logo Kompas.id
UtamaTamu Pak Dosen yang Membawa...
Iklan

Tamu Pak Dosen yang Membawa Masalah

Penangkapan AB (44), dosen perguruan tinggi ternama, membuat orang terperanjat. Sosok santun dan berpendidikan tinggi seperti AB diduga terlibat dalam rencana pengeboman di Jakarta.

Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VkTr6-awe8423dbT53Av1XlB0hk=/1024x623/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F20190930NUT006_1569848596.jpg
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Mahasiswa dan polisi memberi jalan kepada pengguna jalan yang melintas di Jalan Tentara Pelajar, Jakarta Pusat, saat unjuk rasa di pintu belakang Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/9/2019).

Penangkapan AB (44), seorang dosen perguruan tinggi ternama, membuat orang terperanjat. Sosok santun dan berpendidikan tinggi seperti AB tiba-tiba ditangkap polisi di Tangerang, Jumat (27/9/2019). AB diduga terlibat merencanakan kerusuhan di tengah demo menolak pengesahan revisi UU KPK dan Rancangan UU KUHP. Sebanyak 29 bom ikan berdaya ledak tinggi yang dibuat dan disimpan di rumah AB di Bogor siap diledakkan tanggal 28 September.

Sabtu (5/10) siang, Kompas menemui AB untuk wawancara. Wajahnya terlihat lelah. Namun, gaya bicaranya terstruktur dengan baik seperti dosen pada umumnya.

AB mengutarakan, kesalahannya adalah menampung empat pembuat bom ikan dan seorang pengundangnya, yaitu S, di rumahnya. Empat pria berprofesi nelayan itu didatangkan dari Papua dan Maluku ke Jakarta untuk membuat bom ikan yang akan diledakkan pada 28 September. Mereka tiba di Jakarta tanggal 24 September.

https://cdn-assetd.kompas.id/yuiU2M6EM-2OwoHDfh1IBj5il3w=/1024x1365/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2FIMG-20190925-WA0006_1569361720.jpg
DOKUMENTASI POLRES JAKARTA BARAT

Polisi mengamankan beberapa barang bukti dari pelaku, seperti bom molotov, gir, batu, dan petasan.

”Saya ngaku salah menerima mereka nginap di saya. Itu saja. Itu blunder buat saya, kenapa besoknya tidak langsung saya usir. Saya tidak biasa menolak tamu,” ujarnya.

Negara genting

AB menceritakan asal muasal rencana meledakkan bom ikan. Dalam pertemuan di rumah seorang tokoh di Ciputat, Tangerang Selatan, disimpulkan bahwa keadaan negara ini sudah runyam. Kerunyaman itu, menurut AB, antara lain serbuan tenaga kerja asing untuk mengerjakan pekerjaan kasar. Perlu tindakan untuk mengusik para pembuat kerunyaman itu.

AB menuturkan, yang paling runyam adalah masalah logo Bank Indonesia (BI) di uang kertas yang mirip lambang palu arit. AB lalu meminjam selembar uang kerta Rp 50.000, kertas kosong, dan pena kemudian menjelaskan tentang logo palu arit tersebut sambil membuat sketsa.

Iklan

”Yang punya logo seperti ini komunis. Bangsa Indonesia tidak perlu logo seperti ini. Itu dibantah BI, tetapi faktanya seperti itu. Teman saya di BI bilang kita kecolongan ada yang bikin draf seperti itu dibiarkan. Akhirnya disimpulkan tidak bisa dibiarkan, negeri ini makin genting. Apa yang bisa kita lakukan,” tuturnya.

Akhirnya disimpulkan perlu shock therapy untuk mengusik para pembuat runyam negara. Mengusik bisa dua cara, yaitu mengusik keluarga atau mengusik bisnis. Rencana mengusik keluarga dicoret karena bisa menimbulkan korban nyawa.

Rencana mengusik bisnis mereka dipilih dengan meledakkan bom ikan di pusat bisnis, pertokoan, dan pergudangan. Bom direncanakan diledakkan pada 24 September. Namun, karena pada tanggal itu para peracik bom belum siap, diundur pada 28 September.

”Masalahnya, S (salah satu tersangka yang ditangkap), yang mendatangkan empat orang itu, bilang tiket dan bahan (bom) saya yang beli. Padahal, itu tidak benar. Yang mendanai mereka, ya, bapak-bapak itu yang menyanggupi untuk mendatangkan mereka. Dugaan saya, S menerima uang dari… (AB menyebut beberapa nama),” katanya.

Ketika dikonfirmasi apakah AB anggota ormas HTI yang telah dibubarkan, pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah, itu langsung membantah.

”Teman saya HTI banyak, tetangga satu kompleks saya ada salah satu ketua HTI. Saya bukan pengurus HTI. Satu-satunya acara HTI yang saya datangi waktu ulang tahun di Sentul. Ada belasan ribu orang hadir, tetapi saya tidak sreg dengan acaranya lalu saya pulang duluan,” ujarnya.

Menurut AB, dia merupakan anggota Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara (MKPN) yang berkantor di Cawang, Jakarta Timur. Kegiatan organisasi tersebut adalah menganalisis Pancasila. Di organisasi tersebut, AB kenal dengan M (64) sebagai pendiri MKPN yang juga ditetapkan sebagai tersangka.

Baca juga: Tersangka Berencana Ledakkan Bom Ikan di Pusat Bisnis

AB secara panjang lebar menjelaskan konsepnya tentang Indonesia yang sekarang ada dalam kondisi mengkhawatirkan. AB berpendapat diperlukan suatu upaya untuk mengembalikan Indonesia pada relnya.

AB menuturkan, nasibnya kini dalam bahasa Jawa ibarat ketiban awu anget atau tertimpa kemalangan.

”Kalau saya tidak izinkan (mereka menginap), saya tidak terseret. Tapi sudah lewat, kalau saya pikirkan, malah saya sakit. Andaikan bisa diputar ulang, jangan di rumah saya, tapi tidak bisa diputar ulang,” ucap AB.

Kalau saya tidak izinkan (mereka menginap), saya tidak terseret. Tapi sudah lewat, kalau saya pikirkan, malah saya sakit. Andaikan bisa diputar ulang, jangan di rumah saya, tapi tidak bisa diputar ulang.

Editor:
agnesrita
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000