Kegagalan menjaga fokus pada 15 menit pertama harus dibayar mahal SSB Oneway Soccer School, sehingga harus menyerah 0-2 dari Big Star Babek FA pada pekan keempat Liga Kompas kacang Garuda U-14.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS – Momen krusial pada laga sepak bola terjadi pada 15 menit pertama. Tim yang gagal menjaga fokus pada momen krusial ini cenderung kesulitan menguasai permaina, bahkan memenanginya. SSB Oneway Soccer School merasakan hal itu pada pekan keempat Liga Kompas Kacang Garuda U-14 2019-2020 di Lapangan Universitas Muhamadiyah Jakarta, Ciputat, Minggu (13/10/2019).
Oneway SS bertekad mengalahkan Big Star Babek FA, lawan mereka pada laga keempat ini. Namun, Big Star Babek dengan cepat mencetak gol pada menit pertama melalui M Afrizal Suwandi. Pada menit ke-10, Daffa Erisandy Alfarizi, menambah keunggulan tim, 2-0 dan bertahan hingga akhir.
”Selama 15 menit awal laga itu sangat bahaya dan pemain kami sama sekali tidak fokus. Ini harus kami evaluasi agar tidak terulang lagi,” kata pelatih Oneway SS, TB Wahyudinsyah. Kebobolan dua gol kurang dari 15 menit pertama membuat mental pemain jatuh dan tim akan sulit untuk bangkit.
Padahal, Oneway SS mampu tampil lebih baik pada pekan ketiga ketika melawan Buperta Cibubur yang berakhir 0-0. Adapun Buperta Cibubur pada pekan keempat menang telak 4-1 atas Tajimalela FA.
Namun, Wahyudinsyah menyadari para pemain butuh waktu untuk belajar dalam kompetisi ini. Staf pelatih juga berusaha terus memberi motivasi. ”Saya hanya bilang ke pemain, segera melupakan kekalahan ini dan kembali berlatih. Tidak perlu marah-marah karena bisa memperburuk mental mereka,” ujarnya.
Big Star Babek telah melewati hal itu. Pada pekan ketiga mereka ditahan tim debutan Tajimalela FA, 0-0, dan pekan ini sudah bisa kembali fokus dan meraih kemenangan. ”Pekan lalu kami bermain kurang tenang dan tidak fokus. Sekarang, kami bisa tampil lebih bagus,” kata pelatih Big Star Babek, Bonni Safrudin Wijaya.
Namun, Bonni belum puas karena para pemainnya kerap melakukan pelanggaran yang tidak perlu. Salah satu pemainnya, Fiqih Maulana mendapat kartu kuning. Jika mendapat dua kartu kuning, pemain akan mendapat sanksi akumulasi kartu dan tidak boleh berlaga pada laga berikutnya. Hal ini akan merugikan tim dan pemain itu sendiri.
Motivasi besar
Pada laga lainnya, Siaga Pratama berhasil menjaga fokus dan mejaga motivasi besar yang dibangun sebelum berlaga. Pada pekan keempat, mereka bertemu Bina Taruna, tim juara bertahan yang selalu menang hingga pekan ketiga. “Sebelum bertanding, saya minta pemain untuk tampil lebih bagus karena lawan adalah juara bertahan,” ujar pelatih Siaga Pratama, Kusnadi.
Motivasi dari Kusnadi itu berhasil melecut semangat para pemain untuk menekan Bina Taruna sepanjang laga. Laga berakhir imbang 0-0 dan tren kemenangan Bina Taruna terhenti. Kelemahan terbesar yang masih harus dievaluasi Kusnadi adalah penyelesaian akhir tim yang buruk. Mereka mendapat banyak peluang gol, tetapi tendangan para pemain masih melenceng.
Sebaliknya, pelatih Bina Taruna Izak Jeffri Dodi Sahetapy mengakui bahwa permainan mereka masih mudah terbaca oleh lawan. Hasil imbang ini pun menjadi pelajaran untuk lebih adaptif menghadapi berbagai lawan yang berbeda karakter. “Inilah keuntungan mengikuti kompetisi seperti ini, karena tim akan selalu belajar. Hasil itu urusan nanti, yang lebih penting adalah proses belajarnya,” katanya.
Hingga pekan keempat, Matador Mekarsari masih kokoh berada di puncak klasemen sementara dengan 12 poin. Kemenangan keempat mereka raih atas Bintang Ragunan, 2-1, dan mempertahankan rekor kemenangan beruntun.
Pada laga lainnya, Intan Soccer Cipta Cendikia juga memperlihatkan produktivitas gol dengan mengalahkan Pelita Jaya, 3-0. Sementara Metro Kukusan belum berhasil meraih poin setelah dikalahkan Benteng Muda IFA, 1-3.