Ratusan pegawai PT Dirgantara Indonesia melaksanakan shalat Ghaib atas berpulangnya Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie. Namanya akan selalu harum sebagai motivator industri dirgantara Tanah Air.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Ratusan pegawai PT Dirgantara Indonesia melaksanakan shalat Ghaib atas berpulangnya Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie, di Masjid Habiburrahman, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/9/2019). Namanya akan selalu harum sebagai motivator industri dirgantara Tanah Air.
Shalat Ghaib digelar setelah melakukan shalat Dzuhur. Masjid yang berada di kompleks PT Dirgantara Indonesia (DI) itu juga diresmikan oleh Habibie pada 11 Maret 1994. Saat itu, Habibie menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi. Di atas prasasti peresmian masjid, terukir nama Habibie dan istrinya, Hasri Ainun Habibie.
”Kami mendoakan Pak Habibie mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Kebetulan masjid ini juga diresmikan oleh beliau,” ujar Manajer Komunikasi Perusahaan dan Promosi PT DI Adi Prastowo.
Karya besarnya banyak hadir di PT DI. Salah satu karya Habibie, pesawat N-250, masih mulus tersimpan di hanggar PT DI. Pesawat turboprop dengan kapasitas 50-70 penumpang itu terbang perdana pada 1995. Berteknologi fly by wire, pesawat ini paling canggih di kelasnya, bahkan hingga bertahun-tahun kemudian.
Akan tetapi, akibat krisis ekonomi pada 1997, pendanaan proyek N-250 terganggu. Imbasnya, proyek pesawat dengan rentang sayap 28 meter itu berhenti sehingga tidak diproduksi. Menurut rencana, pesawat itu akan dibawa ke Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta.
Menurut Adi, meskipun proyeknya terhenti, penerbangan N-250 telah membuka mata dunia tentang kemampuan bangsa Indonesia dalam mengembangkan teknologi industri pesawat terbang. ”Lewat karyanya, Pak Habibie menjadi motivator bagi generasi penerus di dunia kedirgantaraan,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Sekretaris Perusahaan PT DI Irlan Budiman mengatakan, terhentinya proyek pesawat N-250 tak lantas mengubur semangat Habibie. Semangat itu diteruskan PT DI dengan tetap berkarya di bidang dirgantara. Sejak 2007, PT DI melakukan riset pesawat N-219. Proses sertifikasinya ditargetkan selesai tahun ini.
Meskipun proyeknya terhenti, penerbangan N-250 telah membuka mata dunia tentang kemampuan bangsa Indonesia dalam mengembangkan teknologi industri pesawat terbang.
”Proyek ini tidak meneruskan N-250. Namun, semangat Pak Habibie yang kami teruskan. Berkarya di bidang dirgantara untuk membanggakan bangsa,” ujarnya.
Ucapan dukacita juga disampaikan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi. Dia menganggap Habibie sebagai tokoh inspirasi bagi kemajuan teknologi di Indonesia.
”Sangat banyak karya nyata yang telah beliau persembahkan untuk kemajuan Indonesia. Pak Habibie menjadi panutan bagi para ilmuwan dan generasi muda dari masa ke masa,” ujarnya.