Sprinter andalan Indonesia Lalu Muhammad Zohri mulai beradaptasi dengan kondisi cuaca di Doha yang bisa menyebabkan dehidrasi, menjelang Kejuaraan Dunia Atletik 2019.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH & Yulia Sapthiani
·4 menit baca
DOHA, KAMIS - Sehari menjelang tampil dalam penyisihan lari 100 meter putra Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar, Jumat (27/9/2019) malam WIB, pelari Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, menjaga kondisi tubuh di tengah panasnya suhu udara. Tidak melakukan latihan berlebihan di luar ruangan dan menjaga asupan cairan adalah komponen utama yang dilakukan.
Zohri memang pernah tampil di Doha, yakni pada Kejuaraan Asia Atletik 2019, April. Namun, cuaca di Doha ketika itu cukup bersahabat dengan suhu 21-33 derajat Celcius dan kelembaban sekitar 50 persen. Pada September-Oktober, cuaca Doha cukup berat untuk orang yang tidak tinggal di kawasan gurun pasir, yakni 25-39 derajat celcius dan kelembaban sekitar 52 persen.
Biasanya, di tempat panas, atlet sering cepat merasa panas ketika pemanasan
Tim pelatih pun menjaga kondisi tubuh Zohri menjelang lomba. Atlet berusia 19 tahun itu dijadwalkan langsung tampil pada babak penyisihan yang dimulai pukul 18.05 waktu setempat (22.05 WIB). Lawan serta pada babak penyisihan keberapa Zohri tampil, ditentukan pada pertemuan manajer yang berlangsung Kamis mulai pukul 23.00 WIB. Persaingan pada nomor paling favorit dalam atletik ini, berlanjut dengan semifinal dan final pada Sabtu malam waktu setempat.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini dihubungi dari Jakarta, mengatakan, sesampai di Doha, Selasa, mereka lebih banyak melakukan kegiatan dalam ruangan. Latihan ringan mulai dari mobilitas (peregangan otot), joging, hingga koordinasi (penguatan otot) hanya dilakukan di ruang kebugaran di hotel tempat menginap. ”Ini supaya Zohri tidak terlalu capai berlatih di luar ruangan karena cuaca panas dan pengap,” katanya.
Latihan berat, seperti dengan blok start, dilakukan di arena perlombaan. Zohri melakukannya pada Rabu malam. Namun, Doha pada malam hari tetap panas, sekitar 31 derajat celcius. Beruntung, ada pendingin udara di stadion. ”Ini sangat membantu membuat pelari tidak terlalu kepanasan,” tutur Eni.
Asisten pelatih sprint PB PASI Erwin Renaldo Maspaitella menuturkan, mereka juga sangat menjaga asupan cairan Zohri. Panitia menyediakan air putih hingga isotonik yang cukup. ”Di tengah cuaca panas ini, atlet harus selalu menjaga asupan cairan agar tidak dehidrasi. Kalau dehidrasi, itu bisa fatal ke tubuh mereka,” ujarnya.
Paham risiko
Zohri, saat masa persiapan di Jakarta, menyampaikan, dia paham dengan risiko dan persiapan berlomba di lokasi dengan cuaca panas. Atlet harus pintar menjaga kondisi tubuh dan mengukur pemanasan agar tidak berlebihan atau kurang.
”Biasanya, di tempat panas, atlet sering cepat merasa panas ketika pemanasan. Padahal, tak jarang, panas yang dirasakan bukan dari dalam tubuh, melainkan karena sengatan panas dari luar tubuh,” kata pelari kelahiran Lombok Utara, NTB, 1 Juli 2000 itu.
”Selain cuaca, tidak ada masalah berarti dengan persiapan lomba. Zohri sudah mengenal situasi lintasan dan suasana perlombaan di sini karena pernah berlomba di sini pas Kejuaraan Asia. Sedangkan jenis start block-nya sama dengan GP Seiko Golden di Osaka, Jepang, Mei,” kata Erwin.
Coleman Fokus Lomba
Untuk mengukuhkan posisinya sebagai yang tercepat di dunia, pelari AS, Christian Coleman (23), berusaha membersihkan namanya yang tercoreng karena ”doping”, lalu fokus pada lomba. Sejak berlatih di Stadion Khalifa pada Selasa malam, dia menjelaskan apa yang dialaminya pada media massa, hingga harus dihentikan salah satu rekannya.
Seluruh hidup saya adalah untuk berlari
”Saya berusaha menjelaskan bahwa saya tak mengkonsumsi zat doping. Itu ada pada pikiran orang-orang karena sejarah atletik AS. Pesan saya pada penggemar adalah, saya berlari dengan bersih. Saya harus menjelaskan itu, lalu berkompetisi dengan kemampuan terbaik saya,” ujar Coleman, Rabu.
Sebelum tiba di Doha, Coleman terancam tak tampil dalam Kejuaraan Dunia karena melanggar peraturan antidoping. Dalam 12 bulan terakhir, seperti dilaporkan Badan Antidoping AS (USADA), Coleman tiga kali tak melaporkan keberadaannya seperti yang diharuskan dalam peraturan. Ini setara dengan pelanggaran melalukan doping dengan sanksi skors hingga dua tahun. Namun, Coleman bisa tampil di Doha karena USADA mencabut tuduhan mereka.
”Seluruh hidup saya adalah untuk berlari. Sekarang, saya hanya harus melanjutkan dan menaikkan levelnya,” lanjut Coleman.
Coleman menjadi favorit juara dunia pada tahun ini setelah menaklukkan pemegang rekor dunia, Usain Bolt, pada Kejuaraan Dunia London 2017. Dia finis kedua, unggul atas Bolt di posisi ketiga, namun kalah dari seniornya, Justin Gatlin. Coleman juga menjadi pelari tercepat 100 m dalam tiga musim terakhir. Musim ini, catatan waktu tercepatnya adalah 9,81 detik. (AP)