Quique Setien, pelatih baru Barcelona, menjanjikan ”pemurnian”, yaitu mengembalikan sepak bola indah dan riang di tim barunya. Janji itu akan mulai diwujudkan saat Barca menjamu Granada, Senin dini hari WIB di Camp Nou.
Oleh
Yulvianus Harjono
·5 menit baca
BARCELONA, SABTU — Dalam presentasi pengenalan Quique Setien sebagai pelatih baru Barcelona, Selasa (14/1/2020), dia tidak berkata sama sekali soal trofi juara ataupun gelar Liga Champions yang membuat penasaran klubnya. Ia hanya menjanjikan satu hal, yaitu Barcelona akan memainkan kembali sepak bola indah ala tiki-taka seperti di era Johan Cruyff dan muridnya, Pep Guardiola.
Dalam sebuah rapat mendadak di kota Barcelona, Spanyol, beberapa hari lalu, Setien dengan penuh gairah mencoba meyakinkan sejumlah orang berjas rapi yang duduk di depannya. Tangannya memindah-mindahkan sejumlah gelas di meja di hadapan mereka bak sebuah papan catur. Setiap gelas itu merepresentasikan bintang ”Blaugrana”, julukan Barcelona, saat ini.
”Pokoknya, kita akan banyak bersenang-senang,” ucap Setien berkali-kali di hadapan sejumlah pria berjas itu yang merupakan para petinggi dan jajaran direktur di Barca, seperti dikutip ESPN.
Hampir pada saat bersamaan, Ernesto Valverde—masih pelatih Barca saat itu—meninggalkan markas latihan Barcelona, Esportiva Juan Gamper, dengan tergesa-gesa. Ia mengambil sepedanya dan meningkatkan kecepatan kayuhannya tanpa menoleh ke belakang. Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu telah memberi tahu Valverde bahwa masanya di Barca telah berakhir.
Banyak yang menilai, pemecatan Valverde ketika itu sebagai tindakan sadisme. Betapa tidak, ia telah memberikan dua gelar juara Liga Spanyol beruntun dan satu trofi Copa del Rey alias Piala Raja Spanyol. Barca pun masih berada di puncak klasemen Liga Spanyol sebelum kabar soal pemecatan dari Bartomeu itu sampai kepada Valverde.
Menurut Bojan Krkic, mantan pemain Barca, pemecatan Valverde itu menunjukkan, trofi serta performa kompetitif bukan jaminan bisa bertahan di bekas klubnya itu.
Menurut Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane, pemecatan Valverde menunjukkan rapuhnya pekerjaan mereka. Pelatih tidak lebih dari alat atau komponen sebuah pabrik besar yang bakal digantikan dengan alat baru kapan pun jika dianggap usang atau tidak lagi sesuai tujuan ”perusahaan”.
Apalagi jika ”pabrik” itu sebesar Barca dan Real Madrid. ”Sebagai pelatih Barcelona dan Real Madrid, kami sadar posisi kami. Itu tidak akan berubah. Saya pun akan dikritisi jika kalah di beberapa laga, seperti dialami satu setengah bulan lalu. Anda hanya bisa memberikan 100 persen,” ujar Zidane, dikutip Bleacher Report.
Bartomeu berkata, hasil laga atau trofi bukanlah akar masalah dari pemecatan Valverde. ”Hasil bagus. Namun, kami bisa meningkatkan dinamika (permainan) tim. Kami melakukan perubahan karena butuh dorongan. Kami ingin memenangi Liga Spanyol, Liga Champions, dan Piala Raja,” tuturnya.
Jadi jelas, masalah Barca pada era Valverde adalah permainan. Di era Valverde, Barca semakin individualis dan memiliki ketergantungan tinggi pada megabintangnya, Lionel Messi. Sejumlah calon megabintang baru Barca, seperti Philippe Coutinho, Ousmane Dembele, dan Antoine Griezmann, gagal bersinar terang. Pamor mereka redup di bawah bayang-bayang supremasi Messi.
Perpecahan
Barca tidak lagi tampil sekolektif di era Guardiola, ketika tim itu mampu menjelma menjadi tim terbaik di dunia dengan raihan 2 trofi Liga Champions, 2 Piala Dunia Klub, dan 3 trofi Liga Spanyol lewat permainan indah bernama tiki-taka pada kurun 2008-2012. Barca saat ini dikabarkan tidak solid, penuh persaingan antarindividu di internal tim. Etos kerja mereka pun rendah.
Pemecatan Valverde, misalnya, telah membelah pandangan para pemain. Ada dua faksi berbeda di tim dalam menyikapi mantan pelatihnya itu. Satu faksi, yang berisikan para figur senior, seperti Messi dan Gerard Pique, mendukung Valverde bertahan. Tidak heran, Messi berkali-kali terlihat membela mantan bosnya itu, termasuk seusai dikalahkan Atletico Madrid di Piala Super Spanyol, pekan lalu.
Faksi kedua, yang didominasi pemain muda dan baru, seperti Griezmann, menuntut adanya perubahan di posisi pelatih. Mereka menilai, intensitas latihan di era Valverde kurang ideal dan gaya bermainnya terlalu kompromistis. Gaya ”tanggung” itu membuat Barca dua kali mengalami kejatuhan hebat di dua edisi Liga Champions sebelumnya. Sempat menang telak 3-0 di laga pertama, mereka disingkirkan Liverpool di semifinal musim lalu.
Trauma dari laga itu, termasuk kontra AS Roma di musim Liga Champions sebelumnya, kembali muncul ketika Barca dibekap Atletico Madrid di semifinal Piala Super Spanyol lalu. Sempat unggul 2-1, Barca dikalahkan Atletico berkat dua gol di menit-menit terakhir. Kejatuhan semacam ini dikhawatirkan bakal kembali muncul sehingga Bartomeu terpaksa memecat Valverde.
Kursi panas
Hanya, masalahnya, Setien bukanlah pilihan terbaik. Ia nyaris tidak punya pesaing. Kandidat lainnya seperti Xavi Hernandez (Pelatih Qatar Stars League) menolak mentah-mentah tawaran melatih Barca. Padahal, ia didatangi langsung oleh dua pejabat Barca, CEO Oscar Grau dan Direktur Olahraga Eric Abidal. Xavi konon menolak karena tidak cocok dengan Bartomeu.
Xavi lebih dekat dengan Victor Font, kandidat kuat presiden baru Barca pada 2021. Ia hanya berkata, tawaran melatih Barca itu terlalu cepat baginya saat ini.
Pada saat yang sama, kandidat lainnya, Mauricio Pochettino, juga menolak tawaran ”kursi panas” itu. Ia menolak berkhianat kepada Espanyol, eks klubnya yang merupakan rival sekota Barca. ”Saya lebih baik bekerja di ladang saya di Argentina. Saya tidak akan pernah melatih Arsenal dan Barcelona,” ujarnya.
Maka, jadilah Setien sebagai pelatih Barca saat ini. Meskipun tidak memiliki satu pun prestasi mencolok selama kariernya, Setien memiliki satu hal yang membuat Bartomeu percaya kepadanya. Ia merupakan seorang pengagum sekaligus loyalis aliran tiki-taka yang dibawa Johan Cruyff ke Spanyol, beberapa dekade silam. Ia pun menjanjikan pemurnian permainan Barca seperti leluhurnya itu.
Demi hal itu, Setien telah menggenjot latihan fisik timnya beberapa hari terakhir ini. Pada hari pertamanya melatih, mantan Pelatih Real Betis itu menggandakan durasi latihan. Ia juga membatalkan satu hari liburan yang sebelumnya dijadwalkan Valverde. Semua itu demi meningkatkan fisik dan intensitas yang menjadi esensi dari permainan menawan Barca di era Guardiola, yaitu menekan tinggi dan pergerakan superdinamis.
Pique dan Arturo Vidal dikabarkan langsung ngos-ngosan ketika latihan baru berjalan 20 menit di sesi pertama. Menurut Setien, diperlukan satu hal penting, yaitu pengorbanan, untuk mengembalikan permainan intensitas tinggi Barca. Pengorbanan itu mencakup kesediaan berlatih lebih keras, menghormati rekan setim, dan pantang menyerah.
Transformasi Barca ini bisa dilihat saat mereka menjamu Granada di lanjutan Liga Spanyol pada Senin pukul 03.00 WIB. (REUTERS)