Jepang merencanakan pembangunan wisma atlet untuk Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 secara matang. Wisma atlet ini juga menjadi cikal bakal menjadi kota mandiri yang baru di pusat kota Tokyo.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO dari Tokyo, Jepang
·3 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Para atlet Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 di Jepang akan merasakan kenyamanan tinggal di wisma atlet yang letaknya strategis dan menawarkan pemandangan indah. Wajar ketika Pemerintah Jepang mengumumkan bakal menjadikan bekas wisma atlet itu sebagai kondominium banyak peminat yang berebut untuk membelinya.
Wisma atlet tersebut dibangun di sebuah lahan reklamasi seluas 44 hektar di Harumi, Chuo-ku, Tokyo. Lokasinya berdekatan dengan Pelabuhan Harumi di Teluk Tokyo sehingga penghuni wisma atlet bisa mendapati keindahan alam dari balik jendela.
Saat harian Kompas mengunjungi lokasi tersebut, Senin (17/12/2019), sebanyak 21 menara sudah terbangun. Setiap gedung memiliki 14 hingga 18 lantai. Total sebanyak 18.000 tempat tidur disiapkan menampung atlet Olimpiade dan 8.000 tempat tidur untuk atlet Paralimpiade.
Di bagian timur, para pekerja masih menyelesaikan taman yang akan dilengkapi berbagai sarana bagi atlet untuk berlatih ringan. Di bagian tengah kompleks itu sudah ada bangunan bagi para atlet untuk makan. Selama Olimpiade, ruang makan itu akan beroperasi selama 24 jam dan menyediakan 50.000 porsi makanan per hari. Fasilitas penting lainnya yang sudah dibangun adalah klinik dan tempat daur ulang sampah.
Setelah Olimpiade dan Paralimpiade usai, Pemerintah Metropolitan Tokyo (TMG) masih akan membangun dua gedung berlantai 50 di tengah kompleks yang juga akan berfungsi sebagai apartemen. Dua gedung itu diperkirakan selesai tahun 2024. Total akan ada 23 gedung yang terdiri 5.650 unit apartemen di lokasi tersebut.
”Kami menetapkan lokasi wisma atlet di tempat ini karena atlet akan mudah mengakses semua arena,” kata Direktur Relasi Media Tokyo 2020 Kentaro Kato. Lokasi wisma atlet tepat berada di tengah-tengah dari semua arena yang dipersiapkan. Lama perjalanan yang dibutuhkan atlet menuju arena bervariasi dari 10 hingga 50 menit menggunakan bus dengan pengawalan.
Lahan yang dipakai untuk wisma atlet sebelumnya merupakan area untuk pameran dagang. Lokasi tersebut merupakan pilihan yang terbaik karena masih menyediakan lahan kosong yang luas di tengah kepadatan kota Tokyo.
Renovasi
Pemerintah Tokyo kemudian berpikir agar wisma atlet tersebut tidak terbangun sia-sia sehingga berencana menjualnya ke publik dan menjadi kota mandiri baru. Mereka akan merenovasi setiap unit wisma atlet agar bisa dijual.
Setiap unit wisma atlet memiliki luas 80 meter persegi dan akan dihuni lima atlet. Pada 2021, TMG mulai mengubah setiap unit menjadi apartemen yang terdiri atas tiga kamar tidur. Jenis apartemen dengan spesifikasi ini termasuk apartemen untuk kalangan atas. ”Kami menjual setiap unitnya seharga 100 juta yen (Rp 12,8 miliar),” kata perwakilan TMG, Yoshiyuki Kokubo.
Harga tersebut tergolong relatif murah dibandingkan dengan harga apartemen dengan tipe yang sama di daerah tersebut. Harga apartemen di Chuo-ku seluas 86 meter persegi yang dipasarkan melalui internet bisa mencapai 128 juta yen.
Peminat pun membeludak ketika unit-unit wisma atlet itu mulai dipasarkan pertengahan tahun ini. Oleh karena itu, sistem pembelian dilakukan seperti lotre sehingga hanya peminat yang beruntung yang berhak membeli unit tersebut. Tercatat sekitar 350.000 peminat sudah mendaftar. Penjualan sekitar 600 unit sudah dimulai pada Juli 2019 dan dibuka lagi pada November 2019 sebanyak 340 unit.
Lokasi ini menarik bagi pembeli karena TMG akan membangun jaringan bus masuk ke kompleks ketika sudah menjadi tempat tinggal warga. Dengan bus tersebut, para penghuni bisa mengakses ke Stasiun Kachidoki yang merupakan stasiun terdekat.
Pembangunan wisma atlet ini pun menunjukkan perencanaan matang Pemerintah Jepang mempersiapkan Olimpiade. Mereka tidak hanya menyiapkan lokasi yang strategis, tetapi juga mampu berpikir lebih jauh, yaitu memanfaatkan fasilitas Olimpiade untuk pengembangan kota.