Mentoring UMKM di Tengah Bayang-bayang Resesi Global
Indonesia bersama ASEAN berupaya meningkatkan kapasitas dan kualitas UMKM agar bisa masuk rantai pasok nilai global. UMKM juga diharapkan mampu menjadi tulang punggung ekonomi di kala resesi global membayangi.
Usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Kapasitas dan kualitas UMKM perlu ditingkatkan agar perekonomian domestik semakin kuat.
Indonesia bersama negara-negara anggota ASEAN yang lain berupaya memperkuat UMKM. Salah satunya melalui pelatihan berbasis mentor pada dan antar-pelaku UMKM. Pelatihan itu berada dalam kerangka ASEAN Mentorship for MSEs (AMEN).
”Di Indonesia, yang menjadi mentor adalah pelaku UMKM yang telah diseleksi untuk membagikan ilmunya kepada pelaku UMKM lainnya,” kata Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Victoria br Simanungkalit di Jakarta, Kamis (12/9/2019).
AMEN merupakan salah satu wujud kemitraan pemerintah dan swasta (public private partnership) di 10 negara anggota ASEAN. Indonesia, Malaysia, dan Filipina menjadi negara percontohan penerapan AMEN bagi negara anggota ASEAN lainnya.
Di Indonesia, yang menjadi mentor adalah pelaku UMKM yang telah diseleksi untuk membagikan ilmunya kepada pelaku UMKM lainnya.
ASEAN Business Advisory Council (ABAC) turut berperan dalam program yang berlangsung sejak Maret 2019 ini. Japan-ASEAN Integration Fund mendanai AMEN sebesar 347.397 dollar AS.
Dalam kerangka kerjanya, AMEN diharapkan berdampak pada penguatan kinerja kewirausahaan di ASEAN. Indikator keberhasilan program itu adalah 30 persen pelaku UMKM yang menjadi peserta dapat naik kelas. Selain itu, melalui program itu, sebanyak 50 jenis pekerjaan baru dapat tercipta.
Menurut Victoria, AMEN dapat menjadi kesempatan bagi pelaku UMKM Indonesia meningkatkan ekspor ke pasar ASEAN. AMEN menjadi wadah berbagi terkait pengetahuan pasar ASEAN.
”Harapannya, mentor mampu mengedukasi mentee-nya agar dapat menyesuaikan produknya dengan spesifikasi dan kualifikasi persyaratan di negera tujuan ekspor,” katanya.
Baca juga: UMKM Makin Digital dan Intensif Ekspor
Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) menyebutkan, keterlibatan UMKM Indonesia dalam rantai pasok nilai global masih rendah. Dari 62,92 juta total UMKM di Indonesia, hanya 6,3 persen yang mampu masuk rantai pasok nilai global.
Keterlibatan UMKM Indonesia dalam rantai pasok nilai global masih rendah. Dari total jumlah UMKM di Indonesia, hanya 6,3 persen yang mampu masuk rantai pasok nilai global.
Indonesia masih kalah jauh dari Malaysia dengan 46,2 persen UMKM telah masuk rantai pasok nilai global, Thailand (29,6 persen), Filipina (20,1 persen), dan Vietnam (21,4 persen).
Selain itu, kontribusi UMKM di Indonesia terhadap ekspor nasional juga masih rendah, yaitu 15,8 persen atau senilai 23 miliar dollar AS dari total ekspor nonmigas. Indonesia masih tertinggal dari UMKM Thailand dan Vietnam yang masing-masing berkontribusi sebesar 29,5 persen dan 20 persen.
Untuk itu, Indonesia berupaya memperbaiki kinerja UMKM terhadap ekspor nonmigas dengan menerapkan AMEN. Kini Indonesia tengah merumuskan modul pelatihan yang berada di tingkat ASEAN. Sementara Malaysia sudah menyesuaikan modul pelatihan dan siap diimplementasikan.
”Kami akan mengadopsi sejumlah aspek dalam modul tersebut, tetapi dengan memprioritaskan kearifan lokal,” ucap Victoria.
Modul pelatihan tersebut terdiri dari pola pikir kewirausahaan dan pemasaran, kanvas model bisnis, pengelolaan operasional, digitalisasi, serta rantai pasok dan rantai nilai global. Selain itu, modul tersebut mencakup juga pengelolaan keuangan dan akuntansi wirausaha, sumber daya manusia dan manajemen organisasi, pasar berbasis inovasi, serta etika dan tata kelola.
Menurut Victoria, AMEN juga menjadi kesempatan bagi pelaku UMKM meningkatkan kapasitas diri dalam pemanfaatan teknologi digital. Pemerintah telah membangun infrastruktur komunikasi hingga internet dapat mencapai desa-desa.
”Melalui internet, pelaku UMKM di desa harusnya dapat mendongkrak usahanya,” ujarnya.
Anggota ABAC, Subronto Laras, berpendapat, Indonesia dapat memetakan potensi UMKM lokal dan tantangannya melalui program AMEN. Harapannya, AMEN turut menjadi salah satu sumber solusi permasalahan yang dihadapi pelaku UMKM Indonesia.
Baca juga: Pendataan UMKM Mendesak untuk Pengembangan Usaha
Tahan resesi
Pengembangan UMKM di Indonesia sangat penting untuk memperkuat ekonomi kerakyatan. UMKM dinilai tahan terhadap resesi atau krisis ekonomi. Hal itu ditunjukkan dari hasil penelitian berjudul ”Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai Refleksi Pembelajaran Krisis Ekonomi Indonesia” (2017) karya Mohamad Nur Singgih.
Data yang dihimpun dalam riset itu menunjukkan ketahanan UMKM bertumbuh saat Indonesia dilanda krisis ekonomi periode 1997-2003. Sepanjang periode itu, produk domestik bruto (PDB) yang ditopang UMKM tumbuh sebesar 7,06 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan usaha besar yang dalam periode itu hanya tumbuh 0,91 persen.
Oleh karena itu, Victoria menyatakan, UMKM mesti menguatkan daya saingnya, salah satunya melalui AMEN, di tengah merebaknya isu resesi ekonomi. UMKM Indonesia mesti berdaya saing dan mampu merajai pasar domestik.
UMKM mesti menguatkan daya saingnya, salah satunya melalui AMEN, di tengah merebaknya isu resesi ekonomi.
Baca juga: Indonesia dan Ancaman Krisis Global
Menurut laporan Bank Dunia, Indonesia diprediksi terdampak resesi ekonomi global. Pada 2020, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 4,9 persen dan pada 2022 tumbuh 4,6 persen. Sementara Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2020 tumbuh di kisaran 5,1-5,5 persen.
Berkaca pada krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998, tak ada salahnya Indonesia turut fokus menguatkan pelaku dan kualitas UMKM domestik mulai dari sekarang. Barangkali, kalau resesi global benar terjadi, perekonomian Indonesia dapat tahan bertulangpunggungkan UMKM.
https://youtu.be/gomNzi43Jmw