Korban Asap di Jambi Tak Terjamah Bantuan dan Perlindungan
Korban kabut asap di wilayah Jambi belum terjamah bantuan dan perlindungan meskipun kabut asap telah sebulan menyelimuti Jambi. Puluhan ribu anak hingga lanjut usia terus terpapar kabut asap tanpa dapat mengungsi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
MUARA SABAK, KOMPAS—Korban kabut asap di wilayah Jambi belum terjamah bantuan dan perlindungan meskipun kabut asap telah sebulan menyelimuti Jambi. Puluhan ribu anak hingga lanjut usia terus terpapar kabut asap tanpa dapat mengungsi.
Kebakaran hebat yang tengah melanda Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh dan perkebunan sawit di sekitarnya, misalnya, telah mengakibatkan asap tebal memapar masyarakat di 6 desa dengan penduduk lebih dari 14.000 jiwa di Kecamatan Mendahara Ulur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. “Sudah lebih dari seminggu ini kami terus menghirup asap. Nafas sudah semakin terasa sesak,” ujar Rahmi (61), warga Desa Pematang Rahim, Mendahara Ulu.
Hampir sepanjang hari, Rahmi tetap berada di kebun pinang miliknya yang diselimuti asap tebal. Kebakaran lahan hanya berjarak 200 meter dari kebunnya. “Kebun harus dijaga terus jangan sampai api menyambar ke sini,” katanya. Meskipun, tenggorokannya sudah terasa perih dan batuknya menjadi kambuh, menurut Rahmi, tak ada pilihan selain tetap berada di sana.
Warga Desa Sinarwajo, Mujiati, mengatakan pernafasan warga setempat banyak yang tidak dilindungi masker. “Memang sampai hari ini belum ada bantuan masker ataupun oksigen dari pemerintah,” ujarnya.
Kondisi serupa dialami masyarakat Kecamatan Dendang, Tanjung Jabung Timur, yang berpenduduk lebih dari 15.000 jiwa. Daerah itu terpapar asap dari kebakaran hebat yang melanda Hutan Lindung Gambut Londerang, perkebunan sawit dan akasia, serta areal restorasi gambut. Sejumlah anak sempat dilarikan orangtuanya untuk dirawat intensif di rumah sakit di Kota Jambi.
Meskipun mengeluh tersiksa oleh paparan asap, masyarakat setempat tak dapat mengungsi.
Namun, mayoritas warga mengaku tak dapat keluar dari desa karena kondisi perekonomian keluarga tidak mampu untuk membawa korban ke rumah sakit. Selain itu, juga ada keperluan menjaga tanaman dan rumahnya jangan sampai tersambar api.
Meskipun mengeluh tersiksa oleh paparan asap, masyarakat setempat tak dapat mengungsi. “Kalau ada tempat mengungsi yang aman, kami mau. Tapi nanti siapa yang akan menjaga kebun kami supaya tidak ikut terbakar,” lanjutnya.
Gubernur Jambi Fachrori Umar menyatakan kabut asap sudah mengganggu kelancaran aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga perlu diambil langkah serius. "Jangan sampai bencana kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap ini sama dengan kejadian tahun 2015," ujarnya.
Pihaknya berkomitmen menangani kebakaran hutan dan lahan agar kabut asap tidak menjadi bencana bagi masyarakat. Status Siaga Darurat Kebakaran Lahan dan Hutan telah ditetapkan mulai 23 Juli hingga 20 Oktober 2019. Sejauh ini, kondisi cuaca masih belum menunjukkan perubahan menuju hujan. Ancaman bahaya kebakaran hutan dan lahan masih tinggi.
Terkait itu, pihaknya telah memerintahkan dinas kesehatan di wilayah rawan memberikan bantuan ambulans beserta alat kesehatan seperti oksigen untuk mendukung kelancaran petugas lapangan dalam memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Namun, belum ada instruksi terkait bantuan bagi masyarakat korban paparan asap.
Namun, belum ada instruksi terkait bantuan bagi masyarakat korban paparan asap.
Pemerintah Provinsi Jambi juga telah meliburkan 3.552 sekolah akibat kabut asap kebakaran lahan dan hutan yang kian parah. Kegiatan belajar mengajar akan dimulai kembali setelah kualitas udara membaik.
Sejak sebulan terakhir, kualitas udara di Jambi terus memburuk. Angka partikulat matter (PM) 2,5 atau partikel dengan diameter 2,5 mikrometer (atau sekitar 3 persen diameter rambut manusia) di Kota Jambi misalnya, selalu berada pada level tidak sehat hingga berbahaya bagi kesehatan tubuh. Bahkan, sepanjang Jumat, data realtime PM 2,5 menunjukkan angka yang meningkat yang berarti berada pada kondisi semakin berbahaya.
Pada Jumat pukul 10.30 WIB angka PM 2,5 bernilai 733. Adapun angka PM 10 mencapai angka 721. Bahkan, pada pukul 11.30 WIB, parameter PM 2,5 mencapai level 983. “Artinya kondisi ini sudah sangat berbahaya,” kata Abu Bakar, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Jambi.