Kejutan terjadi pada pekan ketujuh Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2019-2020. Bina Taruna, juara bertahan kompetisi usia muda ini, menelan kekalahan perdana musim 2019-2020 setelah kalah dari Metro Kukusan, 0-1.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kejutan terjadi pada pekan ketujuh Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2019-2020. Bina Taruna, juara bertahan kompetisi usia muda ini, menelan kekalahan perdana musim 2019-2020 setelah dipecundangi Metro Kukusan, 0-1, di Lapangan Stadion GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (3/11/2019).
Kekalahan ini mengejutkan karena Metro Kukusan berstatus sebagai tim papan bawah. Sebelum laga itu digelar, tim pendatang baru asal Depok, Jawa Barat, itu berstatus juru kunci alias tim terbuncit dari 16 tim peserta Liga Kompas U-14 musim ini. Adapun Bina Taruna belum terkalahkan pada enam pekan pertama dan berada di papan atas klasemen. Gol semata wayang Kukusan dicetak Reza Wahyu Hidayat pada menit ke-33.
Meskipun tampil dominan dan menyerang hampir di sepanjang laga, Bina Taruna kesulitan membongkar pertahanan rapat Kukusan yang tampil pragmatis dengan formasi 5-3-2. Kendati bertubi-tubi menyerang, Bina Taruna hanya bisa menggetarkan mistar, bukan jala gawang Kukusan.
Sebaliknya, berkat kedisiplinan dan kecerdikan para pemain, Kukusan mampu memenangi laga itu lewat serangan balik dengan memanfaatkan kelengahan transisi menyerang dan bertahan Bina Taruna. Kekalahan perdana Bina Taruna itu sekaligus menjadi kemenangan perdana Kukusan, tim pendatang baru, sepanjang musim ini.
”Mau bagaimana lagi? Semua upaya sudah kami kerahkan, serangan dilancarkan dari berbagai sektor, lewat sayap, tengah, dan sebagainya. Strategi pun dijalankan baik oleh anak-anak. Tetapi, kami tidak bisa menang. Hari ini kami kurang beruntung. Itu saja,” ujar Pelatih Bina Taruna Dody Sahetapy menyesalkan kekalahan timnya seusai laga itu.
Meskipun begitu, ia mengakui, timnya perlu mengevaluasi diri. Timnya harus lebih cermat dalam transisi dari menyerang ke bertahan agar tidak lagi menjadi sasaran empuk dari tim-tim defensif lainnya di kemudian hari. Tidak jauh beda dengan liga profesional di luar negeri, tim-tim papan bawah di Liga Kompas kerap bermain pragmatis dan defensif dalam mengejar poin.
”Gol (Kukusan) tadi terjadi karena transisi dari menyerang ke bertahan itu kurang baik. Dua stopper (bek tengah) kami berdiri dalam posisi sejajar dan gagal menangkal pemain lawan. Padahal, mereka seharusnya tidak sejajar, saling menutup pergerakan lawan,” ujarnya kemudian.
Kekalahan itu juga meninggalkan kegetiran bagi Dony Tri Pamungkas, pemain Bina Taruna. Beberapa saat sebelum laga digelar, gelandang serang itu dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga Kompas U-14 bulan Oktober. Ia menyisihkan dua pesaingnya, M Hanif Ramadhan (Intan Soccer Cipta Cendikia) dan Ahmad Syauki Fahrezi (Salfas Soccer). Dony, yang tampil sejak menit pertama, gagal mengangkat performa timnya pada laga itu.
”Ya, hasilnya sangat disayangkan. Kami bermain terlalu terburu-buru,” ujar Dony yang mengidolakan bintang Barcelona, Lionel Messi, seusai penyerahan piala Pemain Terbaik Suzuki Oktober 2019.
Di kubu sebaliknya, Pelatih Metro Kukusan Budiono Martin menyambut gembira kemenangan perdana timnya di Liga Kompas. Menurut dia, kemenangan itu bisa menggenjot kepercayaan diri anak-anak asuhnya. Sebelum laga itu, Kukusan selalu kalah di enam pekan secara beruntun dan terpuruk di dasar klasemen. Namun, mereka naik satu peringkat, yaitu ke-15.
”Sebelum pertandingan, saya menyampaikan kepada anak-anak bahwa mereka bisa meraih poin. Mereka ini sama dengan pemain-pemain di tim lainnya secara kualitas teknik individu. Mereka ternyata mampu membuktikannya. Jika bisa mengalahkan juara bertahan, kami semestinya bisa pula meraih poin dari tim lainnya,” ujar Budiono yang berharap timnya tidak terdegradasi pada akhir musim ini.