Digitalisasi Buka Peluang
Banyak perusahaan berhadapan dengan kemajuan teknologi digital. Alih-alih terdisrupsi, perusahaan meraih peluang dengan memanfaatkan teknologi digital.
JAKARTA, KOMPAS--Teknologi digital membuka peluang kolaborasi, menciptakan transparansi, meningkatkan efisiensi, dan mendongkrak kinerja bisnis. Kendati biayanya mahal, namun langkah perusahaan atau bisnis untuk mengadopsi teknologi digital merupakan keniscayaan.
Sejumlah pimpinan perusahaan di Indonesia yang hadir di Kompas100 CEO Forum, Kamis (28/11/2019), mengakui, waktu yang diperlukan untuk menerapkan teknologi digital bervariasi. Namun, berbagai sektor bisa menemukan manfaat dari penggunaan teknologi digital tersebut.
Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk Stefanus Ridwan Suhendra mengemukakan, pusat belanja sudah mengadopsi teknologi digital untuk mengelola data raksasa. Tujuannya, mengoptimalkan jangkauan promosi, menganalisis karakter pasar, hingga memetakan kecenderungan konsumen.
Basis data yang lebih lengkap memudahkan perusahaan mengembangkan bisnis pusat perbelanjaan. Dampaknya, jumlah pengunjung meningkat dan tingkat okupansi pusat belanja terjaga. Sebaliknya, performa pusat perbelanjaan yang tidak mengadopsi teknologi digital turun hingga 50 persen.
“Infrastruktur digital memang tidak murah dan sistemnya selalu berkembang. Akan tetapi, hasilnya sangat positif jika diterapkan. Segmentasi pasar lebih mudah dan akurat, kinerja korporasi semakin efisien,” ujar Ridwan, yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia.
Presiden Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk Ridwan Darmali menyebutkan, Penerapan teknologi digital membuat jangkauan pemasaran lebih luas. Selain itu, jangkauan kendali perusahaan lebih terstruktur dan proses bisnis lebih cepat. Informasi lebih lengkap, sehingga proses pengambilan keputusan lebih mudah.
“Kalau bisa dimanfaatkan, teknologi digital membuka peluang besar sekali. Perusahaan harus mampu menyesuaikan diri agar bisa mengambil manfaat (teknologi digital). Jika terlambat mengambil manfaat, ya kalah (bersaing),” katanya.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengemukakan, OCBC NISP mulai mengadopsi teknologi digital dalam operasional perusahaan sejak dua tahun lalu. Penerapan teknologi digital dinilai meningkatkan efisiensi perbankan serta memperluas layanan terhadap nasabah.
Nasabah kini semakin mudah mengakses layanan bank yang menyediakan beragam fitur secara dalam jaringan. Dengan penggunaan teknologi digital, layanan bagi nasabah bisa ditingkatkan tanpa menambah jumlah karyawan atau kantor.
“Kalau selama ini layanan nasabah terbatas di kantor-kantor pusat dan cabang, sekarang layanan perbankan sudah bisa diakses dimana pun dan kapan pun,” kata Parwati.
Kolaborasi
Kehadiran teknologi digital, bagi Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius, membuka ruang kolaborasi. Ia mencontohkan, Kalbe sedang membangun platform logistik digital untuk mewujudkan kolaborasi tersebut.
Bahan dan produk farmasi atau obat-obatan, tambah Vidjongtius, memerlukan perlakuan khusus dan spesifik untuk setiap jenis produknya. Perlakuan khusus itu juga diperlukan dalam proses distribusi. Akibatnya, efisiensi sulit tercapai karena volume pengiriman kerap kali tak memenuhi perhitungan keekonomian.
Pengembangan platform digital logistik itu mempertemukan perusahaan jasa pengiriman produk farmasi dengan perusahaan farmasi lain. "Kalau beramai-ramai, efisiensi pengiriman dengan perlakuan spesifik ini dapat tercapai. Tantangannya, mengubah pola pikir yang semula berkompetisi menjadi kolaborasi," katanya.
Platfrom digital ini mulai dikembangkan sejak 2-3 bula nlalu, yang diperkirakan selesai pada pertengahan 2020.
Sementara, Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Christian Kartawijaya meyakini, penerapan teknologi digital dalam perusahaan atau bisnis merupakan keharusan. Ia juga yakin, cara menjalankan industri dengan memanfaatkan teknologi digital semakin penting. Dengan cara itu, daya saing perusahaan juga bertambah.
Dia mencontohkan, perusahaannya sudah menerapkan sistem yang memudahkan pengaturan suhu panas di pabrik untuk menyesuaikan secara otomatis.
Tak hanya sistem, pemasaran secara dalam jaringan juga dilakukan Indocement, misalnya untuk menjual beton di segmen ritel. Tujuannya, memenuhi kebutuhan konsumen properti yang berusia muda. Namun, ia mengakui, proses digitalisasi ini harus dilakukan bertahap.
Transformasi
Bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk, kehadiran teknologi digital diiringi dengan transformasi kompetensi pekerja, misalnya menggeser kemampuan petugas pencatat menjadi analis. Transformasi itu, misalnya, pergeseran petugas pencatatan menjadi analis.
"PGN sedang mengembangkan jaringan gas rumah tangga. Tanpa penggunaan teknologi, perlu petugas yang datang ke setiap rumah untuk mencatat besaran gas yang digunakan di rumah tangga. Namun, dengan teknologi, petugas pencatat itu tak perlu ke rumah-rumah. Petugas pencatat kami didik agar mampu menganalisis data yang direkam secara otomatis oleh teknologi. Hasil analisis dapat dimanfaatkan perusahaan maupun pelanggan," kata Direktur Utama PGN Gigih Prakoso Soewarto.
Dalam lima tahun mendatang, pemerintah menugaskan PGN untuk mengalirkan gas alam ke 10 juta rumah di Indonesia melalui jaringan pipa. Sampai dengan September 2019, jaringan pipa sudah mengalirkan gas ke 500.000 rumah di 54 kabupaten/kota. Pada awal 2020, sebanyak 500.000 rumah menjadi proyek percontohan dalam menerapkan teknologi digital. Teknologi itu merekam data penggunaan gas rumah tangga, memantau penyaluran gas, dan mendeteksi gangguan pada penyaluran gas. Diperkirakan, efisiensi akibat penggunaan teknologi digital lebih dari 30 persen.
Adapun bagi Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk I Gusti Ngurah Putra, kehadiran teknologi digital membantu proses pengerjaan konstruksi. Seiring penerapan teknologi digital di perusahaan BUMN itu, Ngurah Putra memmasang strategi berupa memadukan tenaga kerja berdasarkan kelompok generasi. Generasi milenial dibaurkan dengan generasi sebelumnya agar pemanfaatan teknologi di bidang konstruksi dapat lebih optimal.
"Saya mengombinasikan generasi milenial yang memahami teknologi (digital) dengan generasi yang lebih senior yang memahami kondisi di lapangan berdasarkan pengalaman. Dampaknya, teknologi dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan," katanya. (JUD/MED/KRN/LKT)