Atlet-atlet atletik kembali tidak bisa berlatih dengan baik karena Stadion Madya digunakan untuk kualifikasi sepak bola Piala Asia U-16. Latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno juga harus berbagi dengan pelari hobi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelatnas atletik PB PASI berlangsung sangat tidak nyaman dalam sesi latihan pagi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (14/9/2019). Mereka harus berbagi tempat latihan dengan para pelari hobi yang sedang berlatih. Situasi semakin parah karena hanya tiga lintasan dari delapan lintasan yang bisa digunakan. Situasi itu sangat disayangkan mengingat cabang atletik adalah salah satu lumbung medali Indonesia di ajang multicabang, termasuk jadi tumpuan harapan mendulang emas pada SEA Games 2019 di Filipina.
Menurut pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini, PB PASI dapat dua surat dari pengelola Kompleks GBK, PPK GBK, pada pekan ini. Pertama, PPK GBK mengabarkan bahwa Stadion Utama GBK hanya bisa digunakan pelatnas PB PASI pada petang hari. Sebab, setiap hari dari Senin sampai Sabtu di pukul 06.00-08.00, lintasan stadion utama digunakan oleh para pelari hobi atau runners berlatih lari.
Atlet tidak leluasa latihan karena takut bertabrakan dengan para runners yang ada di sekitar lintasan.
Di sisi lain, lintasan utama Stadion Madya Senayan tidak bisa digunakan selama perhelatan Kualifikasi Piala Asia U-16 pada 14-22 September. Praktis pelatnas PB PASI hanya bisa menggunakan lapangan kedua Stadion Madya Senayan yang tidak sesuai standar internasional.
Situasi itu sangat dilematis. Sebab, semua nomor pertandingan atletik berlatih di lapangan kedua Stadion Madya Senayan. Padahal, lapangan itu hanya punya empat lintasan. Akibatnya, semua atlet pelatnas PB PASI harus berdesak-desakkan di sana.
Kendati demikian, Eni mengambil inisiatif untuk tidak berlatih di lapangan kedua Stadion Madya Senayan agar latihan timnya bisa lebih optimal. ”Lagi pula, lintasan yang ada juga tikungannya terlalu tajam sehingga rawan menimbulkan cedera ketika atlet lari menikung,” ujarnya.
Namun, di Stadion Utama GBK, tim sprint juga tidak bisa leluasa latihan. Paling tidak, mereka harus menunggu para runners selesai latihan, yakni pada pukul 08.00. Padahal, biasanya, pelatnas sprint latihan pukul 06.30 guna menghindari panas terik.
Padahal, sebagai atlet, latihan dengan nyaman itu sangat penting agar program jalan dengan baik.
Selain menunggu runners selesai latihan, nyatanya, para runners juga sedikit mengganggu persiapan latihan pelatnas sprint. Sebab, sekitar 30 runners itu tak henti mengambil kesempatan foto bareng dengan pelari 100 meter andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri.
Ketika para atlet mulai latihan, para runners itu tetap berada di sekitar lintasan untuk mendokumentasikan latihan atlet-atlet itu. ”Ini juga cukup mengganggu. Atlet tidak leluasa latihan karena takut bertabrakan dengan para runners yang ada di sekitar lintasan. Kalau sudah tabrakan, itu bisa fatal untuk atlet. Bisa-bisa mereka cedera,” kata Eni.
Situasi tak nyaman belum habis sampai itu. Tim sprint juga tidak bisa berlatih sekaligus karena lintasan yang bisa digunakan hanya tiga dari delapan lintasan yang ada. Sebab, lima lintasan lain sebagian ditutupi karpet untuk Kualifikasi Piala Asia U-16 dan sebagian ditutupi bangku untuk pemain cadangan dan perangkat wasit ajang tersebut.
Dari empat tim estafet yang latihan pagi itu, mereka harus bergantian berlari di lintasan itu. ”Padahal, tadinya, kami ingin semua tim berlari bersama supaya ada simulasi perlombaannya. Namun, karena lintasan yang bisa dipakai cuma tiga, terpaksa tiap tim harus berlari bergantian,” tutur Eni.
Salah satu anggota tim pelatih PB PASI, Nurul Imaniar, menyampaikan, sekarang PPK GBK sudah semakin berkuasa. Jadi, segala cara yang ditempuh PB PASI agar pelatnas menjadi prioritas di kompleks GBK sudah tidak digubris. ”Sekarang, PPK GBK lebih mengutamakan kliennya,” ujar mantan pelari nasional itu.
Atlet lari jarak pendek PB PASI, Mochammad Bisma Diwa, menyampaikan, situasi itu sangat disayangkan. Sebab, selama ini, cabang atletik selalu menjadi andalan untuk mendulang medali di ajang multicabang, termasuk di SEA Games 2019 nanti. Cabang atletik juga sudah membuktikan bisa melahirkan juara dunia yang mengharumkan nama Indonesia di pentas internasional.
”Tapi, untuk latihan, kami selalu tidak pasti. Padahal, sebagai atlet, latihan dengan nyaman itu sangat penting agar program jalan dengan baik. Lagi pula, Stadion Madya Senayan itu kan khusus untuk atletik. Nyatanya, stadion itu sering dipakai untuk pertandingan sepak bola,” tutur pelari asal Surabaya, Jawa Timur, itu.