Indonesia Optimistis Ambil Satu Kursi Dewan Organisasi Maritim Internasional
Indonesia optimistis mendapat satu dari 20 kursi Kategori C anggota dewan Organisasi Maritim Internasional (IMO) periode 2020-2021 dalam pemilihan yang akan digelar di markas IMO di London, Inggris, Jumat (29/11/2019).
Oleh
MUKHAMAD KURNIAWAN
·3 menit baca
LONDON, KOMPAS — Indonesia optimistis mendapat satu dari 20 kursi Kategori C anggota dewan Organisasi Maritim Internasional (IMO) periode 2020-2021 dalam pemilihan yang akan digelar di markas IMO di London, Inggris, Jumat (29/11/2019) malam waktu Indonesia.
Sebagai salah satu negata maritim, keterwakilan Indonesia dalam keanggotaan IMO dinilai penting. Dengan masuk sebagai anggota dewan, Indonesia berharap bisa berperan aktif dalam pengambilan keputusan internasional terkait keselamatan dan keamanan pelayaran serta isu-isu kemaritiman.
IMO merupakan badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang didirikan tahun 1948. Saat ini, IMO beranggotakan 174 negara dan berkantor pusat di Inggris. Dewan IMO merupakan badan pelaksana di bawah majelis yang bertugas mengelola kegiatan organisasi di antara sidang majelis serta mengambil keputusan dalam berbagai bidang tugas IMO.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Agus H Purnomo, yang ditemui di sela-sela persidangan IMO di London, menyatakan, pihaknya optimistis Indonesia akan terpilih kembali menjadi anggota dewan IMO kategori C. Indonesia menargetkan bisa memperoleh 135 suara dari 174 negara anggota IMO.
Pada pemilihan periode 2018-2019, yakni Desember 2017, Indonesia mendapat 132 suara dan menempati posisi ke-8 peraih suara terbanyak. ”Kami mengerahkan segenap sumber daya yang hadir di sini untuk melobi seluruh delegasi. Setidaknya 120 negara sudah mendukung,” kata Agus.
Dewan IMO terdiri dari 40 anggota yang terbagi dalam tiga kategori, yakni Kategori A, B, dan C. Kategori A terdiri dari 10 negara dengan armada pelayaran niaga dan penyedia angkutan laut internasional terbesar. Di kategori ini, pada periode 2018-2019 ada China, Yunani, Italia, Norwegia, Panama, Korea, Jepang, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Sementara Kategori B terdiri dari 10 negara dengan minat terbesar dalam perdagangan laut internasional. Sepuluh negara di kategori ini adalah Australia, Brasil, Kanada, Perancis, Jerman, India, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Uni Emirate Arab.
Sementara pada kategori C, Indonesia berada di antara 20 anggota dewan periode 2018-2019 bersama Bahama, Belgia, Chile, Cyprus, Denmark, Mesir, Jamaika, Kenya, Liberia, Malaysia, Malta, Meksiko, Maroko, Peru, Filipina, Afrika Selatan, Thailand, Singapura, dan Turki.
Kampanye
Sebelum sidang puncak akhir November 2019, Indonesia sudah berkampanye untuk menggalang dukungan. Pada pertengahan Oktober 2019, misalnya, Kedutaan Besar RI di London menggelar resepsi diplomatik yang mengundang 100 perwakilan negara lain serta Sekretaris Jenderal IMO Kitack Lim.
Sebelumnya, resepsi diplomatik juga digelar di Jakarta pada Juli 2019. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai, posisi Indonesia sebagai anggota dewan IMO selaras dengan poin Nawacita, yakni Indonesia sebagai poros maritim di mata dunia. Dengan keanggotaan itu, Indonesia bisa ikut berperan penting dalam penentuan kebijakan terkait kemaritiman di tingkat internasional.
Kerja sama IMO dengan Indonesia cukup banyak dilakukan dalam menciptakan industri maritim dan konektivitas antarwilayah. Pada periode jabatan 2018-2019, misalnya, Indonesia dan IMO memutuskan bagan pemisahan alur laut (traffic separation scheme) di Selat Sunda dan Selat Lombok. Kebijakan ini akan berlaku penuh pada Juni 2020.