Ratusan anggota DPR dan DPD berjalan cepat menuju Ruang Paripurna I. Satu sama lain seakan berlomba untuk masuk ke ruangan tersebut. Tak sabar ingin segera dilantik diambil sumpah janjinya sebagai wakil rakyat.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·4 menit baca
Ratusan anggota DPR dan DPD berjalan cepat menuju Ruang Paripurna I, Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (1/10/2019). Satu sama lain seakan berlomba masuk ruangan tersebut, tak sabar ingin segera dilantik dan diambil sumpah janjinya sebagai wakil rakyat selama lima tahun ke depan.
Padahal, jarum jam masih menunjukkan pukul 08.00. Masih ada waktu sekitar 2 jam hingga pelantikan dimulai.
Mereka begitu disiplin. Hingga pelantikan dimulai yang ditandai dengan kehadiran Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, hanya ada beberapa orang yang terlambat, salah satunya Adian Napitupulu, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Sembari berjalan, mereka tak lupa menebar senyum dan menyapa setiap orang yang dilewati. Tidak terkecuali para wartawan. Sejumlah anggota dewan yang biasanya sulit ditemui tiba-tiba menjadi ramah, menyodorkan diri untuk ditanyai berbagai hal.
Salah satunya Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) di DPR Yandri Susanto. Tanpa diminta, ia menghampiri awak media lalu membeberkan dinamika lobi politik antarfraksi untuk memperebutkan kursi ketua MPR. Hal yang selama ini sulit diketahui media.
”Ayo teman-teman, saya mau kasih keterangan soal pemilihan ketua MPR,” kata Yandri kepada sejumlah wartawan.
Tak hanya Yandri, anggota dewan yang lain pun melakukan hal serupa sehingga aura keterbukaan informasi begitu kuat. Di setiap sudut Kompleks Parlemen, ada saja anggota yang tengah diwawancara, baik untuk televisi, radio, surat kabar, maupun media daring.
Energi positif tidak hanya terpancar dari sikap, tetapi juga penampilan anggota dewan. Mereka yang laki-laki mengenakan setelan jas hitam yang rapi, licin, dan tentu saja harum. Wangi parfum mereka semerbak, mengalahkan aroma bunga yang menghiasi areal pelantikan.
Sementara itu, anggota dewan perempuan pun tak kalah menarik. Mereka tampil menawan dengan kebaya dan kain dari berbagai daerah. Warna-warni pakaian yang disesuaikan dengan riasan wajah dan tata rambut menambah keindahan penampilan.
”Ini merupakan puncak dari perjuangan kami semasa kampanye. Jadi, memang kami ingin menampilkan yang terbaik,” kata Dewi Coryati, anggota DPR dari Fraksi PAN.
Dewi mengungkapkan, waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan penampilan saat pelantikan pun tak sebentar. Meski enggan merinci soal durasi, ia bercerita, perlu waktu beberapa hari untuk memilih pakaian dan aksesori yang pas.
Dewi sendiri mengenakan kebaya brokat biru dongker dengan kain songket warna senada berhias benang emas. Kalung emas besar pun menggantung indah di lehernya.
Urusan outfit, anggota dewan berlatar belakang selebritas jelas juara. Mulan Jameela, anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, yang mengenakan baju bodo krem dengan jilbab senada mengatakan, pakaiannya dirancang secara khusus oleh perancang Didiet Maulana.
Penampilan menawan juga terlihat dari Evi Apita Maya, anggota DPD asal Nusa Tenggara Barat. Senator yang pernah viral lantaran gugatan penggunaan foto palsu untuk kampanye itu mengenakan setelan kebaya dan kain merah muda, dengan riasan wajah dan kerudung senada.
Tampilan sempurna itu tak bisa ia buat sendiri di tengah kesibukan pembekalan anggota dewan. Oleh karena itu, Dewi memboyong kerabatnya ke hotel, khusus untuk mendandani wajahnya selama hampir dua jam sebelum berangkat ke Kompleks Parlemen.
Bagi Intan Fauzi, anggota DPR dari Fraksi PAN, penampilan terbaik memang dibutuhkan untuk mengawali masa tugas. Hal itu merepresentasikan semangat untuk bekerja optimal mewakili masyarakat.
Harapan
Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan, penampilan dan sikap anggota dewan sepanjang pelantikan menunjukkan semangat yang begitu positif. Tebesit sedikit harapan akan perbaikan kinerja lembaga yang selama beberapa waktu terakhir dihujat masyarakat itu.
Namun, jangan sampai itu sebatas euforia. Mereka harus tetap konsisten dengan sikap yang telah ditunjukkan pada hari pertama.
Menurut Hendri, konsistensi bagi anggota dewan bukan perkara mudah, apalagi bagi mereka yang baru pertama kali menjabat. Mereka bisa saja terjebak kembali pada pola kerja yang buruk sebagaimana terjadi pada periode-periode sebelumnya. ”Tantangan bagi mereka itu berlapis, mereka harus menghadapi fraksi, komisi, dan DPR itu sendiri,” katanya.
Dengan tantangan berlapis itu, kemungkinan perubahan dari dalam diri DPR memang kecil. Sebagaimana tecermin dalam hasil jajak pendapat Litbang Kompas sepanjang 25-27 September 2019 terhadap 419 responden.
Dari jajak pendapat tersebut, tampak bahwa masyarakat ragu memberikan harapannya kepada DPR. Contohnya, dalam hal kemampuan mendengarkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, ada 53,5 persen masyarakat yang tak yakin hal itu akan terwujud, lebih tinggi ketimbang mereka yang yakin, yaitu sebanyak 35,3 persen.
Perbaikan sikap dan penampilan yang menawan juga sebenarnya bukan keinginan masyarakat. Masih berdasarkan jajak pendapat yang sama, warga berharap anggota dewan menghindari sejumlah hal, di antaranya menerima suap, lamban membahas undang-undang, tidak serius menghadiri sidang, dan membolos sidang.
Untuk itu, masyarakat butuh komitmen dan konsistensi DPR dalam bekerja untuk rakyat. Bukan sekadar perilaku kinyis-kinyis di awal masa jabatan.