PSSI serius ingin mengadopsi teknologi video assistant referee (VAR). Teknologi video wasit itu rencananya mulai diterapkan penuh di Liga 1 Indonesia musim 2021 dan Piala Dunia U-20 2021.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Roda organisasi baru PSSI, di bawah kepemimpinan Mochamad Iriawan, bergerak cepat untuk memperbaiki mutu kompetisi sepak bola. PSSI telah meminta restu International Football Association Board (IFAB) untuk memulai tahapan implementasi teknologi video wasit alias VAR di Indonesia.
IFAB merupakan badan internasional yang menentukan aturan main soal sepak bola internasional, termasuk teknologi VAR. IFAB, melalui direktur tekniknya, David Elleray, bertemu Komite Eksekutif PSSI di Jakarta, Kamis (28/11/2019) guna mengkaji implementasi teknologi baru di dunia perwasitan itu.
Seusai pertemuan itu, David berkata, pihaknya optimis VAR bisa diterapkan di Tanah Air mulai 2021. Selain di Liga 1, VAR rencananya juga diaplikasikan di Piala Dunia U-20 di Indonesia. “Saya senang Indonesia, di bawah kepengurusan baru federasi (PSSI) ikut ambil bagian di proyek VAR ini. Indonesia adalah salah satu negara terdepan dalam implementasi VAR di region ini (Asia Tenggara),” ujarnya.
Ia menjelaskan, implementasi VAR tidaklah semudah yang dibayangkan. Ada enam tahapan yang harus dilakukan federasi dan negara terkait sebelum teknologi itu tampil di laga sepak bola. Secara umum, dibutuhkan waktu enam hingga sembilan bulan sejak tahap inisiasi hingga implementasi teknologi itu. “Maka itu, jika nanti terasa lambat, jangan kritik federasi (PSSI). Kritik saya (IFAB) atau FIFA,” ujar David kemudian.
Menurut David, selain masalah infrastruktur teknologi seperti jaringan internet yang cepat, hal krusial lainnya yang perlu disiapkan untuk menyongsong VAR di Indonesia adalah edukasi wasit. Terkait hal itu, IFAB dan PSSI akan mengadakan sejumlah seri pelatihan wasit terkait penggunaan VAR dalam setahun ke depan. “(Edukasi) wasit ini bisa dikatakan sebagai hal terpenting,” ujarnya.
Meskipun membutuhkan anggaran tidak sedikit, David optimis implementasi VAR di Indonesia nantinya bisa meningkatkan mutu laga maupun kompetisi. Ia mencotnohkan, pada tahun pertama penerapannya di Liga Italia, VAR menekan praktik diving hingga 45 persen. “Pemain jadi sadar, jika sengaja melakukan kesalahan akan dihukum. Itu tidak lagi bisa luput dari pengamatan wasit. Atmosfer di lapangan oun bakal lebih baik,” tukasnya kemudian.
Dalam kesempatan sama, Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria berkata, VAR rencananya akan mulai diujicobakan di Tanah Air pada Desember tahun depan, yaitu di liga-liga usia muda. Terkait persiapan infrastruktur pendukung, seperti multikamera dan jaringan internet cepat untuk pengiriman gambar ke pusat peninjau, PSSI akan berkoordinasi dengan pemerintah-pemerintah daerah selaku pemilik stadion-stadion di Tanah Air.
Menurut Tisha, Indoensia menjadi negara kedua di Asia Tenggara setelah Thailand yang menjajaki implementasi VAR. Namun, yang berbeda, dalam prosesnya Thailand sempat dihukum karena memakai mitra penyuplai teknologi VAR di luar daftar rekomendasi IFAB. Ia pun memastikan PSSI tidak akan mengulangi kesalahan yang dilakukan Thailand itu.
“Soal vendor teknologi, kami masih melakukan finalisasi (daftar usulan dari IFAB). Sudah enam bulan persiapannya. Implementasinya akan dilakukan di Liga 1 dan Piala Dunia U-20 secara pararel. Khusus (implementasi) di Liga 1, variabel krusialnya adalah pelatihan wasit. Penyebabnya, kami memakai wasit-wasit lokal. Di piala dunia, lebih banyak wasit asing (berpengalaman dengan VAR),” tutur Tisha.