JAKARTA, KOMPAS – Pelari gawang putra andalan Indonesia Rio Maholtra memetik banyak pengalaman setelah mengikuti World Military Games 2019 di Wuhan, China, 18-27 Oktober. Dari kejuaraan empat tahunan itu, atlet asal Lahat, Sumatera Selatan itu perlu membenahi konsentrasi dan kecepatan jika ingin menyumbang medali pada SEA Games 2019 Filipina mendatang.
Pada World Military Games 2019, Rio turun di nomor lari gawang 110 meter. Atlet berusia 25 tahun itu berhasil masuk delapan pelari terbaik pada babak penyisihan dengan waktu 14,17 detik. Pada babak final, dia harus puas berada di peringkat ketujuh dari delapan pelari dengan waktu 14,12 detik.
”Saya memang tidak meraih medali. Tapi, saya berhasil menembus final untuk pertama kali setelah pada World Military Games 2014 di Mungyeong, Korea Selatan saya gagal menembus final,” ujar Rio di Jakarta, Senin (4/11/2019).
Rio mengatakan, dia sebenarnya telah menembus waktu kurang dari 14 detik saat berlatih di Jakarta sebelum tampil di Wuhan. Namun, saat tampil di penyisihan dan final, dia kehilangan konsentrasi. Dia mengaku heran bisa melakukan start dan lari lebih cepat dari sejumlah pelari dunia saat awal perlombaan.
Bahkan, di final, Rio yang catatan waktu terbaik pribadinya 14,02 detik bisa berlari lebih cepat daripada pelari Amerika Serikat Maxey Marcus yang punya catatan waktu terbaik pribadi 13,3 detik. Pada final, Marcus hanya duduk di peringkat kedelapan atau terakhir dengan waktu 14,13 detik. Marcus melambat karena kakinya sempat terkait gawang di awal perlombaan.
”Saya sempat mikir, kok saya bisa berlari lebih cepat dari dia di awal lomba. Nah, saat mikir itu, konsentrasi saya hilang sesaat. Dalam nomor perlombaan lari teknik seperti lari gawang ini, sekali saja hilang konsentrasi bisa mengurangi kecepatan hingga 1 detik,” kata pemegang rekornas lari gawang putra dengan waktu 14,02 detik yang dicetak di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang lalu.
Menurut Rio, dia kehilangan konsentrasi karena hanya berlatih sendiri selama di pelatnas. Jika pun ada rekan, mereka adalah pelari-pelari putri, seperti Emilia Nova, Ken Ayu Thaya, dan Liza Putri Ramandha. Tentu, kecepatan pelari putra dan putri tidak seimbang sehingga tidak terlalu memberikan efek saat berlatih.
Hal itu membuat Rio lebih banyak berlari sendiri di lintasan. Kondisi itu terbawa sampai perlombaan. Karena terbiasa lari sendiri, dia tidak terbiasa ketika ada pelari di kanan-kiri lintasan. Dia lebih heran lagi ketika tahu bisa lebih cepat dari para pelari yang di atas kertas punya catatan waktu lebih baik.
”Apalagi sepanjang tahun ini, saya baru sekali ini ikut perlombaan internasional. Jadi, saya benar-benar tidak bisa mengukur kemampuan dengan para pelari-pelari dari negara lain,” tutur Rio yang belum memiliki pesaing seimbang untuk beekompetisi di dalam negeri.
Untuk itu, sebulan menjelang SEA Games 2019, Rio ingin melatih konsentrasi. Dia berusaha lebih rileks dan fokus dengan lintasannya sendiri. ”Dari World Military Games 2019 kemarin, saya belajar harus lebih rileks dan fokus dengan lintasan sendiri. Saya tidak boleh melihat-lihat lawan dan memikirkan mereka,” ujar Rio yang akan menjalani SEA Games ketiganya itu.
Tingkatkan kecepatan
Pelatih lari gawang PB PASI Fitri ”Ongky” Haryadi mengutarakan, Rio sudah bisa menembus waktu 13,8-13,9 detik pada sesi latihan jelang mengikuti World Military Games 2019. Walaupun Rio hanya mencatat waktu terbaik 14,12 detik pada final, Ongky tidak terlalu kecewa dengan hasil tersebut. Sebab, Rio dinilai masih stabil.
”Rio tidak terlalu buruk. Justru dia sebenarnya stabil. Pada Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Cibinong, dia meraih emas dengan waktu 14,11 detik. Artinya, Rio tidak mengalami penurunan berarti. Waktunya turun 0,01 detik itu lebih karena kondisi cuaca di Jakarta dan Wuhan yang jauh berbeda. Sekarang, di Jakarta suhu rata-rata bisa 33-34 derajat Celcius, sedangkan di Wuhan antara 13-16 derajat Celcius,” katanya.
Ongky menyampaikan, dia ingin mengangkat lagi kecepatan Rio. Sebenarnya, Rio sudah bisa berlari cukup cepat tahun ini. Dia bisa mencatat waktu terbaik pribadi di nomor 100 meter dengan waktu 10,74 detik ketika tampil di final 100 meter Jawa Tengah Terbuka 2019. Namun, setelah berlomba di lari gawang 110 meter World Military Games 2019, dia tidak langsung pulang ke Jakarta.
Rio harus mengikuti rangkaian acara penutupan World Military Games 2019 hingga lima hari seusai perlombaan. Selama mengikuti acara tersebut, dia tidak berlatih. Akibatnya, sekembali dan mulai berlatih lagi di Jakarta pada Jumat kemarin, kebugarannya turun drastis. ”Sebulan ini, saya berusaha untuk mengembalikan kecepatan Rio. Hal itu jadi kunci dia tampil di SEA Games nanti,” tutur Ongky.
Jika bisa mengulangi catatan waktu terbaiknya yang 14,02 detik, Rio punya harapan meraih medali di SEA Games 2019. Sebagai gambaran, peraih emas lari gawang 110 meter SEA Games 2017 Malaysia adalah pelari Malaysia Rayzam Shah Wan Sofian dengan waktu 13,83 detik, peraih perak adalah pelari Thailand Jamras Rittidet dengan waktu 14,10 detik, dan peraih perunggu adalah pelari Filipina Clinton Kingsley Bautista dengan waktu 14,15 detik.