Pola permainan menyerang yang diperagakan Atalanta mampu membuat Inter Milan kewalahan. Namun, ada risiko besar di balik keberingasan mereka.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
MILAN, SABTU — Atalanta berhasil membuat sang pemburu scudetto musim ini, Inter Milan, menderita dalam laga yang berakhir imbang, 1-1, di Stadion Giuseppe Meazza, Minggu (12/1/2020) dini hari WIB. Mereka berani mengambil risiko dengan berkonsentrasi menyerang dan sedikit mengabaikan pertahanan.
Pelatih Atalanta Gian Piero Gasperini merasa gaya bermain menyerang sangat dibutuhkan untuk menghadapi tim seperti Inter yang kini semakin berbahaya. Lawan dipaksa untuk merebut bola, bukan menguasai bola. Dengan terus ditekan, lawan juga memiliki sedikit kesempatan untuk menyerang.
Tekanan juga dilakukan ketika para pemain Inter menguasai bola. Dua atau tiga pemain Atalanta berusaha menempel pemain lawan yang sedang membawa bola. Namun, jika pemain yang dikawal secara berlebihan itu adalah striker Inter, Romelu Lukaku, Atalanta harus menanggung risikonya.
Pada menit ke-3, Lukaku langsung dihampiri tiga pemain Atalanta ketika menerima bola. Ia pun langsung mengumpan bola itu kepada Lautaro Martinez yang sudah berlari ke depan dan kemudian membuat Inter unggul 1-0. Atalanta bermaksud menekan, tetapi justru kebobolan lebih cepat.
Itulah risiko yang sangat dipahami Gasperini sejak lama. ”Inilah gaya kami dan kami tidak bisa bermain menyerang seperti ini tanpa berani mengambil risiko,” katanya dikutip Football-Italia.
Gasperini paham bahwa ia harus memilih antara bermain aman, tetapi tidak banyak memiliki peluang mencetak gol atau bermain menyerang dengan risiko mudah kebobolan. Ia pun memilih opsi yang kedua untuk membangun karakter baru Atalanta sejak 2016. Pilihan itu pun membuahkan hasil. Sebelum menghadapi Inter, Atalanta mengalahkan AC Milan dan Parma secara berturut-turut dengan skor indentik, yaitu 5-0.
Atalanta pun menjadi tim di peringkat lima besar yang paling produktif dengan 49 gol dalam 19 laga. Namun, mereka sudah kebobolan sebanyak 26 gol. Inter, yang memiliki keseimbangan dalam serangan dan pertahanan, telah mencetak 40 gol dan kebobolan 16 gol.
Gasperini gemar memainkan pola menyerang langsung. Ketika satu pemain mendapat bola, pemain lainnya langsung bergerak maju ke depan gawang lawan. Pemain yang membawa bola tersebut akan memiliki banyak pilihan untuk mengoper.
Jika itu tidak berhasil, bek sayap akan maju untuk memberikan alternatif serangan dari sektor sayap. Bek Atalanta kerap membantu serangan, seperti yang dilakukan Rafael Toloi. Bahkan, jatuhnya Toloi di kotak penalti Inter memicu kontroversi. Dalam rekaman ulang, Martinez terlihat memegang kaki Toloi hingga terjatuh.
Namun, wasit tidak mengecek ulang kejadian itu dengan menggunakan video asisten wasit (VAR). ”Saya tidak mengerti kenapa VAR tidak digunakan. Kesalahan seperti ini seharusnya tidak dilakukan lagi pada era ketika teknologi ini sudah digunakan,” ujar Gasperini.
Permainan menyerang tersebut membuahkan hasil pada babak kedua ketika Atalanta menyamakan kedudukan pada menit ke-75 melalui tendangan Robin Gosens. Mereka bahkan bisa menang apabila tendangan penalti Luis Muriel tidak digagalkan kiper Inter, Samir Handanovic.
Meski sedikit kecewa, Gasperini cukup puas melihat timnya bisa membuat Inter menderita. ”Ketika melawan Inter, anda harus berani mengambil risiko lalu memberi mereka kesulitan yang belum pernah mereka rasakan,” ujar Gasperini yang pernah dipecat Inter Milan pada 2011 itu, seperti dikutip Tuttosport.
Pelatih Inter Milan Antionio Conte mengakui bahwa Atalanta telah banyak berkembang dan mereka telah melakukan semua hal terbaik dalam laga itu. ”Atalanta ditangani oleh pelatih yang sama selama empat tahun dan mereka memiliki pemain yang cocok untuk gaya permainan seperti itu,” ujar Conte.
Sementara Inter, kata Conte, baru ia tangani selama enam bulan ini. Meski demikian, Conte bangga bisa unggul 11 poin di atas Atalanta. Inter kini mengumpulkan 46 poin dan Atalanta sebanyak 35 poin.
Namun, kehilangan dua poin saat melawan Atalanta membuat Inter gagal melaju kencang ketika berpacu dengan Juventus di puncak klasemen sementara. ”Saya hanya berharap tidak ada lagi pemain saya yang cedera,” kata Conte. (REUTERS)