Nadran laut tahun ini begitu membekas dalam hati pesisir utara Karawang, Jawa Barat, Sabtu dan Minggu (21-22/9/2019). Warga dan nelayan memaknai musibah tumpahan minyak dengan semangat untuk bangkit kembali.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
Nadran laut tahun ini begitu membekas dalam hati pesisir utara Karawang, Jawa Barat, Sabtu dan Minggu (21-22/9/2019). Warga dan nelayan memaknai musibah tumpahan minyak dengan semangat untuk bangkit kembali.
Nadran laut adalah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh para nelayan di pesisir utara Karawang untuk mensyukuri hasil laut. Mereka juga berdoa agar tahun depan hasil tangkapan berlimpah.
Keramaian tampak di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (21/9/2019) sore. Para nelayan dan warga berkumpul di pinggir jalan utama Pantai Sedari.
Mereka bergembira bersama merayakan rangkaian nadran laut dengan membawa tumpengan berupa hasil laut dan bumi. Berbagai olahan laut seperti, ikan asin, bandeng goreng, dan udang, menjadi menu dalam tumpengan itu.
Tumpengan tersebut dibawa berkeliling ke seluruh desa, kemudian para warga berebut tumpengan dan menyantapnya bersama. Keguyuban warga terlihat saat makan bersama, tanpa malu-malu mereka melebur bersama menikmati tumpengan.
Warginah (60), nelayan Desa Sedari, mengikuti arak-arakan tumpengan bersama para nelayan lainnya. Ia mengatakan sudah lama mengikuti tradisi tersebut sejak tinggal di Sedari. Menurut dia, perayaan tradisi tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.
“Tahun ini, tumpahan minyak membuat hasil tangkapan berkurang, banyak ikan di laut mati dan jaring kotor. Meski demikian, kami tetap harus bersyukur atas nikmat lainnya,” kata Warginah.
Jaja(29), nelayan lainnya, prihatin dengan keadaan laut saat ini. Ia mengkhawatirkan nasib laut ke depannya. Alasannya, sudah dua bulan lebih ia tidak melaut. Nadran laut kali ini dinilainya istimewa karena para nelayan berdoa lebih keras agar kondisi laut lebih baik.
“Kami memohon dengan tulus kepada Tuhan agar diberkahi keadaan yang lebih baik. Kami tidak ingin berlama-lama menghadapi situasi ini,” ujarnya.
Kami memohon dengan tulus kepada Tuhan agar diberkahi keadaan yang lebih baik. Kami tidak ingin berlama-lama menghadapi situasi ini
Dalam kesempatan itu, kepala kerbau juga dipersiapkan sebagai simbol menolak bala agar tahun depan para nelayan dihindarkan dari bahaya. Rencananya persembahan itu akan dilarung ke tengah laut pada Minggu pagi.
Perayaan ini dirayakan serentak di beberapa pantai Karawang. Para nelayan akan berlayar ke tengah laut dengan perahu yang telah dihias. Kemudian, mereka juga melarungkan sesajen lainnya bunga dan hasil bumi.
Kepala Desa Sedari Bisri Mustofa mengatakan, para warga prihatin dengan musibah tumpahan minyak ini, karena mereka terdampak langsung. Meski begitu, ia berharap, momen ini sebagai perwujudan bangkitnya semangat warga menyongsong harapan ke depan.
“Kami tidak boleh patah semangat karena musibah ini. Ada hikmah yang bisa diambil, semangat gotong royong antara warga kian terjalin,” ucapnya.