Kemampuan adaptasi pada arena pertandingan menjadi salah satu materi yang dipelajari para pemain muda peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 pada pekan kelima, Minggu (20/10/2019).
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pekan kelima Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2019-2020 menguak kemampuan adaptasi para pemain di 16 tim peserta pada perubahan ukuran lapangan. Tim-tim yang cepat beradaptasi mampu menjaga penampilan dan memetik hasil positif.
Mulai pekan kelima, Minggu (20/10/2019), Liga Kompas kembali menggunakan lapangan GOR Ciracas di Jakarta Timur. Sementara pada pekan pertama hingga keempat, liga bergulir di lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta di Ciputat, Tangerang Selatan. Lapangan UMJ ukurannya lebih kecil dari lapangan normal, seperti di GOR Ciracas.
Perubahan lokasi pertandingan tidak mudah bagi para pemain SSB peserta. Mereka butuh kemampuan adaptasi yang baik untuk bermain di dua lapangan berbeda itu. Di lapangan kecil, mereka patut bermain cepat, sedangkan di lapangan besar mereka harus pandai memanfaatkan lebar lapangan.
Untuk itu, tim-tim dengan materi pemain yang cepat beradaptasi terhadap lingkungan sekitar yang mampu menuai hasil positif. Adapun tim-tim yang pemainnya lambat beradaptasi harus menuai hasil negatif.
”Dalam kompetisi usia muda, pemain-pemain yang cerdas dan mampu bersaing dalam suatu kompetisi bisa terus berkembang. Kalau hanya bermodal kemampuan individu ataupun mental, itu tidak cukup,” ujar pelatih SSB Matador Mekarsari Supriyono Prima.
Pada pekan kelima, Matador Mekarsari berhasil menang 3-1 atas SSB Tajimalela FA. Gol Matador dilesatkan oleh Malik Kaldi di menit ke-12 dan ke-17 serta Fajri Zaldiansyah di menit ke-34. Sementara gol semata wayang Tajimalela FA dibuat oleh Tengku Ahmad Alif di menit ke-28.
Kemenangan itu kian mengukuhkan Matador Mekarsari di puncak klasemen sementara dengan 15 poin atau poin sempurna dari lima laga yang telah dilalui. Mereka melesatkan 12 gol dan hanya kemasukan 4 gol.
Supriyono mengatakan, para pemainnya punya kemamuan tinggi untuk cepat menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan pertandingan. Ketika bermain di Stadion UMJ, mereka paham harus bermain cepat. Karena, kalau lama memegang bola, jarak antarpemain sangat rapat sehingga lawan bisa cepat mencuri bola.
Ketika main di Stadion Ciracas, mereka paham bahwa lapangan lebih bear. Untuk itu, mereka harus pandai mengalirkan bola dari satu sisi ke sisi lain. Mereka harus benar-benar memanfaatkan lebar lapangan untuk mencuri peluang.
Kemauan tinggi tersebut melengkapi keunggulan skill atau kemampuan individu dan kekompakan mereka secara tim. Hal itu menjadi kunci timnya bisa selalu mencuri poin penuh dari pekan pertama hingga kelima.
”Dalam laga kali ini, anak-anak bermain lebih efektif. Karena tahu lapangan lebih besar, mereka sangat mengatur permainan dan lebih banyak mengoptimalkan serangan balik dari sisi flank. Dan, Malik Kaldi jadi aktor utama karena punya kelebihan kecepatan,” katanya.
Walau bermain impresif dalam lima laga awal, Supriyono tidak mau cepat besar kepala. Menurut dia, tantangan utama kompetisi usia muda adalah konsistensi permainan para pemain. Dengan usia masih sangat muda, tak jarang para pemain mengalami kejenuhan dan mudah kehilangan konsentrasi yang membuat mereka tidak bisa menjaga konsistensi permainan tim.
”Kompetisi baru dimulai dan perjalanan masih panjang. Anak-anak masih perlu membuktikan konsistensi permainannya. Saya harap mereka bisa terus konsisten dan semakin matang dari satu laga ke laga berikutnya,” tuturnya.
Tidak mudah
Pelatih SSB Buperta Cibubur Jumhari Saleh menuturkan, tidak mudah beradaptasi dengan kondisi lapangan yang sangat berbeda. Para pemain Buperta Cibubur, misalnya. Empat pekan terakhir, mereka sudah terbiasa bermain di lapangan kecil.
Untuk itu, mereka tidak lama-lama memegang bola dan cenderung cepat mendorong bola ke depan. Di sisi lain, stamina mereka sudah terbiasa bermain di lapangan yang kecil sehingga tidak terlalu menguras energi.
Ketika pindah ke lapangan lebih besar, mereka masih terbawa permainan di lapangan kecil. Akhirnya, pola permainan yang diinginkan pelatih tidak berjalan. Pelatih inginnya mereka pandai memainkan bola dari kaki ke kaki mulai dari belakang, tengah, hingga depan. Pelatih pun ingin mereka bisa memanfaatkan sisi lebar lapangan.
”Namun, karena masih terbawa permainan di lapangan kecil, mereka tadi cenderung grasak-grusuk. Mainnya terburu-buru. Akhirnya, stamina mereka terkuras. Beruntung tadi kami bisa mencuri gol sehingga tetap meraih poin penuh,” ujar Jumhari.
Pada pekan kelima, Buperta Cibubur menang 1-0 atas SSB Villa 2000. Gol semata wayang mereka dilesatkan oleh Rayhan Maulanal Muiz di menit ke-6.
Dengan kemenangan itu, Buperta Cibubur naik dari peringkat keempat ke peringkat ketiga dengan 13 poin. Mereka melesatkan 9 gol dan hanya kemasukan 2 gol. Adapun Villa 2000 berada di peringkat kesembilan dengan 6 poin. Mereka melesatkan 7 gol dan kemasukan 7 gol.
Gagal beradaptasi
SSB Big Stars Babek FA menjadi ”korban” kegagalan pemain beradaptasi dengan lapangan baru. Pelatih Big Stars Babek FA Bonni Sprudin Wijaya mengutarakan, pemainnya masih terbawa gaya bermain di lapangan kecil. Mereka cenderung mengandalkan fisik untuk terus berlari menggiring bola ke depan. Hal itu membuat stamina pemain terkuras.
Situasi semakin sulit karena bek kiri utamanya cedera, yakni Muhammad Rafansyah. Namun, karena telat melakukan pertukaran, titik lemah itu dioptimalkan lawan untuk mencuri gol. Rafansyah baru digantikan oleh Subirifaldi Fauzan di menit ke-45.
Akibatnya, mereka pun bermain seri 1-1 dengan SSB Siaga Pratama. Gol Big Stars Babek FA dilesatkan oleh Muhammad Fajar Apriansyah di menit ke-25, sedangkan gol balasan Siaga Pratama dilesatkan Fadel Muhammad Ardana di menit ke-33.
”Karakter main di lapangan kecil dan lapangan besar sangat berbeda. Di lapangan kecil, mungkin kita bisa terus lari untuk membuat peluang. Jika pun kelelahan, jarak lapangan tidak terlalu besar sehingga masih bisa kembali ke posisi masing-masing. Kalau di lapangan besar, kita tidak bisa asal lari. Kalau kelelahan, kita akan lambat kembali ke posisi masing-masing dan itu bisa dimanfaatkan lawan untuk mencuri gol,” tutur Bonni.
Dengan hasil itu, Big Stars Babek FA pun turun dari peringkat kedua ke peringkat keempat dengan 11 poin. Posisi mereka digusur juara bertahan SSB Bina Taruna yang naik dari peringkat ketiga ke peringkat kedua dengan 13 poin.