Kondisi kesehatan para penyintas ledakan bom bunuh diri di Polrestabes Medan kini berangsur membaik. Mereka tetap hidup untuk mengajak warga Indonesia tak gentar melawan semua teror.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·3 menit baca
Wajah Komisaris Abdul Muntalip terlihat semringah. Padahal, dua hari lalu, ia sangat dekat dengan maut. Dia hanya berjarak sepelemparan batu saat RMN (24) meledakkan bom bunuh diri.
RMN tewas. Abdul selamat. Abdul bahkan sudah bisa tersenyum. Senyuman yang bisa jadi mengajak masyarakat Indonesia agar tidak gentar menghadapi teror.
”Saya tidak takut atau trauma. Lagi pula, saya sudah terbiasa mendengar ledakan,” kata Abdul, kini menjabat Kepala Seksi Divisi Profesi dan Pengamanan Polrestabes Medan, Jumat (15/11/2019). Sore itu, dia baru saja menerima kunjungan Panglima Kodam I Bukit Barisan Mayor Jenderal Mohammad Sabrar Fadhilah di RS Bhayangkara Medan.
Meski jiwanya tak terluka, serpihan bom merobek tangan kiri. Otot tendonnya putus. Namun, seperti bukan perkara besar, ia bahkan dengan tenang menunjukkan foto ototnya yang robek dari telepon selulernya.
”Sudah dioperasi kemarin, sudah baikan ini,” katanya dengan wajah gembira.
Saya tidak takut atau trauma. Lagi pula, saya sudah terbiasa mendengar ledakan.
Abdul dengan lancar menceritakan pagi kelam, Rabu (13/11/2019) itu. Sembari menunggu apel pagi, dia berbincang bersama Kepala Subbagian Operasi Polrestabes Medan Komisaris Sarponi dan anggota Propam Polrestabes Medan Ajun Inspektur Dua Deni Hamdani.
Mereka berdiri di depan kantin, dekat ruang pelayanan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK). Berdekatan dengan tes masuk pegawai negeri sipil, hari itu, banyak warga sipil mengurus SKCK.
Hingga jelang pukul 09.00, RMN datang serta mendekati Abdul dan rekan-rekannya. Terlihat bingung, salah seorang polisi itu bertanya,
”Ada apa Pak ?"
Mulut RMN tak menjawab. Pertanyaan itu justru dijawab dengan ledakan.
Abdul yakin, dari gelagatnya, RMN memang menyasar polisi berseragam. Alasannya, saat yang bersamaan ada banyak rekan dari divisi intel yang hendak apel dan ramai warga yang mengurus SKCK.
”Saya tidak melihat pelaku menarik pemicu, tapi staf saya (yang juga menjadi korban) melihat,” kata Abdul.
Bom itu menyemburkan potongan seng, paku besar, dan paku kecil. Selain Abdul, Komisaris Sarponi terluka di bagian belakang tubuhnya. Aipda Deni Hamdani dan Brigadir (Pol) Juli Chandra juga terluka.
Selain itu, ikut jadi korban adalah Ihsan Mulyadi Siregar (27), pegawai Balai Pemasyarakatan Medan yang tengah mengurus SKCK, dan Richard Purba (34), pegawai harian lepas di Bagian Operasional Polrestabes Medan.
Berbeda dengan Abdul, Richard masih berteman trauma. Dia menderita luka bakar hingga 30 persen. Separuh wajah sisi kirinya mengelupas. Saat kejadian, ia tengah mencuci mobil dinas kepolisian.
”Telinga saya masih berdenging,” kata Richard yang masih terbaring lemas di tempat tidur RS Bhayangkara.
Kepala RS Bhayangkara Medan Komisaris Besar dr Ginting mengatakan, ada enam orang yang terimbas ledakan bom. Sesaat setelah kejadian, para korban langsung dilarikan ke RS Bhayangkara. Semua tiba dalam keadaan sadar.
”Pukul 11.00 (setelah kejadian itu) sudah selesai penanganannya,” katanya.
Ginting mengatakan, tiga dari enam terdampak ledakan sudah menjalani operasi. Kini, kondisi mereka sudah membaik dan sedang menjalani pemulihan. ”Mereka perlu dirawat seminggu lagi,” kata Ginting.
Pangdam I Bukit Barisan Mayor Jenderal Mohammad Sabrar Fadhilah mengatakan, pihaknya datang untuk memberikan semangat dan dukungan bagi penyintas ledakan bunuh diri. Dia mengatakan, keberadaan mereka menjadi semangat untuk terus memerangi terorisme.
”Kejadian ini menjadi momentum bagi semua masyarakat untuk bersama-sama memerangi terorisme,” katanya setelah bertemu dan memberikan penghargaan untuk Abdul dan rekan-rekannya.
Senyuman Abdul dan keteguhan rekan-rekannya hendaknya menjadi ajakan bagi semua orang untuk melawan teror. Mereka sudah membuktikannya, dengan tetap hidup dan tak takut meski maut pernah berjarak seujung jari lagi.