Goresan Menangkap Rupa Indonesia
Dengan melihat pameran seni rupa "Wajah Indonesia" dalam PKN 2019 di Istora Senayan, publik dapat memaknai kembali identitas Indonesia.
Pameran seni rupa "Wajah Indonesia" dalam PKN 2019 di Istora Senayan untuk memaknai kembali identitas Indonesia.
“Romantika Politik Humor”, demikian perupa asal Jakarta, Evy Yonathan, memberi judul pada karya instalasi patung tanah liatnya. Tampak tiga orang berdiri, dua di antaranya terkekeh, sementara satu orang di tengah memegang mikrofon. Di depannya, puluhan orang duduk menonton dengan rapi.
“Kalo politik itu panggung sandiwara, itu aktingnya pada jelek,” kata A. “Ya, akting bagus jelek itu kan relatif, tergantung pemirsa, betul gak penonton?” jawab B. Ada sebuah dialog imajinatif yang ditampilkan Evy untuk merespon karyanya itu. Baginya, ekspresi para politisi di panggung publik selama ini adalah politik humor, semacam romantika atau lika-liku politik humor.
Samuel Indratma, seniman asal Yogyakarta menyuguhkan lukisan berjudul “Ngerek Gendera” atau menaikkan bendera. Lukisannya bergambar seorang laki-laki tengah menaikkan bendera dengan tali dan katrol yang terpancang di ujung rambutnya. Di atas kepalanya telah berdiri delapan bendera merah putih.
“Indonesia memerlukan banyak peristiwa ‘menaikkan bendera’ di sekujur tubuhnya sembari menyanyikan Lagu Indonesia Raya,” tulis Samuel dalam deskripsi karyanya. Itulah harapan Samuel yang digoreskan dalam lukisannya.
Potret Indonesia lainnya tampak pada karya Muhammad Yatim Mustafa berjudul “Kuli” yang menggambarkan sosok Pak Temu, seorang kuli yang hidup di tiga era zaman (Belanda, Jepang, dan kemerdekaan). Perjuangan berat buruh-buruh tembakau di Deli Serdang pada era kolonial ternyata berlanjut hingga sekarang dalam bentuk-bentuk barunya, praktik perkulian masih terjadi di perkebunan-perkebunan besar.
Sejak dulu, di tengah kerasnya kerja kontrak, kesenian berperan sebagai pelipur derita yang membuat para buruh tetap bersemangat dan optimistis. Di tanah rantau, para buruh menikmati kehidupan kerasnya dengan menonton dan bermain aneka macam kesenian, mulai dari wayang, ketoprak, hingga tari Melayu. Seni benar-benar menjadi oase penghiburan bagi mereka.
Yulius Ardianto, perupa Jawa yang kini tinggal di Tarakan, Kalimantan Utara mencoba berekspresi beda dengan melukis di atas piring dan nampan menggunakan pensil. Di atas sembilan media keramik, ia melukis aneka macam warisan-warisan budaya khas Indonesia, seperti sosok Bujang Ganong dalam kesenian Reog Ponorogo, wanita suku Dayak, lelaki tua Bali dengan ayam jagonya, dan sosok laki-laki Jawa. Dengan sedikit arsiran dan pendetailan, Ardianto mampu menampakkan gradasi terang-gelap dalam lukisan hitam putihnya.
Sebanyak 41 karya
Karya-karya di atas merupakan bagian dari 41 karya yang dipamerkan dalam Pameran Seni Rupa “Wajah Indonesia” dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 di Istora Senayan pada 7-13 Oktober 2019. Pameran ini hendak menampilkan keragaman ekspresi manusia Indonesia dari berbagai latar belakang wilayah melalui multiinterpretasi wajah.
Pameran ini hendak menampilkan keragaman ekspresi manusia Indonesia dari berbagai latar belakang wilayah melalui multiinterpretasi wajah.
Karya lukisan, keramik, dan drawing ini merupakan hasil olah artistik 41 perupa dari 20 provinsi di Indonesia, antara lain Aceh, Sumatra Utara, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Maluku.
Selain itu, ditampilkan pula karya-karya sketsa serta video dokumentasi sketsa hasil kegiatan Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, video dokumentasi karya koleksi Galeri Nasional Indonesia, dan video dokumentasi karya Festival Seni Rupa Anak Indonesia “Main”, yang dipilih berdasarkan pertimbangan kuratorial.
Kurator pameran Sudjud Dartanto mengatakan, pameran ini dengan sengaja memberi perhatian pada pokok wajah. Hal itu terkait dengan semangat tema umum Pekan Kebudayaan Nasional 2019 yang menampilkan berbagai hasil produk kebudayaan di Indonesia. “Wajah Indonesia” dimaksudkan untuk membuka apresiasi atas keragaman ekspresi dari para seniman serta mengenali berbagai tafsir wajah manusia Indonesia secara lebih personal.
“Tradisi menggambar atau merepresentasikan wajah sangat dinamis. Dalam ranah seni rupa, penggambaran wajah mengalami puncak realistiknya pada era revolusi fisik, dan sebelumnya dengan citra ‘molek’ pada era romantisisme Hindia Belanda,” kata Sudjud. Melalui wajah dalam bahasa rupa, pengunjung diharapkan mendapat pengetahuan tentang berbagai gagasan penggambaran wajah atau rupa khas Indonesia.
Melalui wajah dalam bahasa rupa, pengunjung diharapkan mendapat pengetahuan tentang berbagai gagasan penggambaran wajah atau rupa khas Indonesia.
Kurator Teguh Margono menambahkan, Selain menyaksikan pameran, pengunjung juga bisa mengikuti “Sketsa Bersama Publik” oleh sketchers dan Komunitas Sketsa Indonesia. “Sketsa Bersama Publik” mengajak para pengunjung PKN untuk merespon suasana atau peristiwa selama PKN berlangsung.
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto berharap, pameran yang mengeksplorasi beragam medium ini dapat memberikan inspirasi, memicu sikap kritis, memunculkan motivasi, serta mengembangkan kreativitas, baik dalam bidang seni rupa maupun bidang-bidang lainnya. “Lewat pameran ini, publik juga diharapkan dapat memaknai kembali identitas Indonesia yang terangkum dalam ‘wajah-wajah Indonesia’ yang ditampilkan lewat karya seni rupa. Dari ‘wajah-wajah’ yang beragam tersebut, diharapkan muncul adanya sikap saling pengertian dan saling menghargai sehingga dapat terwujud cita-cita menuju Indonesia Bahagia,” ucapnya.