Angin kencang yang melanda Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tidak hanya merusak fasilitas umum, tetapi juga memaksa sejumlah warga mengungsi
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Angin kencang yang melanda Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, tidak hanya merusak fasilitas umum, tetapi juga memaksa sejumlah warga mengungsi. Bencana tersebut masih berpotensi terjadi setidaknya hingga sepekan ke depan.
Sebelumnya, angin kencang menerjang area istirahat Jalan Tol Cikopo-Palimanan Kilometer 166, Majalengka dan Desa Playangan, Kecamatan Gebang, Cirebon, Sabtu (11/1/2020) sore. Di jalan tol, fasilitas stasiun pengisian bahan bakar umum dan penerangan jalan sempat rusak.
Di Playangan, sebanyak 2 rumah, 2 warung, dan sebuah musalah juga rusak. ”Waktu itu ada angin dan hujan deras. Setelah lima menit, pohon tumbang dan menimpa rumah. Kami langsung keluar. Tetapi, cucu saya, Saul Azmi (6 bulan) kena serpihan genteng. Kepalanya benjol, kata Wartono (50), saat ditemui di rumahnya di Dusun 1 RT 002 RW 002, Minggu (12/1) sore.
Pohon setinggi hampir 40 meter dengan diameter sekitar 1 meter itu juga merobohkan dinding samping rumahnya. Temboknya setinggi 2 meter dan lebar 1,5 meter pun bolong. Pohon jenis palem itu juga membuat tiang dan tembok rumah Wasja (55) ambruk serta retak-retak. Genteng rumah berserakan.
Hingga Minggu sore, sekitar 10 penghuni rumah tersebut masih mengungsi ke tempat keluarganya. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, TNI, Polri, dan masyarakat masih berupaya mengevakuasi pohon itu, termasuk memotong pohon lainnya yang berukuran serupa. Pohon itu berada di tengah permukiman padat warga.
Waktu itu ada angin dan hujan deras. Setelah lima menit, pohon tumbang dan menimpa rumah. Kami langsung keluar.
Menurut Wartono, pohon yang berusia lebih dari 50 tahun itu baru pertama kali tumbang. ”Kami berharap, ada bantuan perbaikan rumah,” kata Wartono yang mengalami memar di paha akibat terkena runtuhan genteng.
Sutrisno, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Playangan, mengatakan, Pihaknya beberapa kali mencoba memotong pohon tersebut karena dianggap mengancam warga. ”Tetapi, tidak ada yang berani karena pohon itu keramat, sudah tua,” katanya.
Kami berharap, ada bantuan perbaikan rumah.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon Eman Sulaeman mengatakan, hampir semua daerah di 40 kecamatan Cirebon rawan diterjang angin kencang. Sejumlah daerah juga rentan terdampak puting beliung, seperti Arjawinangun, Panguragan, Pabedilan, Kapetakan, Gunung Jati, dan Gebang.
Akhir 2018, puting beliung di Panguragan merenggut nyawa Herdiyanto (4,5) dan merusak 237 rumah warga serta sejumlah fasilitas. ”Untuk mengantisipasi dampak angin kencang, seperti pohon tumbang, kami siap memangkas pohon tua jika warga meminta. Kami juga akan berkoordinasi dengan dinas terkait, seperti dinas lingkungan hidup,” kata Eman.
Eman meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaannya saat hujan deras dan angin kencang. ”Kalau ada angin, jangan berlindung di bawah pohon, papan reklame, dan tiang listrik. Warga harus segera ke tempat aman yang bangunannya kokoh,” ujarnya.
Apalagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati mencatat, selama 2019, angin kencang mendominasi cuaca ekstrem di Cirebon dan sekitarnya, yakni 64 kejadian. Kecepatan angin kencang dapat mencapai lebih dari 50 kilometer per jam.
Padahal, dalam kondisi normal, kecepatan angin maksimal 20 km per jam. ”Angin kencang saat ini diperkirakan hingga Sabtu (18/1/2020),” kata Prakirawan BMKG Stasiun Kertajati Ahmad Faa Izyin.