Chelsea kian menunjukkan eksotismenya musim ini dengan menghajar Burnley, 4-2, Minggu dini hari WIB. Manajernya, Frank Lampard, dianggap telah mewujudkan hal yang mustahil.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
BURNLEY, MINGGU — Agustus lalu, Chelsea sempat dihakimi massa bakal tertatih-tatih di musim baru ini menyusul perginya Eden Hazard plus embargo transfer dari FIFA. Realitanya, ”The Blues” menjelma tim istimewa yang performanya di Liga Inggris sejauh ini hanya kalah dari duo Liverpool dan Manchester City.
Keistimewaan Chelsea, tim yang membekap Ajax Amsterdam, 1-0, di Liga Champions, Rabu lalu, kembali diperlihatkan saat menjalani laga Liga Inggris di markas Burnley, Minggu (27/10/2019) dini hari WIB. Chelsea menang 4-2 berkat trigol penyerang sayapnya, Christian Pulisic. Itu menjadi kemenangan ketujuh beruntun Chelsea di berbagai kompetisi musim ini.
Mereka pun bercokol di peringkat ketiga dengan koleksi 20 poin atau setara Leicester City, tim peringkat ketiga. Chelsea terus berlari kencang dan kini hanya terpaut dua poin dari Manchester City, juara bertahan Liga Inggris. Dalam hal produktivitas, yaitu total koleksi 23 gol dari sepuluh laga, The Blues hanya kalah dari City (32 gol) dan Leicester (25) sejauh ini.
Hal itu memperlihatkan bahwa perginya Hazard, pemain terbaik Chelsea dalam enam musim terakhir, nyaris tidak berdampak ke tim itu. ”Berbeda dengan Real Madrid yang tidak lagi sama (hebat) tanpa Cristiano Ronaldo, Chelsea justru tampil lebih bagus dan enak dilihat tanpa Hazard. Lampard telah melakukan hal yang sempat dianggap mustahil,” tutur Robbie Savage, mantan pemain Liga Inggris, dikutip Mirror.
Savage merupakan salah satu pihak yang mendukung diangkatnya Lampard sebagai manajer baru Chelsea. Meskipun minim pengalaman, ia dianggap sosok paling tepat untuk memimpin Chelsea dalam situasi krisis, yaitu hengkangnya Hazard ke Madrid plus embargo transfer dari FIFA. Selain dicintai fans, legenda Chelsea itu punya kepiawaian mengerahkan potensi para pemain muda.
Namun, Savage tidak menyangka Chelsea bakal mampu bersaing di empat besar Liga Inggris dan menjadi ”kuda hitam” dalam duopoli persaingan gelar juara antara Liverpool dan City seperti ditunjukkan mereka sejauh ini. ”Lampard kini bisa menjadikan Chelsea seperti Leicester empat musim lalu (saat menjuarai Liga Inggris). Mereka menjadi tim favorit juara pihak netral. Mereka adalah tim paling menarik dilihat setelah Liverpool dan City,” ujarnya kemudian.
Tidak seperti musim-musim sebelumnya, Chelsea kini menjadi lebih kolektif dan sulit diprediksi. Mereka kerap bermain dengan tiga sistem berbeda, yaitu 4-3-3, 4-2-3-1, dan 4-3-2-1. Gol-gol tim itu pun bisa datang dari siapa saja dan berbagai lini. Total 23 gol yang mereka hasilkan di Liga Inggris musim ini dihasilkan sembilan pemain berbeda, antara lain bek muda Fikayo Tomori, gelandang Jorginho, gelandang serba bisa Mason Mount, dan striker belia Tammy Abraham.
Istimewanya pula, 65 persen dari total 23 gol itu dihasilkan para pemain muda jebolan akademi mereka, seperti Abraham dan Mount. Tiada klub lain di Inggris saat ini yang bisa menandingi keistimewaan The Blues itu. Alih-alih memasuki kegelapan akibat sanksi FIFA, Chelsea justru mengalami era pencerahan. Klub yang pada masa lalu dikenal sangat gembar-gembor belanja pemain itu kini menjadikan pemain muda dan akademi sebagai tumpuannya.
Tidak hanya itu, karakter dan gaya bermain Chelsea pun ikut berubah drastis di bawah asuhan Lampard. Mereka tidak lagi pragmatis seperti era Jose Mourinho atau sekadar banyak menguasai bola seperti masa diasuh Maurizio Sarri, tetapi tampil dinamis, ofensif, serta enegik dalam menekan lawan. Mereka seperti Ajax yang fenomenal di musim lalu dengan meraih gelar ganda, Liga Belanda dan Piala Liga, serta mencapai semifinal Liga Champions.
Masa depan cerah
Langgam baru itu diyakini bisa menghadirkan masa depan sangat cerah bagi Chelsea. Legenda Arsenal, Paul Merson, meyakini Chelsea bakal ganti mendominasi Liga Inggris pada tiga musim ke depan seiring kian matangnya para bintang muda klub itu. ”Ada banyak talenta hebat di klub ini dan masih sangat muda. Mereka bisa menjadi kekuatan dominan di Inggris jika para pemainnya saat ini tetap bertahan,” ujarnya di Sky Sports.
Satu per satu bintang muda Chelsea itu mulai unjuk gigi dan memperlihatkan kematangannya seiring kepercayaan besar Lampard. Terakhir, hal itu ditunjukkan Pulisic. Sempat tersisih dari skuad inti The Blues, Pulisic bersinar di dua laga terakhir. Selain trigol saat menghadapi Burnley, ia juga turut andil menciptakan gol semata wayang timnya ketika membekap Ajax di Amsterdam.
Pulisic pun kini tercatat dalam buku sejarah klub, yaitu sebagai pemain termuda The Blues, yaitu 21 tahun, yang mencetak trigol di satu laga. Ia mematahkan rekor sebelumnya yang dibuat pemain muda lainnya, Abraham, pada laga kontra Wolverhampton Wanderes di Liga Inggris, September lalu. Untuk kali pertama sejak musim 1997-1998, Chelsea memiliki barisan pemain hebat yang mampu mencetak dua trigol dalam semusim.
”Ada banyak pemain muda di tim ini. Namun, kami melupakan masalah usia itu saat tampil di medan laga. (Chelsea) adalah tim yang menyenangkan dalam bermain. Kami ingin melanjutkan momentum positif ini,” ujar Pulisic, penyerang sayap yang digadang-gadang menjadi ”ahli waris” Hazard di Chelsea. (REUTERS)