Sprinter Lalu Muhammad Zohri terus mengasah teknik dan kekuatan untuk bersaing dengan sprinter-sprinter elite dalam Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Qatar.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Menjelang Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, 27 September-6 Oktober, satu-satunya sprinter Indonesia yang lolos di kejuaraan itu, Lalu Muhammad Zohri, terus mematangkan diri. Dalam latihan sepekan ini, reaksi strat pelari berusia 19 tahun itu semakin baik. Bahkan, akselerasinya di 30 meter awal lintasan sangat menjanjikan dan memuaskan para pelatih.
Selama ini, reaksi start pelari asal Lombok Utara, NTB itu lambat, berkisar antara 0,13 detik-0,15 detik. Reaksi start pelari elite dunia biasanya antara 0,10 detik hingga 0,14 detik.
”Untuk bisa bersaing dengan para pelari elite dunia, reaksi start Zohri harus lebih cepat. Sebab, kalau lambat, seusai start biasanya untuk mengejar lagi di depan itu sudah susah, kecuali atlet itu punya kecepatan spesial seperti pelari legendaris Jamaika Usain Bolt (yang reaksi startnya 0,15-0,18 detik),” ujar pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini, Jumat (13/9).
Untuk itu, seusai mengikuti Kejurnas Atletik 2019 di awal Agustus, tim pelatih langsung memfokuskan Zohri untuk memperbaiki reaksi startnya, antara lain lewat perbaikan teknik dan penguatan otot. Latihan intensif itu mulai menunjukan hasilnya saat simulasi perlombaan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Rabu (11/9).
Hari itu, tim pelatih menempatkan start block Zohri tiga meter di belakang lima rekannya. Seusai aba-aba start dinyalakan, Zohri mampu mengejar rekan-rekannya sebelum melewati 30 meter awal lintasan dan melewati mereka selepas 30 meter awal.
”Kuncinya pada teknik. Sekarang, teknik ayunan tangan dan posisi sudut-sudut kaki, tangan, dan punggung Zohri semakin ideal. Hal itu memungkinkan dia melakukan reaksi start dengan cepat,” kata Eni.
Sejauh ini, lanjut Eni, tim pelatih hanya meminta Zohri berlatih dengan 95 persen kemampuannya untuk mengantisipasi cedera. Namun, catatan waktu Zohri tetap bisa di atas rata-rata pelari nasional.
Tim pelatih yakin Zohri bisa mencapai waktu di bawah 10 detik
Pada tes catatan waktu di Stadion Madya, Kamis (12/9), Zohri membukukan waktu 10,20 detik. Catatan waktu terbaik Zohri adalah 10,03 detik saat babak final Seiko Golden Grand Prix Osaka 2019. Zohri bertekad masuk zona 9 detik di Kejuaraan Dunia.
"Dia tidak pernah lari di bawah 10 detik selama latihan. Itu karena kami tidak mau memforsir dia. Tapi, tim pelatih yakin Zohri bisa mencapai waktu di bawah 10 detik karena biasanya Zohri itu berlari semakin kencang jika bertemu lawan yang juga kencang. Dia seperti tertarik oleh lawan yang kencang-kencang itu," tutur Eni.
Tak sabar
Selain persiapan teknik, Zohri juga berupaya menjaga kebugaran tubuh. Untuk itu, dia selalu berupaya latihan dengan porsi yang cukup dan selalu menjaga waktu istirahat. ”Sekarang, yang saya paling antisipasi adalah cedera atau sakit. Kalau sudah cedera, saya tidak bisa ikut lomba, seperti di GP Asia 2019 di China kemarin,” ujar Zohri.
Di Kejuaraan Dunia 2019, Zohri akan bersaing dengan banyak pelari elite dunia. Di antaranya pelari asal Amerika Serikat, Christian Coleman, unggulan pertama, dengan catatan waktu terbaik tahun ini 9,81 detik. Ada pula pelari legendaris AS, Justin Gatlin, unggulan keempat, dengan waktu terbaik tahun ini 9,87 detik.
Selain bisa belajar dari mereka, biasanya saya bisa lari lebih kencang kalau bertemu pelari yang lebih kencang
Selain itu, ada pelari potensial Jepang, Abdul Hakim Sani Brown, di unggulan ke-11 dengan (9,97 detik), rekan Usain Bolt di Jamaika, Asafa Powell, di unggulan ke-27 (10,02 detik), dan peraih medali emas Asian Games 2018 asal China, Su Bingtian, di unggulan ke-37 (10,05 detik). Adapun Zohri menjadi unggulan ke-32 (10,03 detik).
Namun, Zohri tidak gentar dengan nama-nama besar calon pesaingnya itu. Dia justru tidak sabar untuk berlomba dengan para bintang sprinter dunia tersebut. "Kalau saya justru tidak sabar untuk ketemu mereka. Selain bisa belajar dari mereka, biasanya saya bisa lari lebih kencang kalau bertemu pelari yang lebih kencang. Saya justru ada perasaan tidak mau kalah kalau berlomba dengan mereka," pungkas Zohri.