Saat dimakamkan, wajah Habibie terlihat tersenyum. Waktu Ainun meninggal, Habibie berkata, ”Saya tidak lagi takut mati karena andaikan sampai waktunya nanti, saya tahu yang akan menemui saya pertama adalah Ainun.”
Oleh
Sharon patricia
·3 menit baca
”Tadi saya lihat wajah almarhum Pak Habibie tersenyum. Haru rasanya,” ujar Irwansyah (40), petugas pemakaman yang turun langsung ke liang lahad bersama Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.
Terik matahari seketika terselimuti awan. Embusan angin pun langsung terasa ketika jasad Presiden ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, pada Kamis (12/9/2019) siang.
Makam Habibie yang bersebelahan langsung dengan mendiang istri, Hasri Ainun Besari, dipersiapkan oleh Irwansyah bersama sembilan petugas pemakaman lainnya. Sejak kemarin malam, setelah maghrib, para petugas menyiapkan liang lahad.
”Kami buat lubang sebagus mungkin untuk Pak Habibie, kami tata rapi. Ini merupakan bentuk cinta dan penghargaan tertinggi yang akan selalu dikenang, akan jadi cerita juga buat cucu-cucu saya nanti,” kata Irwansyah yang telah bekerja selama 15 tahun.
Butuh waktu lebih dari tiga jam untuk menyiapkan lubang sedalam 1,5 meter pada Rabu malam. Meski hingga larut malam, para petugas mengaku tidak kelelahan menyiapkan tempat terakhir bagi Bapak Teknologi, sang inspirator bangsa.
”Tanahnya lembut sekali dan enggak ada batunya. Jadi waktu kemarin kami gali itu, sama sekali enggak ada rasa capek, padahal sampai sekitar pukul 22.30 kami galinya,” ujar Isa Ansori, tim petugas pemakaman.
Selain bersebelahan langsung dengan istri, makam Habibie juga berada dekat dengan mantan Menteri Riset dan Teknologi Zuhal yang telah berpulang pada 2015. Zuhal merupakan menteri di era pemerintahan Habibie.
Menurut Isa, posisi makam Zuhal merupakan rekomendasi dari Habibie. ”Pak Zuhal itu, kan, anak didiknya Pak Habibie. Jadi, waktu itu sempet Pak Habibie minta makamnya berada dekat miliknya, di bagian bawah sebelah kiri,” ujarnya.
Menginspirasi
Kecintaan Habibie kepada Ainun memang sudah tidak diragukan, bahkan sejak Ainun meninggal pada 22 Mei 2010. Habibie pun mengatakan, ”Saya tidak lagi takut mati karena andaikan sampai waktunya nanti, saya tahu yang akan menemui saya pertama adalah Ainun.”
Saya tidak lagi takut mati karena andaikan sampai waktunya nanti, saya tahu yang akan menemui saya pertama adalah Ainun.
Para petugas pemakaman melihat langsung keteladanan Habibie yang selalu mengunjungi makam Ainun pada 100 hari pertama, bahkan setelahnya tetap rutin berziarah setiap Jumat. Kalaupun tidak datang, itu dengan alasan sakit dan tetap ada perwakilan keluarga yang ziarah.
Bagi Irwansyah, rasa cinta Habibie kepada mendiang istri telah menjadi teladan untuk mencintai pasangan sehidup semati. ”Benar-benar teladan. Saya ingin seperti beliau,” ucapnya.
Irwansyah menceritakan, setiap kali ziarah, Habibie selalu mengenakan baju koko putih, membawa bunga melati dan sedap malam, serta mengalungkan tasbih di nisan Ainun. Selama dua jam setiap Jumat pagi, Habibie membacakan yasin untuk Ainun.
Saudi (30), petugas pemakaman, juga memiliki pengalaman manis dengan Habibie. Selain ramah, kesetiaan Habibie kepada Ainun telah menjadi inspirasi.
”Sudah enggak ada aja, cinta Pak Habibie masih luar biasa, bagaimana pas hidupnya. Ini menjadi pelajaran tersendiri buat saya,” kata Saudi.
Sudah enggak ada aja, cinta Pak Habibie masih luar biasa, bagaimana pas hidupnya. Ini menjadi pelajaran tersendiri buat saya.
Saudi juga mengingat Habibie sebagai sosok yang ramah. Setiap bertemu, selalu bersalaman dan tak jarang Habibie menanyakan keadaan para petugas pemakaman.
Sampai tuntas
Tak hanya menggali, para petugas pemakaman pun bertanggung jawab menutup hingga membenahi kubur Habibie. Tanggung jawab ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.
”Kebanggaan untuk bekerja di Taman Makam Pahlawan itu pasti karena cuma di sini para petugas dapat memakamkan para tokoh nasional,” kata Saudi.
Irwansyah menuturkan, untuk makam tokoh nasional, setelah pengerukan, tanah tidak diinjak untuk memadatkannya. Begitu pula dengan makam Habibie, tanahnya akan dibiarkan padat secara alami, seminggu kemudian baru dipasang kijing.
”Ini sebagai bentuk penghormatan bahwa yang meninggal adalah seorang presiden yang pernah memimpin negara ini. Kami akan kerjakan sampai tuntas (merapikan makam Habibie),” ujar Irwansyah.