Ajang Semarang 10K dimanfaatkan para pelari cilik di Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk mengasah kemampuan di kategori pelajar. Meski sebagian masih berlari sebatas hobi, ada juga yang mulai terdorong berlatih serius.
Oleh
KRISTI UTAMI/GREGORIUS M FINESSO
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Ajang Semarang 10K dimanfaatkan para pelari cilik di Kota Semarang, Jawa Tengah, untuk mengasah kemampuan di kategori pelajar. Meski sebagian masih menekuni lari sebagai hobi, tetapi ada juga yang mulai terdorong untuk lebih serius menempa diri menjadi atlet.
Berdasarkan pantauan Kompas, Minggu (15/12/2019), para pelari Semarang 10K, termasuk pelari pelajar, merayakan finisnya dengan berbagai macam cara. Ada pelari yang melakukan selebrasi dengan bersujud syukur, ada pula yang berteriak lega sambil membentangkan tangannya.
Usai berlari sejauh lebih kurang 10,1 kilometer, para pelari disambut dengan berbagai macam penyegaran, seperti minuman isotonik dan buah-buahan. Panitia juga menyediakan kolam es yang digunakan beberapa peserta untuk merendam kakinya.
Suasana berubah menjadi riuh setelah para pemenang potensial memasuki race village. Keluarga dan kerabat menyambut pelari dengan senyuman dan pelukan sembari mengucapkan selamat.
Wagiman (53) dan Damaryanti (52), misalnya, mereka menunggu putra kedua mereka, Abi Lukita (17), keluar dari tenda verifikasi dengan antusias. Abi yang merupakan pelajar dari SMK N 1 Semarang masuk dalam daftar pemenang potensial dari kategori pelajar putra.
”Anak saya sudah melakukan persiapan untuk mengikuti Semarang 10K ini sejak tiga bulan belakangan. Kami memang sangat mendukung Abi untuk ikut dalam ajang olahraga karena olahraga adalah kegiatan yang positif,” kata Darmayanti.
Sesaat setelah keluar tenda verifikasi, Abi bersalaman dan mengobrol dengan kedua orangtuanya. Ia mengaku senang bisa masuk dalam daftar pemenang potensial.
Sebelumnya, Abi adalah atlet karate. Tahun ini, Abi tertarik untuk mencoba merambah dunia lari. Semarang 10K adalah ajang lari pertama yang diikuti oleh Abi.
”Sepertinya tahun depan saya akan ikut Semarang 10K lagi. Ini adalah pengalaman baru yang menyenangkan bagi saya,” kata Abi.
Perayaan berbeda datang dari pelari asal Banyumanik, Semarang, Mheryastiti (27) dan Arga Baskara Putra (31). Keduanya melakukan perayaan usia finis dengan berswafoto dengan keluarga dan anak mereka.
Mereka mengaku senang bisa kembali berpartisipasi dalam Semarang 10K tahun ini. Tahun ini adalah tahun kedua mereka dalam Semarang 10K.
”Tahun ini jalurnya sangat menarik, pelari banyak disuguhi kearifan lokal Kota Semarang. Cuacanya juga mendukung, tidak terlalu panas dan cenderung dingin,” ucap Arga.
Dimas Bagas Saputra (14), pelajar SMPN 33 Semarang yang juga masuk daftar kategori tercepat kelima kategori pelajar, mengaku tidak menyangka bisa menyelesaikan lomba dengan baik. ”Tadi banyak yang mendahului saya, tapi ternyata kebanyakan dari kategori senior,” tuturnya.
Dia mengaku diajak latihan lari oleh tetangganya sejak setahun terakhir. ”Kebanyakan lari keliling kompleks perumahan sih. Kalau ini saya masuk juara, saya mau lebih tekun latihan lari,” ujarnya.
Tahun ini, Semarang 10K memberikan bermacam-macam hiburan di race village, seperti pertunjukan musik keroncong, zumba, dan aneka doorprize. Dalam kegiatan zumba, beberapa pelari terpantau ikut berpartisipasi.
Meski letih setelah berlari sejauh 10,1 kilometer, mereka tampak tetap semangat dalam mengikuti zumba. Para pelari juga antusias bernyanyi dan berjoget saat kelompok musik keroncong membawakan sejumlah lagu campursari termasuk tembang-tembang Didi Kempot.