komunitas olahraga sepeda dan lari ini membagikan masker kepada pengendara yang lewat.
Kami dari komunitas olahraga sepeda, lari, dan triatlon Pekanbaru sangat prihatin terhadap kondisi asap yang semakin parah. Dengan kondisi seperti ini, kami semakin sulit berolahraga. Hari ini kami menyampaikan protes dan ingin pemerintah mendengar keluhan rakyat.
Dalam poster yang disampaikan terdapat kalimat protes lugas, tetapi ada pula yang bernada lucu dan memelas. Misalnya terdapat poster yang memanjangkan kata ”RIAU” dengan ”Rakyat Ingin Asap Undur-diri”. Ada pula poster yang berbunyi ”Festival Merokok Gratis Pekanbaru ke-23” dan ”Di mana Bumi Dipijak, di Pekanbaru Asap Dijunjung”.
”Kami dari komunitas olahraga sepeda, lari, dan triatlon Pekanbaru, sangat prihatin terhadap kondisi asap yang semakin parah. Dengan kondisi seperti ini, kami semakin sulit berolahraga. Hari ini kami menyampaikan protes dan ingin pemerintah mendengar keluhan rakyat,” kata Wan Novriza Wijaya dari Komunitas Dokter Doyan Run atau KedodoRun.
Baca juga: Kabut Asap, Ribuan Warga Pekanbaru Tetap Beraktivitas di Luar Ruang
Memburuknya udara Kota Pekanbaru juga berimbas kepada kegiatan sekolah. Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru akhirnya mulai meliburkan seluruh murid SD dan SMP untuk hari Selasa dan Rabu (11/9/2019).
Kian buruk
”Tadi pagi, masih ada siswa yang datang ke sekolah, tetapi sudah diinformasikan untuk pulang. Kami akan mengevaluasi kondisi asap selama dua hari. Jika masih pekat, akan ada instruksi selanjutnya,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Jamal Maladi di Pekanbaru.
Meski siswa diliburkan, tambah Jamal, sekolah sudah meminta orangtua murid mengawasi anaknya untuk belajar sendiri di rumah. Orangtua juga diminta untuk melarang anaknya bermain di luar ruangan.
Tadi pagi, masih ada siswa yang datang ke sekolah, tetapi sudah diinformasikan untuk pulang. Kami akan mengevaluasi kondisi asap selama dua hari. Jika masih pekat, akan ada instruksi selanjutnya.
Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yulani Nasir yang dihubungi secara terpisah mengatakan belum dapat mengaitkan memburuknya kualitas udara di beberapa wilayah Riau dengan peningkatan jumlah penderita penyakit terdampak asap. Pada pekan pertama September, data penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) se-Riau mencapai 4.306 orang.
Baca juga: Kualitas Udara Pekanbaru Memburuk
Pada Agustus, kata Mimi, penderita ISPA mencapai 29.346 orang. Angka itu justru menurun dibandingkan dengan kondisi kuartal pertama 2019 (musim kemarau pertama Riau) yang rata-rata sebanyak 40.000 penderita.
”Sejak Mei sampai Agustus (2019), angka penderita ISPA bergerak stabil di antara 27.000 sampai 30.000 orang. Memburuknya udara di Pekanbaru dan beberapa daerah lain baru terjadi di awal September. Jadi, belum dapat dilihat peningkatannya. Namun, kami sudah meminta seluruh puskesmas di daerah bersiaga terhadap kondisi penyakit akibat asap,” kata Mimi.
Secara umum, kata Mimi, terdapat penurunan jumlah penderita ISPA selama tiga tahun terakhir. Pada 2016, jumlah penderita mencapai 720.000 orang dan kemudian menurun menjadi 565.000 (2017) dan 529.000 (2018). Sepanjang 2019, dari Januari sampai awal September, jumlah penderita mencapai 281.000 orang.
”Dari data tersebut, kondisi penderita ISPA per tahun menunjukkan perbedaan. Namun, secara rata-rata angka penderita selama 12 bulan dalam tahun yang sama berfluktuasi dengan angka tidak terlalu besar. Menurunnya angka ISPA pada 2019 dapat disebabkan kesadaran masyarakat yang sudah lebih baik atau ada peningkatan layanan kesehatan di daerah,” tutur Mimi.
Mimi menambahkan, penderita penyakit terdampak asap selama 2019 yang paling besar terdapat di Kota Pekanbaru. Di Pekanbaru, penderita ISPA mencapai 7.377 orang, sementara daerah lainnya mengecil, seperti Siak (4.616), Kampar (4.152), dan Dumai (3.932). Jumlah penderita asma terbanyak juga di Pekanbaru (1.075), disusul Siak (213), Pelalawan (129), dan Kampar (73).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Riau Edwar Sanger mengungkapkan, pada Selasa pagi, seluruh anggota Satgas Karhutla Riau kembali melakukan rapat evaluasi dan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Keputusan rapat meminta optimalisasi dari berbagai lini.
”Keputusan rapat tadi, BNPB akan mengoptimalisasikan pemakaian empat helikopter yang sekarang menganggur di Pekanbaru karena izin pinjam pakai sudah habis. Kemudian BNPB akan meminta Pertamina agar dapat menyediakan bahan bakar avtur untuk helikopter di dekat lokasi kebakaran lahan. Dengan demikian, helikopter tidak harus mengisi bahan bakar ke Pekanbaru,” papar Edwar.
Edwar mengatakan, saat ini proses pemadaman lewat darat menjadi prioritas di lapangan. Karena hanya dua helikopter yang tersedia untuk membantu pemadaman dari udara.
Dari pemantauan satelit pengindera cuaca pada Senin pagi, terdapat 598 titik panas di seluruh Pulau Sumatera. Jambi memiliki titik terbanyak, yaitu 241, disusul Sumatera Selatan (170) dan Riau (138).
”Kondisi asap di Pekanbaru hari ini memang lebih pekat. Sebagian asap berasal dari kebakaran di Riau, tetapi sebagian lagi merupakan kiriman dari kebakaran di Jambi dan Sumsel,” kata Edwar.
Baca juga: Misteri Luas Kebakaran Hutan di Riau