Juan Mata menjelma oase bagi Manchester United saat menyingkirkan Wolverhampton Wanderes 1-0 di Piala FA, Kamis dini hari WIB. Pengalaman dan ketenangannya sangat dibutuhkan ”Setan Merah”.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
MANCHESTER, KAMIS — Hadirnya barisan penyerang muda dan energik di Manchester United, seperti Daniel James dan Mason Greenwood, membuat Juan Mata nyaris dilupakan. Namun, Mata membuktikan dirinya masih penting di MU berkat golnya saat menyingkirkan Wolverhampton Wanderes pada laga ulangan babak ketiga Piala FA, Kamis (16/1/2020) dini hari WIB.
Tidak tampak grogi atau kecemasan dari wajah para pendukung ”Setan Merah” di Stadion Old Trafford ketika menyaksikan adegan mendebarkan dari sosok berbaju merah-putih di menit ke-67, kemarin. Lain cerita jika sosok itu adalah James atau Greenwood yang terkadang kurang tenang sehingga gagal mencetak gol saat tinggal berhadap-hadapan dengan kiper lawan.
Tidak seperti para yuniornya, sosok bernama Mata itu dengan tenang mengecoh kiper Wolves, John Ruddy, yang hendak menghadangnya. Dengan dinginnya, ia mencungkil bola melewati kepala Ruddy sehingga berujung gol kemenangan MU di laga itu. Mata menjelma ”oase” MU di tengah krisis produktivitas dan tingginya ekspektasi atas para penyerang cepat mereka, seperti James dan Marcus Rashford.
”Juan Mata ada di kelas berbeda. Ia memiliki kecakapan teknik, ketenangan, bahkan akselerasi untuk menembusnya (pertahanan lawan),” ujar Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer menyanjung Mata, gelandang kreatif yang kini berusia 31 tahun.
Sejak diasuh Solskjaer, khususnya di musim ini, ”Setan Merah” memiliki karakter sangat khas. Mereka energik dan luar biasa cepat di barisan depan sehingga menjadi satu-satunya tim yang mampu mencuri poin dari Liverpool di Liga Inggris musim ini. Namun, di sisi lain, mereka kurang kreativitas dan ketenangan sehingga kerap menyerah dari tim-tim papan bawah, seperti Cardiff City, Watford, dan Bournemouth.
Sepak bola tidak sekadar dengan kaki, tetapi juga kepala
Situasi itu membuat Mata prihatin. September 2019, ketika MU memulai Liga Inggris dengan buruk, mantan pemain Chelsea itu terang-terangan berkata timnya butuh menemukan kembali ketajaman dan insting predatornya di depan gawang. ”Sepak bola tidak sekadar dengan kaki, tetapi juga kepala (kepandaian),” ungkapnya dalam otobiografinya berjudul Suddenly A Footballer (2019).
Buku otobiografi yang menceritakan perjalanan kariernya itu lalu dibagi-bagikan gratis lengkap dengan tanda tangan berikut pesan penyemangat kepada setiap rekannya di MU. Sebagai figur senior di tim MU, Mata tidak rela timnya terpuruk. Ia berupaya mengangkat mentalitas dan psikis rekan-rekannya di tim yang sempat anjlok ke peringkat ke-14 Liga Inggris musim ini.
”Untuk kawan saya Luke (Shaw), kamu bisa menjadi bek kiri terhebat di Liga Inggris. Percaya lah!” bunyi coretan tangan Mata dalam salah satu salinan bukunya guna mengangkat kembali kepercayaan diri rekannya, Luke Shaw.
Musim ini, Mata nyaris tidak mendapatkan tempat di skuad inti MU. Ia hanya tampil enam kali sebagai pemain mula di Liga Inggris. Posisinya, sebagai penyerang sayap kanan, digusur para yuniornya yang lebih cepat dan energik, seperti James dan Jesse Lingard. Situasi itu memaksa ia kembali beradaptasi, yaitu di posisi trequertista alias gelandang di belakang striker, pada skuad MU asuhan Solskjaer saat ini.
Pemain baru MU
Posisi Mata di MU pun kian terancam dengan kabar tim terkaya di Inggris itu hendak memboyong gelandang kreatif baru, Bruno Fernandes dari Sporting Lisbon. Pemain 25 tahun itu dikabarkan segera hijrah ke Old Trafford pada akhir pekan ini dengan nilai transfer 62 juta pound sterling atau setara Rp 1,1 triliun.
Namun, setiap kali dipercaya tampil, Mata berupaya memberikan kemampuan terbaik. Asis-asis akuratnya menjadi santapan para yuniornya, Rashford dan Anthony Martial. Di laga sebelumnya, yaitu kontra Norwich City pada Liga Inggris pekan lalu, Mata memborong dua asis. ”Setan Merah” pun menang telak, 4-0.
Menurut Gary Neville, mantan pemain MU, teknik, pengalaman dan ketenangan Mata sangat dibutuhkan bekas timnya itu terlepas akan segera menggaet Fernandes. ”Mata tidak dioptimalkan di MU saat ini karena Solksjaer mengutamakan serangan balik cepat. Padahal, ia adalah salah satu yang kreatif, mampu membuat operan dalam kawalan ketat tim-tim lawan yang tampil defensif,” ujarnya dikutip Goal.com.
Kehadiran Mata agaknya kembali dibutuhkan MU saat bertamu ke markas Liverpool di Liga Inggris, Minggu (19/1/2020). Apalagi, MU terancam tidak bisa diperkuat striker terbaiknya, Rashford, yang menderita cedera pada laga kontra Wolves. Mata pernah membuat jengkel ”The Reds” di Anfield, 2015.
Ketika itu, MU membekap Liverpool, 2-1, berkat dua gol Mata. Salah satu golnya saat itu dicetak dengan indah, yaitu tendangan salto. Hingga detik ini, fans MU masih takjub dan tidak berhenti membahas gol itu ketika bertemu dengannya di jalanan Kota Manchester. (REUTERS)