Indonesia meraih emas pertama dari Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2019 lewat Lisa Setiawati di kelas 45 kilogram. Adapun Eko Yuli Irawan tak mau terbeban oleh gelar juara dunia.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
PATTAYA, RABU — Lifter putri Lisa Setiawati mempersembahkan medali emas pertama Indonesia dari Kejuaraan Dunia Angkat besi IWF 2019 di Pattaya, Thailand, Rabu (18/9/2019). Tampil di kelas 45 kilogram, Lisa (30) merebut medali emas clean and jerk dengan angkatan 95 kilogram.
Sayangnya, Lisa gagal pada angkatan kedua dan ketiga nomor snatch sehingga yang tercatat hanya angkatan pertama seberat 70 kg dan menempatkannya di urutan ketujuh. Dengan angkatan total 165 kg, Lisa harus puas merebut medali perunggu pada angkatan total.
Medali emas snatch dan angkatan total direbut lifter Turki, Saziye Erdogan, dengan angkatan77 kg dan 169 kg. Ludia Montero Ramos (Kuba) merebut medali perak di dua angkatan tersebut dengan hasil berturut-turut 76 kg dan 177 kg.
Satu lifter Indonesia lain yang tampil kemarin, yakni Surahmat di kelas 55 kg putra, hanya menempati posisi kedelapan. Tiga medali emas di kelas ini diborong oleh lifter Korea Utara, Om Yun Chol.
Tetap positif
Lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan, tidak mau terbebani gelar juara dunia 2018. Eko yang tampil dikelas 61 kg putra, Kamis (19/9), berusaha tampil relaks dan menjaga pikiran positif.
Berdasarkan daftar rekor dunia Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), Eko Yuli masih menjadi lifter terkuat di kelasnya. Tahun lalu, Eko mencetak rekor dunia angkatan total 317 kg dan clean and jerk 174 kg. Eko juga membukukan angkatan terbaik snatch 143 kg, 1 kg di bawah standar dunia 144 kg. Rekor itu belum terpecahkan.
Namun, menurut Eko, hasil Kejuaraan Dunia 2018 tidak bisa dijadikan patokan untuk melihat persaingan pada tahun ini. Apalagi, seperti tahun lalu, Eko akan dikepung dua lawan terberatnya dari China, yaitu Li Fabin dan Qin Fulin.
”Tahun lalu, lifter China masih beradaptasi dengan kelas 61 kg. Sebelumnya, mereka tampil pada kelas lebih rendah. Dengan satu tahun persiapan, saya yakin mereka lebih baik,” kata Eko dari Pattaya, Rabu (18/9).
Selain faktor eksternal, tantangan peraih tiga keping medali Olimpiade ini juga berasal dari diri sendiri. Eko belum pulih sepenuhnya dari cedera engkel yang mengganggu persiapannya, terutama pada angkatan snatch.
Oleh karena itu, peraih medali emas Asian Games 2018 ini tidak mau terbebani target mempertahankan gelar juara dunia.
Yang terpenting bisa melakukan angkatan terbaik. Kalau angkatan baik, medali pasti bisa didapatkan dengan sendirinya.
Agar tampil rileks, tidak banyak yang dilakukan Eko jelang lomba. ”Persiapan saya hanya istirahat dengan nyaman walaupun kasurnya ambles dan bikin pinggang ngilu,” kata Eko, tertawa. Eko juga menjalani sauna untuk memastikan berat badannya sesuai kelas lomba.
Biasanya, Eko juga berpuasa sehari sebelum kejuaraan. Setelah timbang berat badan, dia baru mengonsumsi makanan dan minuman. Begitu badan terasa segar dan energi sudah bertambah, Eko baru mengangkat beban.
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono mengatakan, dirinya tidak terlalu khawatir dengan Eko. ”Dia punya semangat dan disiplin yang bagus. Saya yakin Eko bisa mempertahankan medali,” kata Djoko sebelum melepas tim angkat besi Indonesia, Senin.
Terbanyak
Kejuaraan Dunia 2019 memainkan masing- masing 10 kelas putra dan putri. Sebanyak 734 atlet, terdiri dari 395 lifter putra dan 339 putri, dari 105 negara bersaing pada ajang yang menjadi kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 itu. Ini menjadi jumlah peserta terbanyak kejuaraan dunia.
Lifter China diprediksi akan kembali mendominasi. Sebanyak 14 dari 20 lifter China meraih medali pada ajang yang sama tahun lalu. Sepuluh lifter di antaranya adalah juga pemegang rekor dunia.
China mengirimkan jumlah maksimal, yaitu 20 orang lifter. Dengan jumlah atlet yang sama, tahun lalu China menjadi juara umum dengan 20 emas, 23 perak, dan 10 perunggu. Thailand menempati peringkat kedua dengan 9 emas, 2 perak, dan 6 perunggu. Setiap kelas menyediakan tiga emas untuk angkatan clean and jerk, snatch, dan angkatan total.
Salah satu andalan China adalah Deng Wei (26), pengoleksi 11 emas kejuaraan dunia yang turun di kelas 64 kg. Deng memegang tiga rekor dunia untuk angkatan snatch 115 kg, clean and jerk 142 kg, dan total 257 kg.
Selama periode kualifikasi Olimpiade Tokyo, Wei menjadi juara dunia 2018, Piala Dunia 2019, dan Kejuaraan Asia 2019. Sebelum bersaing di Pattaya, peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ini menjadi juara pada ajang uji coba Olimpiade Tokyo di Tokyo, Jepang.
Lifter China juga diunggulkan memenangi kelas 49 kg dan 55 kg putri. Tahun lalu, dua kelas ini dikuasai lifter Thailand, yaitu Pramongkhol Chayuttra (49 kg) dan Srisurat Sukanya (55 kg). Dengan abesennya lifter tuan rumah Thailand karena kasus doping, China berharap merebut kesempatan.
China juga menempatkan dua juara dunia 2018, Zhang Wangli (71 kg) serta Wang Zhouyu (76 kg), naik kelas masing-masing ke kelas 76 kg dan 81 kg. Adapun Lin Wenwen menjadi andalan pada kelas 87+ kg setelah sukses memecahkan rekor dunia yunior snatch 147 kg, clean and jerk 185 kg, total 326 kg.
Kekuatan China juga terasa di kategori putra, yang menurunkan juara bertahan kelas 67 kg, Chen Lijun, Shi Zhiyong (73 kg), dan Liu Xiaojun (81 kg).