Lebih dari 500 rumah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tergenang banjir akibat luapan Sungai Citarum dan Cisangkuy, Sabtu (7/12/2019). Banjir dipicu hujan lebat yang mengguyur kawasan hulu pada Jumat malam.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Lebih dari 500 rumah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tergenang banjir akibat luapan Sungai Citarum dan Cisangkuy, Sabtu (7/12/2019). Banjir dipicu hujan lebat yang mengguyur kawasan hulu pada Jumat malam.
Hujan lebat lebih dari tiga jam mengguyur sejumlah kecamatan di Kabupaten Bandung, antara lain Banjaran, Kertasari, Baleendah, dan Dayeuhkolot, pada Jumat malam. Akibatnya, Sungai Cisangkuy, anak Sungai Citarum, meluap menggenangi permukiman warga di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran.
Banjir dengan ketinggian lebih dari 1 meter juga menggenangi Jalan Raya Banjaran-Pangalengan dan Jalan Banjaran-Soreang. Imbasnya, kedua ruas jalan itu tidak dapat dilalui kendaraan bermotor hingga Sabtu dini hari.
”Banjir juga melanda Desa Cibereum, Kertasari, Jumat sore. Namun, kini kondisinya sudah surut,” ujar Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Agus Mulya, Sabtu.
Banjir di Cibereum menggenangi jalan desa dengan arus cukup deras. Imbasnya, beberapa sepeda motor terseret banjir. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Sementara itu, banjir setinggi 1 meter masih menggenangi ratusan rumah di Baleendah dan Dayeuhkolot. Ini menjadi banjir perdana pada musim hujan di akhir 2019.
Rohana (34), warga Andir, Baleendah, mengatakan, banjir datang pada Jumat sekitar pukul 23.00. ”Ini banjir kiriman dari hulu,” ujarnya. Baleendah dan Dayeuhkolot termasuk kawasan terendah di cekungan Bandung.
Banjir dari Kertasari mengalir melalui Sungai Citarum. Sementara banjir dari Banjaran mengalir lewat Sungai Cisangkuy. Akibatnya, kedua kecamatan itu kerap dilanda banjir setiap musim hujan.
Banjir juga menggenangi sejumlah sekolah, salah satunya Sekolah Dasar Negeri Andir 01 di Kecamatan Baleendah. Aktivitas belajar mengajar diliburkan karena air banjir masuk ke ruang kelas.
Pada Sabtu siang, banjir berangsur surut dengan ketinggian 0,5 meter. Namun, ketinggian banjir berpotensi kembali naik karena Bandung sudah memasuki musim hujan.
”Ini masih belum seberapa. Tahun-tahun sebelumnya, ketinggian banjir di atas 2 meter,” ujar Ujang (50), warga Dayeukolot. Ia memprediksi, banjir tahunan pada 2019 bergeser seiring dengan mundurnya musim hujan. Sebab, pada akhir 2018, banjir melanda sejak Oktober.
Semoga banjirnya tidak lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
”Tahun ini, Desember baru banjir. Semoga banjirnya tidak lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” lanjutnya.
Banjir juga membawa lumpur dan sampah ke permukiman warga. Akibatnya, saluran air tersumbat sehingga banjir lambat surut. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi banjir di kawasan Bandung selatan tersebut. Salah satunya, pembangunan Kolam Retensi Cieunteung yang dioperasikan sejak 2018.
Namun, kolam seluas 8,7 hektar itu belum cukup menampung banjir. Apalagi, sejumlah permukiman warga elevasinya lebih rendah sehingga banjir tidak dapat mengalir ke kolam retensi.
Lewat program Citarum Harum, pemerintah sedang membenahi lahan kritis di hulu Citarum. Pohon tegakan ditanam di lahan yang sebelumnya hanya ditanami sayuran. Namun, pohon membutuhkan waktu untuk tumbuh agar dapat mengembalikan fungsi kawasan itu sebagai daerah resapan air.
Agus Mulya mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai banjir karena memasuki Desember hujan lebat semakin sering terjadi. Dia berpesan kepada warga agar rutin membersihkan saluran air sehingga tidak gampang meluap saat hujan.