Prabowo dan Mahfud Terpopuler, Nadiem Paling Banyak Dicari
Sejumlah nama menteri baru kabinet Indonesia Maju menarik perhatian publik. Di antara mereka, siapakah yang paling populer di media sosial?
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Presiden Joko Widodo sudah memilih susunan kabinetnya untuk mengarungi masa jabatan pada periode 2019-2024. Komposisinya beragam. Dari kalangan politisi sampai profesional mengisi jabatan menteri dalam Kabinet Indonesia Maju. Sejumlah nama menteri baru menarik perhatian publik. Di antara mereka, siapakah yang paling populer di media sosial?
Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM) melakukan penelitian singkat guna melihat popularitas nama-nama menteri dari Kabinet Indonesia Maju itu. Data profil menteri dilihat dari media sosial resmi milik masing-masing menteri, seperti Twitter dan Instagram. Lalu, riset lanjutan dilakukan pula untuk mencari seberapa sering nama-nama menteri itu dicari menggunakan mesin pencari Google dengan platform Google Trends. Pengambilan data dilakukan pada 23-26 Oktober 2019.
”Yang ingin kami lihat di sini adalah di mata para netizen, kira-kira menteri mana saja yang menimbulkan antusiasme dan rasa keingintahuan sehingga membuat mereka mencari di mesin Google,” kata Manager Digital Intelligence Lab CfDS UGM Paska Darmawan saat memaparkan hasil riset tersebut di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Yogyakarta, Selasa (29/10/2019).
Dari hasil riset itu, 15 menteri memiliki akun resmi dari media sosial Instagram. Jumlah yang sama berlaku pada media sosial Twitter. Sementara 14 menteri tidak memiliki akun media sosial, baik Twitter maupun Instagram.
Dari segi interaksi dengan pengikut, Mahfud jauh mengungguli Prabowo.
Menariknya, Prabowo Subianto yang ditunjuk Presiden untuk menjabat Menteri Pertahanan menjadi menteri terpopuler di Twitter. Hal itu dilihat dari jumlah pengikutnya yang mencapai 4,2 juta orang hingga 26 Oktober. Setelahnya, menyusul pada posisi kedua terpopuler nama Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang memiliki pengikut sekitar 3 juta (follower).
Namun, dari segi interaksi dengan pengikut, Mahfud jauh mengungguli Prabowo. Jemari Mahfud memang cukup aktif melahirkan berbagai cuitan, baik sekadar membalas cuitan pengikut maupun menanggapi isu nasional terkini. Terekam aktivitas Mahfud itu terjadi 8,78 juta kali, sedangkan Prabowo hanya 3,4 juta kali.
Adapun kata ”hukum” menjadi kata-kata yang paling sering dikeluarkan Mahfud dalam membuat sebuah cuitan. Kata-kata lain yang sering dikeluarkannya adalah korupsi, politik, dan Indonesia.
Salah satu cuitan Mahfud yang paling banyak diperhatikan warganet dikeluarkan sewaktu pelaksanaan Pemilu 2019. Cuitan itu berisi tentang pernyataannya yang tidak setuju dengan cara-cara curang terhadap gelaran pesta demokrasi tersebut. Cuitan itu dikomentari 5.400 kali, di-retweet 8.300 kali, dan disukai 25.000 kali.
Sementara itu, cuitan Prabowo yang paling banyak direspons warganet berbentuk video. Video itu diunggah pada 22 Mei 2019. Momen pengunggahannya bertepatan dengan waktu sidang putusan sengketa hasil Pemilu Presiden 2019 oleh Mahkamah Konstitusi. Dalam video itu, Prabowo menyampaikan agar para pendukungnya menyudahi aksi-aksi yang dilakukan terkait hasil pemilu presiden. Seperti yang diketahui, saat itu terjadi kerusuhan dalam aksi tersebut.
”Tokoh-tokoh yang muncul dan terkenal di media sosial itu bukan tiba-tiba terkenal karena ditunjuk menjadi menteri. Memang sebelumnya sudah punya modal popularitas di lingkupnya masing-masing,” kata Wawan Mas’udi, dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM saat ditemui terpisah.
Prabowo adalah pesaing Joko Widodo sewaktu maju ke pemilu presiden. Selama masa kampanye, Prabowo melakukan kritik-kritik keras kepada pemerintah. Hal itu jelas berbuah perhatian publik yang begitu besar.
Sama halnya dengan Mahfud. Sebelum ditetapkan menjadi Menko Polhukam, Mahfud merupakan salah satu kandidat terkuat yang mendampingi Joko Widodo sebagai wakil presiden. Di samping itu, ia ringan berkomentar tajam tentang persoalan hukum sehingga selalu mendapat sorotan publik.
Wawan menyatakan, yang perlu digarisbawahi dalam konteks ini adalah, popularitas tidak menjamin para menteri melakukan kinerja yang baik. Butuh pembuktian lanjut guna memastikan para menteri itu bisa benar-benar bekerja optimal di bawah komando Presiden Joko Widodo.
Bahkan, popularitas juga tidak menjamin seorang menteri tetap mempertahankan jabatannya. Pada riset sebelumnya, CfDS UGM memperoleh temuan, Susi Pudjiastuti yang saat itu menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, merupakan menteri terpopuler di Kabinet Kerja. Namun, Susi tidak dipertahankan. Ia digantikan Edhy Prabowo pada kabinet baru dari Presiden Joko Widodo.
Beberapa nama masih tampak dipertahankan Presiden. Mereka di antaranya Basuki Hadimuljono, Budi Karya Sumadi, Pratikno, Tjahjo Kumolo, Sri Mulyani, Retno Marsudi, dan Siti Nurbaya Bakar. Sejumlah nama lain, seperti Airlangga Hartarto dan Muhadjir Effendy, dipindah menjadi Menteri Koordinator.
”Apakah popularitas ini bisa menjamin seseorang terpilih lagi? Apakah popularitas juga bisa diterjemahkan kepada keberhasilan politik seseorang itu? Pertanyaan ini memang butuh riset lanjut. Riset yang kami lakukan masih sebatas temuan dasar,” ucap Paska.
Popularitas itu belum tentu berbanding lurus dengan kapasitas seorang menteri.
Paska juga sepakat, popularitas itu belum tentu berbanding lurus dengan kapasitas seorang menteri. Tidak selalu yang populer itu punya kemampuan lebih unggul dibandingkan dengan yang tidak populer di media sosial. Sebab, riset ini pun baru melihat jumlah aktivitas dan seberapa banyak ia diikuti di akun media sosialnya.
”Riset lanjutannya bisa digunakan untuk mencari apakah popularitas ini bisa sejalan dengan kapasitas mereka sebagai menteri,” ujar Paska.
Nadiem paling dicari
Menurut pencarian yang dilakukan melalui Google Trend Popularity, sepanjang 21-26 Oktober 2019, Nadiem Makarim yang dipilih Jokowi menjadi Menteri Pendidikan Kebudayaan mendapatkan skor paling tinggi, yaitu 100 poin. Artinya, Nadiem paling banyak dicari warganet dalam rentang waktu tersebut melalui mesin pencari Google.
Mengikuti Nadiem, di posisi lima besar yang paling banyak dicari terdapat nama menteri baru lain, yaitu Edhy Prabowo (35 poin), Fachrul Razi (27 poin), Wishnutama Kusubandio (26 poin), dan Erick Thohir (15 poin).
Ini menunjukkan, masih banyak orang yang penasaran dengan sosok Nadiem. Pria berumur 35 tahun itu sekaligus menjadi menteri termuda dalam Kabinet Indonesia Maju. Rasa penasaran itu bisa jadi muncul pula karena Nadiem juga tidak memiliki akun media sosial. Praktis, informasi tentang sosok itu pun amat terbatas. ”Orang masih banyak yang tidak tahu tentang Nadiem. Hipotesis kami, masyarakat masih ingin tahu lebih lanjut tentang Nadiem,” kata Paska.
Terkait hal itu, Wawan mengomentari, Nadiem belum menunjukkan langkah jelas mengenai arah kebijakannya di dunia pendidikan. Tingginya popularitas itu baru sebatas keinginan masyarakat untuk mengenal Nadiem.
Antusiasme yang muncul masih belum pada tataran kebijakan. Sebagai tokoh, Nadiem masih butuh banyak pembuktian di dunia barunya. Publik tentu berharap, popularitas menteri-menteri di media sosial sejalan dengan prestasinya memajukan bangsa.