Perbedaan ukuran lapangan menjadi perhatian para pelatih sekolah sepak bola peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14. Sebagian menilai itu kendala, dan ada yang memaknai itu sebagai peluang mengasah daya adaptasi pemain.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS – Hampir semua pelatih Sekolah Sepak Bola peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2019/2020 mengeluhkan kondisi arena yang digunakan musim ini. Lapangan Sepak Bola Universitas Muhammadiyah Jakarta yang digunakan, dianggap terlalu kecil, sehingga taktik permainan tak bisa dijalankan. Bagi manajemen Liga Kompas, mencari lapangan untuk menggelar delapan laga sehari memang tak mudah, sehingga akhirnya tetap menggunakan arena yang ada sekarang.
Ada yang berbeda dari Liga Kompas musim ini. Setelah bertahun-tahun liga dilangsungkan di lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, kali ini liga digelar di Lapangan Sepak Bola Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ciputat, Tangerang Selatan. Oleh beberapa pelatih SSB peserta liga, Lapangan UMJ dinilai lebih kecil dibandingkan lapangan sepak bola normal, seperti di GOR Ciracas. Mereka menganggap, ukuran lapangan itu tiga per empat dari ukuran lapangan normal, yakni panjang antara 90-120 meter (100-110 meter untuk tingkat internasional) dan lebar antara 45-90 meter (64-75 meter untuk level internasional).
Pelatih SSB Salfas Soccer Irwan Salam ditemui seusai laga pekan pertama, Minggu (22/9/2019), mengatakan, timnya memang bisa menang 3-1 atas SSB Tajmalela FA, tetapi sesungguhnya, timnya tidak bermain seperti biasa. Dirinya berharap tim bermain dari kaki ke kaki lewat permainan yang dibangun dari belakang, tengah, hingga ke depan.
Namun, karena lapangan kecil, timnya sempat kaget. Sebab, jarak pemain dengan lawan-lawannya terlalu rapat. Akibatnya, pemain tidak bisa menguasai bola terlalu lama karena lawan bisa cepat melakukan tekanan hingga merebut bola tersebut. Di sisi lain, aliran bola sangat cepat. Karena ukuran lapangan yang lebih kecil, umpan lambung dari pemain belakang bisa sampai langsung ke jantung pertahanan lawan.
Karena faktor itu, Irwan akhirnya merubah taktik permainan. Ia tidak lagi mementingkan bola dari kaki ke kaki melainkan meminta bola langsung naik dari belakang ke depan. Beruntung, karena fisik dan skill lebih baik, timnya bisa mengoptimalkan taktik dadakan itu sehingga bisa menang 3-1.
”Tapi, ini benar-benar di luar ekspektasi kami. Saya harap lapangan bisa dicari yang lebih besar, seperti yang sering kita gunakan di Ciracas. Sebab, penting sekali bermain di lapangan lebih besar agar anak-anak belajar bermain dari kaki ke kaki dan terbiasa di lapangan yang normal. Kalau di lapangan kecil ini, kita bermain hanya incar shooting dan menang saja,” ujar Irwan.
Pelatih Buperta Cibubur Jumhari Saleh menuturkan, timnya bisa menang 1-0 atas Bintang Ragunan, tetapi dirinya tidak puas dengan permainan tim. Ia mengakui turut merubah taktik dari ingin bermain dari kaki ke kaki menjadi menaikkan langsung bola dari belakang ke depan. Hal itu jadi tuntutan karena kondisi lapangan dan juga lawan melakukan hal sama.
Jika tidak merubah taktik itu, mereka pasti kewalahan dengan lawan yang bisa cepat melakukan tekanan serta melakukan serangan balik cepat. ”Jujur, di lapangan ini, kita tidak bisa belajar bermain dari kaki ke kaki dengan membangun permainan dari belakang, tengah, hingga depan. Di sini, kita jadinya egois cuma ingin main cepat, shooting, dan menang. Ini tidak baik untuk semangat dan nilai LKG yang fokus ke pembinaan pemain,” ujar Jumhari.
Melatih adaptasi
Kendati demikian, tidak semua pelatih kecewa dengan lapangan yang ada. Sebagian justru mengambil hikmah situasi itu untuk membiasakan para pemain untuk cepat beradaptasi dan bermain lebih taktis dan cepat. Pelatih Metro Kukusan Budiono Martin, misalnya, di pekan pertama, timnya kalah 0-3 dari Big Stars Babek FA.
Namun, Budiono tidak menyalahkan lapangan. Justru ia menilai, lapangan yang ada sangat baik, terutama dari sisi rumput yang rata. Baginya, lapangan yang lebih kecil justru bisa memicu anak-anak bermain lebih taktis dan cepat. Sebelum bola sampai ke kaki, mereka harus sudah siap akan mengalirkan bola itu. Adapun selama ini, anak-anak sering kali egois menguasai bola terlalu lama.
”Di sini, anak-anak tidak bisa memegang bola terlalu lama karena akan cepat ditekan dan direbut lawan. Jadi, mau tidak mau, mereka harus cepat mengalirkan bola. Ini akan membiasakan mereka berpikir taktis dan cepat. Sepak bola sekarang kan memang lebih taktis dan cepat,” tutur Budiono.
Pelatih Intan Soccer Cipta Cendikia Yance Putra menilai, timnya tidak ada masalah dengan ukuran lapangan. Mereka pun bisa menang 7-0 atas Benteng Muda IFA. Menurutnya, Masalah perubahan taktik saat pertandingan adalah masalah biasa. Justru itu melatih anak-anak agar cepat beradaptasi dengan situasi yang ada di lapangan.
”Di sini, kita bisa belajar agar anak-anak tidak monoton dengan satu taktik saja. Mereka harus sadar bahwa di lapangan semua bisa terjadi. Mereka harus bisa beradaptasi dengan segala kemungkinan yang ada itu, termasuk dengan faktor ukuran lapangan yang berbeda dengan tempat biasanya,” ujar Yance.
Direktur LKG Adi Prinantyo menyampaikan, pihaknya memang kesulitan mencari lapangan sepak bola memadai yang bisa digunakan untuk delapan laga sehari. Sebab, banyak lapangan yang ukurannya normal sedang direnovasi atau kondisinya tidak bagus, terutama dari sisi rumput. Lapangan UMJ dinilai punya fasilitas cukup memadai, terutama permukaan rumput yang lebih rata dibandingkan lapangan GOR Ciracas.
”Bahkan, karena sulitnya mencari lapangan, jadwal pembukaan liga musim ini sempat tertunda dari rencana akhir Agustus menjadi awal September, hingga akhirnya baru dimulai 22 September ini. Ini sangat ironi bagi pihak swasta seperti Kompas yang ingin menggelar liga tetapi justru kesulitan mencari lapangan yang representatif,” ujar Adi.
Terkait hasil laga pekan pertama, Intan Soccer sebagai tim debutan berhasil mencuri perhatian dengan kemenangan 7-0 atas Benteng Muda. Kemenangan itu membuat mereka duduk di peringkat pertama klasemen sementara. Di bawah mereka, bertengger juara bertahan Bina Taruna yang menang 6-1 atas Oneway Soccer School. Adapun runner-up musim lalu Salfas Soccer berada di urutan kelima setelah menang 3-1 atas Tajimalela FA.