Intan, Ridwan dan Anita, Penyintas Kanker di Lintasan Lari Borobudur Marathon 2019
Dengan menggenggam semangat hidup, ketiganya mencoba memerangi tumor pembunuh itu. Lari menjadi bagian pemulihan, sekaligus jalan spiritual untuk memberi makna dalam hidup.
Oleh
Haris Firdaus/Kristi Utami/Megandika Wicaksono
·5 menit baca
Intan Khasanah (23), Ridwan (23), dan Anita Harti (32) pernah terpuruk saat divonis mengidap kanker. Dengan menggenggam semangat hidup, ketiganya mencoba memerangi tumor pembunuh itu. Lari menjadi bagian pemulihan, sekaligus jalan spiritual untuk memberi makna dalam hidup.
Di antara belasan ribu peserta Borobudur Marathon 2019, yang digelar di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (17/11/2019), tiga orang penyintas kanker, Intan, Ridwan dan Anita berhasil mencapai garis finis. Intan dan Ridwan merupakan penyintas kanker Limfoma Hodgkin, salah satu jenis kanker kelenjar getah bening. Sedangkan, Nita penyintas kanker payudara.
Dalam Bomar 2019, Intan dan Ridwan berlari di kategori 10 kilometer (km), sementara Anita berlari di kategori separuh maraton sejauh 21 km. Ketiganya berhasil finis dengan baik.
Tiga penyintas kanker itu tergabung dalam komunitas Miles To Share yang menggalang donasi untuk penderita kanker melalui aktivitas lari. Komunitas itu menggelar penggalangan dana bertema "Berlari Marathon Bersama Penyintas untuk Pejuang Kanker". Penggalangan dana melalui situs Kitabisa.com itu dimulai Juli 2019.
Selain mereka, ada puluhan pelari yang terlibat dalam penggalangan dana. Hingga Minggu pukul 15.00, dana terkumpul sekitar Rp 460 juta dari target Rp 500 juta. Hasilnya, akan disumbangkan ke Yayasan Pita Kuning, Jakarta, yang membantu dan mendampingi anak-anak penderita kanker.
Ini jadi pembuktian diri dan perjalanan spiritual buat aku.
Di balik aktivitas lari yang dilakoni Intan, Ridwan, dan Nita, terdapat kisah perjuangan hidup yang dahsyat. Intan telah berjuang melawan kanker selama sekitar enam tahun. Dia merasakan ada beberapa benjolan kecil pada 2013 saat di bangku SMA di Pekanbaru, Riau.
Awalnya, dokter mendiagnosa Intan menderita Tuberkulosis (TBC). "Akhirnya, aku minum obat TBC selama 8 bulan," ujar Intan yang kini bekerja di situs Kitabisa.com. Setelah itu, Intan mengalami sejumlah masalah, misalnya gampang lelah dan sulit bernafas, sementara benjolan di lehernya terus membesar. "Ternyata setelah dicek ada cairan di paru-paru. Makanya susah bernafas," tutur dia.
Kondisi Intan sempat menurun hingga pernah koma selama beberapa jam. Setelah itu, Intan dirujuk ke Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta. "Setelah dicek di Jakarta, baru ketahuan aku enggak sakit TBC, tapi kena kanker kelenjar getah bening stadium empat," katanya.
Sebagian anggota tubuh Intan pernah lumpuh. Dia pun butuh waktu sekitar 1 tahun untuk bisa kembali berjalan dan beraktivitas normal. Setelah menjalani 26 kali kemoterapi dan 5 kali operasi, Intan dinyatakan remisi total pada 30 Juli 2019. Remisi total merupakan istilah untuk menyebut kondisi di mana tubuh pasien tidak lagi mengandung sel kanker.
Sesudah sembuh, Intan berkenalan dengan komunitas Miles To Share. Meski sebelumnya tak gemar berlari, Intan akhirnya mengikuti Borobudur Marathon 2019 sebagai lomba lari pertamanya. "Ini jadi pembuktian diri dan perjalanan spiritual buat aku. Selain itu, ini kan juga untuk fundraising (penggalangan dana), jadi ini sangat meaningful (penuh arti)," ujar Intan yang memiliki catatan waktu 1 jam 53 menit 54 detik untuk menempuh 10K.
Membantu penderita lain
Sementara itu, Ridwan merasakan gejala kanker sejak Juli 2018 ketika mendapati benjolan sebesar kelereng di lehernya. Pada Desember 2018-April 2019, Ridwan menjalani kemoterapi. Selama terapi, rambut Ridwan rontok dan berat badan menurun dari 55 kilogram jadi 45 kilogram. Pemeriksaan menunjukkan masih ada sel kanker di tubuhnya dengan ukuran sekitar 4 sentimeter. Meski begitu, Ridwan kini merasa lebih baik karena jarang sesak nafas dan nyeri.
Kondisi itulah yang membuatnya berani mengikuti Borobudur Marathon. Selain karena sudah aktif berlari sejak tahun 2016, Ridwan juga termotivasi karena ia bisa berlari sambil membantu penderita kanker lain. “Satu tahun yang lalu saya tidak bisa ngapa-ngapain. Tapi sekarang saya dimampukan oleh Tuhan untuk bisa lari. Apalagi dapat kesempatan lari yang berdampak bagi orang lain, kenapa tidak,” ujar Ridwan yang memiliki catatan waktu 1 jam 9 menit 23 detik untuk menempuh 10K.
Sejak 2016, dia selalu meluangkan waktu bersama teman-temannnya untuk berolahraga di Gelora Bung Karno atau pun di kesempatan car free day di Jakarta pada Minggu pagi. Lomba lari yang diikutinya, BPJS Fun Run, Milo Run, Oppo Selfie Run, Run for Education. Biasanya, dia memilih berlari untuk kategori 5 kilometer hingga 10 kilometer.
Di sisi lain, Anita mengetahui dirinya mengidap kanker payudara sejak awal tahun 2015. Saat itu, dokter memberi tahu kanker sudah stadium 3. Saat itu, Anita memberanikan diri untuk menjalani operasi pengangkatan payudara.
Pada tahun 2017, kondisinya sempat membaik. Beberapa waktu kemudian, kondisinya menurun. "Dokter mengatakan, ada sedikit pembengkakan di jantung kanan akibat saya kurang berolahraga. Kemudian, dokter menyarankan saya untuk berolahraga, misalnya lari," kata Anita.
Perlahan tapi pasti, Anita mulai rutin berlari dan merasakan kondisi tubuhnya mulai membaik. Ia pun bergabung dengan komunitas lari Running Is Our Therapy (RIOT) Makassar. Setelah bergabung dengan komunitas itu, Anita mulai memberanikan diri mengikuti lomba lari.
Pada Borobudur Marathon kali ini, saya berlari untuk berdonasi.
Sebelum mengikuti Borobudur Marathon 2019, Anita sudah mengikuti delapan kali mengikuti lomba lari, yakni lima kali lomba 10K dan tiga kali mengikuti lomba separuh maraton sejauh 21K. Kali ini, Bomar 2019 menjadi lomba separuh maraton keempat buat Anita yang memiliki catatan waktu 3 jam 49 menit 46 untuk half marathon.
"Jika pada maraton-maraton sebelumnya saya berlari untuk rekreasional, tahun ini sedikit berbeda. Pada Borobudur Marathon kali ini, saya berlari untuk berdonasi," ujar Anita.
Untuk mengikuti Bomar, Anita menjalani sejumlah persiapan seperti latihan lari setidaknya sekali dalam seminggu dan memastikan waktu istirahat serta asupan makan tercukupi. Seperti pada lomba-lomba sebelumnya, Anita berlari dengan didampingi beberapa teman komunitasnya.
Pada saat mengikuti Bomar, Anita ditemani oleh dua orang temannya dari RIOT Makassar. Dua orang ini akan membimbing, mengawasi, dan memberikan dorongan semangat agar Anita bisa mencapai garis finis dalam keadaan sehat. Anita berharap, apa yang ia lakukan bisa menginspirasi para penyintas kanker di luar sana untuk tidak menyerah melawan kanker.
Intan Khasanah
Lahir: Padang, 25 Februari 1996
Pendidikan terakhir: S1 Komunikasi Fisipol Universitas Indonesia
Pekerjaan: karyawan di situs Kitabisa.com
Ridwan
Lahir: Banjarnegara, 6 Maret 1996
Pendidikan: SMA Muhammadiyah Banjarnegara (2014)
Anita Harti
Lahir: Makassar, 26 Maret 1987
Pekerjaan: Pegawai Bank Negara Indonesia Cabang Makassar
Pendidikan: Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Dipanegara Makassar