Berlibur ke daerah kepulauan, hal pertama yang terbesit di pikiran mungkin tentang serunya berswafoto di tepi pantai atau menyaksikan deruan ombak menari-nari di bibir pantai.
Oleh
Stefanus Ato
·5 menit baca
Berlibur ke daerah kepulauan, hal pertama yang tebersit di pikiran mungkin tentang serunya berswafoto di tepi pantai atau melihat ombak yang menderu dan menari-nari di bibir pantai. Namun, jika Pulau Onrust yang dipilih, dijamin ada pengalaman lebih yang bisa dinikmati. Kita tak sekadar berlibur lantaran di sana ada reruntuhan bersejarah yang mengundang tanya dan menggoda untuk ditelusuri.
Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, lekat dengan peninggalan bersejarah pada zaman kolonialisme. Jejak peninggalan itu meski hanya berupa reruntuhan, tetapi mampu membangkitkan imajinasi kejayaan bangsa penindas pada masa lalu. Mulai dari kejayaan VOC, Hindia Belanda, hingga penjajah sesama bangsa Asia, Jepang.
Agar penggalan sejarah lintas zaman itu bisa dirangkai secara utuh, Pulau Onrust sebaiknya jadi tempat terakhir yang dijelajahi. Nikmati dulu keindahan pantai daerah kepulauan dengan menginap satu malam di Pulau Bidadari. Pulau itu jadi pilihan tepat jika ingin rehat sejenak dari kebisingan Ibu Kota.
Pulau Bidadari didesain khusus sebagai pulau resor sehingga tak ada kebisingan berarti di sana, selain terjangan ombak yang sesekali memecah keheningan malam. Setelah terlelap semalam, saatnya berpetualang menapaki jejak reruntuhan bersejarah.
Pulau pertama yang bisa dikunjungi, yakni Pulau Kelor. Akses transportasi dari Pulau Bidadari ke Pulau Kelor bisa ditempuh menggunakan kapal motor atau speed boat dengan jarak tempuh sekitar 5 menit. Di pulau itu terdapat sebuah benteng peninggalan Belanda yang masih cukup utuh.
Benteng yang dikenal dengan nama Martello itu dibangun Belanda pada tahun 1850 sebagai salah satu sistem pertahanan laut Kota Batavia dan juga sebagai menara pengawas. Benteng itu terbuat dari batubata, berbentuk bundar, dan berdiameter 2,50 meter.
Pesona Pulau Kelor tak hanya soal Benteng Martello, sebab seperti namanya, pulau itu tergolong kecil atau ibarat selebar daun kelor. Di pulau itu ada pantai berpasir putih yang memikat dijadikan tempat berswafoto. Dari pasir putih itu, pengunjung bisa berswafoto membelakangi dua pulau lain, Cipir dan Onrust, yang letaknya hanya berjarak sekitar ratusan meter dari pulau itu.
Setelah puas di Pulau Kelor, pulau berikut yang perlu disambangi adalah Pulau Cipir. Saat bersandar di sana, reruntuhan bangunan massa lalu menjadi penyambut selamat datang. Tempat itu di zaman Hindia Belanda merupakan rumah sakit karantina jemaah haji Nusantara.
Menurut arkeolog Candrian Attahiyyat, Pulau Cipir dimanfaatkan sebagai karantina haji dari tahun 1911-1933. Karantina itu dilakukan bagi jemaah Nusantara yang baru pulang dari Arab Saudi dengan pertimbangan mencegah penularan penyakit masuk ke Batavia.
”Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit leptosirosis. Itu bakteri yang menyebar melalui air seni hewan yang terinfeksi,” katanya, Sabtu (7/9/2019), di Onrust.
Meski hanya berupa reruntuhan, jika diamati secara detail, bangunan yang runtuh itu dahulu kala berupa bangunan berbentuk persegi panjang. Di bangunan itu masih berdiri tembok-tembok pemisah dari setiap kamar, bekas kamar mandi, hingga barak penampungan.
Kelapa muda
Dari Pulau Cipir, pulau terakhir yang wajib dikunjungi adalah Pulau Onrust. Jarak kedua pulau ini berdekatan atau hanya sekitar 50 meter. Saat tiba di pulau itu, tidak perlu terburu-buru menjajaki peninggalan bersejarah di sana. Di tepi pantai Onrust sudah tersedia minuman air kelapa muda yang dijajakan pedagang setempat dengan harga terjangkau.
Hanya dengan modal Rp 20.000, air kelapa segar siap membasahi tenggorokan dan menghapus dahaga setelah berputar-putar di Pulau Kelor dan Cipir. Di sana juga tersedia berbagai aneka masakan sederhana yang bisa dinikmati dengan harga Rp 15.000-Rp 30.000.
Setelah mengisi perut dan menghilangkan dahaga, saatnya menelusuri sejarah kolonialisme di Onrust. Di pulau itu, kepingan peninggalan sejarah serta hubungan antara Benteng Martello di Pulau Kelor dan Rumah Sakit Karantina Haji di Pulau Cipir bisa dirangkai dengan cukup utuh. Dari Onrust, kepingan sejarah peninggalan kolonialisme yang terpisah-pisah itu dimulai.
Onrust merupakan tempat berkumpulnya pasukan perang VOC untuk mengonsolidasi kekuatan sebelum menyerang Kota Jayakarta. Penyerangan VOC terjadi tahun 1619, dan dari penyerangan itu, VOC berhasil menguasai Jayakarta yang kemudian diubah nama kota itu dengan sebutan Batavia.
Onrust merupakan tempat berkumpulnya pasukan perang VOC untuk mengonsolidasi kekuatan sebelum menyerang Kota Jayakarta.
Setelah menduduki Batavia, Pulau Onrust difungsikan sebagai pertahanan terdepan untuk melindungi Kota Batavia. Fungsi itu berakhir setelah VOC dibubarkan tahun 1799. Pada masa awal abad ke-18 atau era penjajahan Hindia Belanda, Onrust beralih fungsi sebagai pusat pangkalan angkatan laut. Pembangunan pangkalan itu diperluas dengan melibatkan pulau-pulau lain di sekitar Onrust, seperti Cipir, Kelor, dan Bidadari.
Perluasan itu diwujudkan dengan membangun benteng pertahanan Martello. Benteng itu dibangun di Pulau Cipir, Kelor, dan Pulau Bidadari. Benteng yang masih berdiri dan bisa dilihat hingga kini ada di Pulau Kelor dan Pulau Bidadari.
Dalam perjalanannya, karena perairan di sekitar Onrust bebas dari perang, tempat itu diubah menjadi rumah sakit karantina haji. Namun, setelah karantina dipindahkan ke Tanjung Priok, Onrust dialihfungsikan sebagai tempat tahanan politik dan kriminal dari tahun 1933-1949.
Pulau yang sibuk
Dari sepenggal kisah itu, bisa diketahui, Onrust pada masa lalu sangat sibuk. Dari kesibukan di sana, pulau itu dikenal sebagai pulau yang tak pernah beristirahat atau dalam bahasa Belanda disebut Onrust.
Meski sibuk di masa lalu, aktivitas masa lampau itu kini hanya berupa kenangan. Pulau itu seperti kota yang hancur akibat perang. Cor-coran semen, bata, dan bebatuan berserakan di sekitar pulau.
Di perairan yang dahulu kala menjadi tempat hilir mudik kapal angkatan laut Belanda kini tergantikan dengan kapal nelayan dan kapal motor yang mengangkut wisatawan berkeliling di sekitar pulau. Di tepi pantai pengunjung kerap memancing, berswafoto, dan berenang.
Tertarik? Ayo berwisata ke Onrust. Akses transportasi ke sana dengan kapal motor dari Pelabuhan Marina Ancol atau Pelabuhan Muara Kamal ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit.
Paket perjalanan per hari jika berangkat dari Dermaga Muara Kamal Rp 120.000 per orang. Biaya itu sudah termasuk tiket kapal motor atau speed boat, tiket masuk ke pulau, serta makan dan minuman.