Sejak ditangani pelatih Roberto Mancini, Italia terus memetik kemenangan dan lolos ke putaran final Piala Eropa 2020. Setelah sempat terpuruk, Italia kini menjadi ancaman serius bagi tim lainnya.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
ROMA, MINGGU - Hentakan lagu grup band The White Stripes berjudul ”Seven Nation Army” menggetarkan Stadion Olimpico, Roma, begitu Italia mengalahkan Yunani 2-0 pada laga Grup J kualifikasi Piala Eropa 2020, Minggu (13/10/2019). Kemenangan itu mengantar Italia lolos ke Piala Eropa.
Tidak ada musik yang lebih tepat mengiringi lahirnya kembali tim ”Gli Azzurri”. Lagu dengan riff bass, gitar, dan ketukan drum yang unik ini memang kerap terdengar sebagai lagu wajib di beberapa kompetisi mayor seperti Piala Dunia, Liga Champions, atau Piala Eropa sejak dirilis tahun 2003. Namun, Italia memiliki kenangan terindah dengan lagu ini ketika meraih gelar juara Piala Dunia 2006 di Jerman.
Angka tujuh dalam judul lagu itu pun menggambarkan tujuh tim yang disingkirkan Italia untuk mencapai puncak dunia. Itulah gelar terakhir yang diraih Azzuri sebelum terpuruk dan gagal lolos ke Piala Dunia Rusia 2018.
Pada laga lawan, Italia di bawah asuhan pelatih Roberto Mancini kembali bangkit sebagai raksasa Eropa, dan lagu The White Stripes kembali menemukan maknanya. Lagi-lagi angka tujuh itu bertepatan dengan tujuh kemenangan beruntun yang diraih Italia di grup ini untuk memperoleh tiket ke putaran final Piala Eropa 2020 dengan tiga laga tersisa. Mereka kokoh di puncak klasemen Grup J dengan 21 poin.
Keberhasilan Italia ini semakin dramatis karena mereka tidak menggunakan kostum biru ciri khas mereka saat melawan Yunani, melainkan kostum hijau yang khusus disiapkan untuk mengusung tema renaisans. Kostum hijau ini terakhir digunakan Italia tahun 1954, saat menang 2-0 atas Argentina di Olimpico pada sebuah laga persahabatan.
Waktu itu, Italia tengah berusaha bangkit setelah kecelakaan pesawat Superga tahun 1949 yang menewaskan para pemain Torino, tulang punggung tim nasional. Warna hijau menyimbolkan para pemain muda yang pada waktu itu tampil untuk menunjukkan lahirnya generasi baru.
Dengan mereplika laga pada 1954 di tempat yang sama, Italia secara kebetulan juga menang 2-0 melalui tendangan penalti Jorginho menit ke-63 dan tendangan keras Federico Bernardeschi pada menit ke-78.
”Italia sudah berhasil melalui krisis, dan sekarang mereka menjadi tim yang berbahaya atau bahkan menjadi favorit di Piala Eropa nanti,” kata pelatih Yunani John Van’t Schip.
Pada pertemuan pertama awal Juni, Italia bertandang ke Yunani dan menang 3-0. Di Olimpico, Yunani bermain sangat defensif dan masih gagal membendung gempuran Italia. Yunani, juara Piala Eropa 2004, kini terancam gagal lolos ke putaran final karena baru mengantongi lima poin.
Bagi Mancini, kemenangan Italia atas Yunani ini merupakan kemenangan beruntun kedelapan sejak mengalahkan Amerika Serikat 1-0 pada laga persahabatan, November 2018. Berbagai pujian datang kepadanya, tetapi Mancini berusaha tidak terlena. ”Kami belum mendapatkan apa-apa, tetapi tidak ada salahnya untuk merayakan momen ini,” kata Mancini.
Pemain muda
Mancini diminta untuk menangani tim Azzurri pada Maret 2018 dan mendapati tugas yang amat sulit. Italia yang sebelumnya ditangani pelatih Gian Piero Ventura tidak berkembang dan puncaknya gagal membawa Italia lolos ke Piala Dunia 2018. Mancini kemudian berusaha keluar dari krisis dengan meremajakan tim.
Ia memanggil para pemain muda seperti Nicolo Zaniolo, Moise Kean, Federico Chiesa, Nicolo Barella, dan Stefano Sensi. Hasilnya, Mancini hanya kalah dua kali dalam 17 laga.
“Saya bangga karena saya datang pada saat situasi sedang buruk. Saya hanya mencoba membuat para pemain percaya kepada diri sendiri,” ujar Mancini.
Mancini mengingatkan bahwa kebijakannya ini dilakukan untuk mencapai target utama, yaitu menjuarai Piala Dunia Qatar 2022. Namun, kini mereka berani memasang target tinggi di Piala Eropa 2020.
Apabila Italia sudah mendapatkan tiket ke putaran final, Spanyol harus menunggu karena ditahan imbang Norwegia 1-1 pada laga Grup F, di Oslo, Minggu dini hari WIB. Mereka unggul lebih dulu ketika Saul mencetak gol menit ke-47, tetapi Norwegia menyamakan kedudukan pada menit ke-90+4 melalui tendangan penalti Joshua King.
Dengan hasil imbang ini, Spanyol masih berada di puncak klasemen Grup F dengan 19 poin. Ini merupakan hasil imbang pertama Spanyol di ajang kualifikasi Piala Eropa sejak ditahan imbang Eslandia 1-1 pada 2007. “Sangat menyakitkan ketika kehilangan poin pada menit-menit akhir. Kami akan tetap menghadapi laga-laga berikutnya dengan tenang dan percaya diri,” kata bek Spanyol Sergio Ramos.
Pada laga itu, Ramos mencatatkan diri sebagai pemain Spanyol yang paling banyak membela ”La Furia Roja”, melampaui rekor 167 cap milik kiper Iker Casillas. Ramos (33) menjalani laga ke-168 melawan Norwegia. Ramos juga menjadi pemain lapangan dengan jumlah terbanyak membela timnas di Eropa, melampaui rekor 167 cap milik gelandang Latvia, Vitalijs Astafjevs (1992-2010).
Pemain yang membela timnas Spanyol sejak 2005 itu membutuhkan delapan laga lagi untuk menyamai rekor kiper Italia, Gianluigi Buffon, 176 laga, sebagai pesepak bola Eropa yang terbanyak membela timnas. Hal itu bisa diraihnya jika tidak absen pada tiga laga sisa kualifikasi dan membawa Spanyol hingga perempat final Piala Eropa 2020. (AP/AFP)