Kategori Pelajar Semarang 10K Wadah Pembibitan Atlet Daerah
Ajang Semarang 10K diproyeksikan menjadi salah satu wadah pembibitan atlet lari, khususnya di Jawa Tengah. Kategori pelajar yang pertama kali diperlombakan tahun ini akan terus digelar pada perhelatan berikutnya.
Oleh
KRISTI UTAMI/ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Ajang Semarang 10K diproyeksikan menjadi salah satu wadah pembibitan atlet lari, khususnya di Jawa Tengah. Kategori pelajar yang pertama kali diperlombakan tahun ini akan terus digelar pada perhelatan berikutnya.
Tahun ini, Semarang 10K membuka dua kategori baru, yakni kategori master dan kategori pelajar. Dengan demikian, ada empat kategori dalam Semarang 10K, yakni open, nasional, pelajar, dan master. Dari total 2.000 peserta dalam Semarang 10K, sebesar 2,3 persen atau sekitar 50 orang di antaranya adalah pelajar.
”Kami memutuskan membuka kategori pelajar karena ingin pelari-pelari muda bisa ikut berlari dan mencetak rekor-rekor baru sehingga melalui kegiatan ini bisa lahir talenta-talenta baru dari Jawa Tengah dan sekitarnya," kata Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo dalam konferensi pers Semarang 10K, Minggu (15/12/2019), di halaman Balai Kota Semarang, Jateng.
Budiman mengatakan, para peserta kategori pelajar cukup antusias mengikuti Semarang 10K. Untuk menghadapi perlombaan, para pelari muda juga mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Sebagian juga menargetkan mampu menjadi atlet lari nasional.
Pada kategori pelajar, 7 pelari mampu menyelesaikan jarak 10,1 kilometer dalam waktu kurang dari 1 jam. Yang tercepat adalah Dimas Guntur Pangestu dengan catatan waktu 44 menit 37 detik. Pada urutan kedua dan ketiga ada Milda Maura Saputri dengan catatan waktu 46 menit 13 detik dan Samsul Arifin dengan catatan waktu 46 menit 47 detik. Pencapaian ini merupakan salah satu bukti potensi pelari muda dari Semarang dan sekitarnya.
Salah satu juara kategori pelajar, Samsul Arifin (15), mengatakan, sejak tiga tahun terakhir dirinya berlatih lari secara rutin. Ia berlatih tiga kali dalam seminggu, dengan masing-masing durasi sekitar 30 menit.
Semarang 10K merupakan perlombaan lari kedua yang pernah diikuti Arifin. ”Sejak di bangku sekolah dasar saya sudah bercita-cita ingin menjadi atlet lari nasional. Untuk itu, saya mencoba menguji kemampuan saya dengan cara ikut dalam perlombaan,” tutur Arifin.
Sementara itu, Wagiman (53) dan Damaryanti (52), orangtua Abi Lukita (17), salah seorang peserta kategori pelajar, mengatakan, olahraga lari merupakan salah satu kegiatan yang positif. Untuk itu, mereka sangat mendukung anak keduanya tersebut berkecimpung dalam dunia lari.
Sebagai salah satu bentuk dukungan, Wagiman dan Damaryanti mengikutkan Abi dalam program latihan di sebuah klub lari. Mereka juga rajin mendampingi dan mengantar setiap kali Abi menjalani latihan.
”Sebelum mengikuti lomba, kami memastikan Abi sudah beristirahat dengan cukup dan nutrisinya terjaga. Saat perlombaan, kami juga menunggu Abi di garis finis dan langsung menghampirinya ketika Abi tiba di race village,” kata Damaryanti.
Sebelumnya, Abi merupakan atlet karate. Namun, tiga bulan belakangan, Abi mulai mencoba peruntungan di dunia lari. Ke depan, Abi memiliki rencana untuk menekuni dunia lari.
Hal serupa disampaikan Dimas Bagas Saputra (14), pelajar SMPN 33 Semarang yang meraih posisi kelima kategori pelajar putra. Meski awalnya hanya iseng-iseng karena sering diajak tetangganya yang hobi lari, kini ia mengaku ingin lebih menekuni olahraga tersebut.
”Kebanyakan lari keliling kompleks perumahan, sih. Kalau ini saya masuk juara, saya mau lebih tekun latihan lari,” ujarnya.
Yanti (47), warga Sambiroto, ibunda Dimas, mengatakan, anaknya tersebut memang hobi olahraga. Bahkan, ia sempat merebut juara karate dalam suatu perlombaan. Namun, karena risiko cedera dari cabang bela diri tersebut cukup besar, ia mendorong anaknya memilih olahraga lain.
”Selain voli, ia akhir-akhir ini juga sering lari. kami sebagai orangtua hanya bisa mendukung karena prestasi di olahraga juga bisa menopang masa depannya kelak,” tutur Yanti.
Separuh maraton
Sementara itu, kemungkinan pembukaan nomor separuh maraton (half marathon) sejauh 21 kilometer dalam Semarang 10K juga sempat dilontarkan. Namun, untuk bisa mewujudkan nomor separuh maraton, perlu komitmen dan kesediaan dari pemerintah dan masyarakat Kota Semarang.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, pihaknya akan mengkaji kemungkinan dibukanya nomor separuh maraton. Menurut dia, banyak hal harus dipertimbangkan.
Menurut Hendrar, pembukaan nomor separuh maraton kemungkinan besar akan berdampak pada penutupan ruas jalan yang lebih masif dan lama. Kesiapan sarana dan prasarana serta kesediaan warga untuk merelakan jalan-jalan di sekitar mereka ditutup untuk beberapa saat mesti dipastikan.
”Kalau nanti dibuka separuh maraton, kemungkinan besar garis start dan finisnya akan diganti. Untuk start bisa dari Kelenteng Sam Po Kong atau Lawang Sewu,” ucap Hendrar yang akrab disapa Hendi.
Hendi menambahkan, jika nomor separuh mataron dibuka, pihaknya berencana tetap membuat lintasan lari melewati tempat-tempat wisata andalan Kota Semarang, salah satunya Kota Lama.