Produk Kerajinan Indonesia Diminati dalam Pameran di China
Produk kerajinan Indonesia diminati oleh para pembeli dari china dalam China-ASEAN EXPO 2019 di Nanning, Provinsi Guangxi, China. Kerajinan tangan berupa tas, selendang, dan manik-manik laku terjual.
Oleh
SIWI YUNITA C
·3 menit baca
NANNING, KOMPAS — Produk kerajinan Indonesia diminati oleh para pembeli dari China dalam China-ASEAN Expo 2019 di Nanning, Provinsi Guangxi, China. Kerajinan tangan berupa tas, selendang, dan manik-manik laku terjual selama masa pameran yang berlangsung 21-24 September itu. Tahun depan Indonesia memastikan ikut serta dalam CAEXPO kembali.
CAEXPO merupakan pameran dagang yang diselenggarakan oleh Pemerintah China bersama dengan negara-negara ASEAN. Pameran ini telah berlangsung selama 16 kali di Kota Nanning, Provinsi Guangxi, China. Selain pameran, juga diselenggarakan China-ASEAN Business and Investment Summit (CABIS) yang berisi forum bisnis dan investasi negara-negara ASEAN dan China.
Tahun ini Indonesia menjadi negara kehormatan yang berarti mendapatkan keistimewaan lebih dari negara lain dalam memamerkan produk dan dalam mengadakan forum bisnis. Sebagai contoh, Paviliun komoditas Indonesia menempati lokasi paling strategis, yakni langsung di depan pintu masuk area pameran. Indonesia juga mendapatkan kesempatkan untuk mengadakan forum bisnis lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan negara lain.
Dalam pameran dagang itu, Indonesia memperkenalkan produk unggulan, di antaranya furnitur, makanan dan minuman, dan kerajinan tangan. Selama empat hari pameran, kerajinan tangan menjadi produk yang paling banyak diantre oleh pembeli dari China.
Produk kerajinan, antara lain aksesoris, tas anyaman, batik dan kerajinan turunannya. Inin Shilviana, pemilik butik kilisuci butik mengatakan produk selendang batiknya laris sejak hari pertama dipamerkan. Begitu pula tas dan topi batik yang ia bawa. ”Saya bawa masing-masing 100 buah dan pagi ini tinggal hitungan jari saja,” katanya.
Saya bawa masing-masing 100 buah dan pagi ini tinggal hitungan jari saja.
Inin juga mendapatkan order 5.000 tas batik dari pembeli China. Jumlah itu bisa dipenuhi oleh butiknya, tetapi ia masih mempertimbangkan harga.
Produk kopi juga dicari. Risky Muhammad Direktur PT Cahaya Mas Global Kopi mengatakan produk premiumnya berupa kopi luwak habis pada hari kedua pameran. Padahal harga yang ia pasang tidak murah, yakni 800 yuan per kotak atau setara dengan Rp 1,6 juta.
China memang menjadi pasar baru yang menjanjikan bagi sejumlah UMKM Indonesia. Meski demikian, sejumlah pengusaha harus jeli melihat peluang. ”Saya membawa rendang dan makanan kecil seperti keripik. Ternyata pembeli di sini lebih suka keripik dibandingkan dengan rendang, mungkin ke depan saya lebih fokus ke keripik saja. Rendang lebih tepat untuk negara lain,” kata Amilia Rahmi Putri, pengusaha rendang telur Amilia.
Menteri Perdagangan saat acara pembukaan CAEXPO 2019, Sabtu (21/9/2019), mengatakan, tak ada target khusus dalam penjualan di expo ini. Ajang ini ditujukan untuk mengenalkan komoditas Indonesia ke China dan ASEAN.
Wakil Gubernur Provinsi Guangxi Yan Jinbae meminta Indonesia tetap ikut dalam CAEXPO dan CABIS 2020. Indonesia dan China tambahnya punya peluang kerja sama yang besar.
Menteri Perdagangan Indonesia pun memastikan Indonesia akan mengikuti CAEXPO dan CABIS 2020 di Nanning tahun depan. Ajang tersebut bisa menjadi salah satu cara mengenalkan produk Indonesia pada China yang menjadi pasar besar dunia.