Mayoritas Orang Arab berpendapat banyak kelompok yang memanfaatkan agama semata-mata demi kekuasaan. Jajak pendapat menunjukkan 58 persen orang Arab tidak mendukung partai politik berbasis agama.
Oleh
Kris Mada
·2 menit baca
Mayoritas Orang Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara mengaku religius, tetapi sekaligus menolak politisasi agama. Mereka berpendapat banyak kelompok yang memanfaatkan agama semata-mata demi kekuasaan. Hampir separuh orang Arab mengharapkan praktik keagamaan yang lebih moderat.
Pandangan itu merupakan hasil jajak pendapat media Arab Saudi, Arab News, dan lembaga survei berbasis di Inggris, YouGov. Dalam jajak pendapat juga ditunjukkan bahwa 58 persen orang Arab tidak mendukung partai politik berbasis agama.
”Temuan itu adalah kabar baik bagi kawasan. Arab menyadari kelompok politik berbasis agama akan menyesatkan mereka,” kata pakar politik dan mantan Ketua Majelis Ilmu Sosial Arab, Abdulkhaleq Abdulla, kepada Arab News, salah satu dari puluhan media yang dimiliki keluarga kerajaan Arab Saudi.
Arab News dan YouGov, lembaga jajak pendapat asal Inggris, menggelar sigi di 18 negara Afrika Utara dan Timur Tengah. Negara-negara itu berpenduduk mayoritas etnis Arab. Sigi Arab News dan YouGov untuk mencari pandangan orang Arab pada masa depan dan isu-isu penting di kawasan.
Temuan sigi dipaparkan di sela Arab Strategy Forum pada 9-10 Desember 2019 di Dubai. ”Kita menyaksikan semakin banyak yang menyadari partai politik berbasis agama tidak tulus. Orang sadar bahwa kampanye kebebasan berpendapat, persamaan, demokrasi, dan pemberdayaan wanita berbasis agama sudah tidak bisa dipercaya,” kata Abdulla.
Jajak pendapat itu, kata Abdulla, juga mengungkap kesadaran orang Arab bahwa banyak kelompok yang memanfaatkan agama semata-mata demi kekuasaan. ”Ikhwanul Muslimin adalah contoh paling buruk. Kita telah menyaksikan wajah kelam (politisasi agama) selama Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) berkuasa. Wajar jika dukungan terhadap kelompok sejenis menurun. Dukungan terhadap kelompok religius, moderat, ataupun ekstrem, merosot tajam,” katanya.
Jajak pendapat itu mengungkap kesadaran orang Arab bahwa banyak kelompok yang memanfaatkan agama semata-mata demi kekuasaan.
Pemanfaatan agama untuk tujuan politis tak bisa lagi menggerakkan orang-orang di Timur Tengah dan Afrika Utara. ”Orang muda punya pandangan politik dan perhatian berbeda. Generasi lebih tua yang masih memandang penting agama,” kata Nadim Shehadi, peneliti di Chatham House.
Bagi orang Arab, isu penting saat ini adalah pemberantasan korupsi, kesetaraan jender, dan pembangunan ekonomi. Mereka menilai pemberantasan korupsi dibutuhkan untuk memajukan kawasan.
Religius
Pakar politik pada Universitas Pertahanan Abu Dhabi, Albadr al-Shateri, mengatakan, jajak pendapat YouGov justru menunjukkan orang Arab tidak anti-agama. Kasus di Irak dan Lebanon, di mana unjuk rasa menyasar sejumlah tempat ibadah, tidak dipicu isu agama semata. ”Mereka anti-sektarian, bukan anti-agama secara keseluruhan,” ujarnya.
Temuan YouGov, kata Shateri, juga menunjukkan sekularisme sulit berkembang di kawasan. ”Agama amat mengakar di masyarakat Arab,” ujarnya. Dalam sigi YouGov memang ditemukan 66 persen orang Arab di kawasan itu tetap mengidentifikasikan diri sebagai orang religius. Mereka menganggap agama penting dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan itu selaras dengan semakin menurunnya dukungan kepada kelompok politik dan bersenjata yang membawa isu agama. Penurunan itu berujung pada runtuhnya kepercayaan kepada kelompok-kelompok itu.