Gairah Liverpool merengkuh trofi juara Liga Inggris tidak tertahankan. Nyanyian “Kami bakal juara liga” berkumandang untuk kali pertama di Anfield musim ini seusai membekap Manchester United 2-0, Senin dini hari WIB.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LIVERPOOL, SENIN – Stadion Anfield mendadak riuh bergemuruh seperti digoyang gempa kecil ketika penyerang Liverpool, Mohamed Salah, membobol gawang Manchester United di menit injury time laga Senin (20/1/2020) dini hari WIB. Puluhan ribu fans Liverpool histeris, berdiri dari tempat duduknya, dan kompak bernyanyi ”Kami bakal juara liga!” seusai laga itu.
Suasana menggairahkan di Anfield seperti itu hanya pernah sekali terjadi, ketika ”The Reds” menggilas Barcelona 4-0 pada semifinal Liga Champions, 7 Mei 2019. Kemenangan epik itu merupakan batu loncatan terhebat ”The Reds” saat menjuarai Liga Champions Eropa musim lalu. Mereka membalikkan defisit 0-3 menjadi kemenangan 4-0.
Serupa laga Liga Champions itu, gairah dan euforia ”The Reds” akan trofi juara Liga Inggris tidak lagi bisa terbendung. Seusai membekap MU 2-0, suporter Liverpool kompak melakukan hal yang sempat ditabukan musim ini, yaitu meneriakkan kata juara, untuk pertama kalinya. ”Sekarang, Anda harus mempercayai kami,” nyanyi mereka.
Meskipun predikat juara Liga Inggris belum resmi diraih, Liverpool menunjukkan hal yang hanya dimiliki tim kampiun. Di pekan ketika barisan tim raksasa papan atas Liga Inggris seperti Manchester City, Chelsea, Leicester City, dan Tottenham Hotspur berguguran atau ditahan lawan, The Reds tetap tampil menawan dan melanjutkan tren kemenangan.
Setelah mengalahkan MU, tidak ada satu pun klub di Liga Inggris yang tidak bisa dikalahkan The Reds pada musim ini. Dari 22 laga, mereka 21 kali menang dan sekali imbang. Liverpool pun semakin kokoh di puncak klasemen Liga Inggris dengan keunggulan 16 poin plus tabungan satu laga dari rival utamanya, Manchester City, di peringkat kedua.
Liverpool hanya membutuhkan tambahan sepuluh kemenangan di 16 laga tersisa untuk memastikan gelar juara Liga Inggris, yang terakhir kalinya diraih 1990.
”Mereka (suporter) diperbolehkan bermimpi dan bernyanyi (soal gelar juara), sepanjang terus melakukan tugasnya (mendukung tim). Saya tidak peduli kami akan dikejar atau tidak,” tutur Klopp mengenai ledakan euforia fans timnya.
Kemenangan Liverpool di Anfield itu sekaligus mewakili perubahan pendulum kekuasaan di Liga Inggris. ”Setan Merah”, yang sempat mendominasi liga dengan 13 trofi juara dalam dua dekade, 1993-2013, pada era manajer Sir Alex Ferguson, menjadi bulan-bulanan The Reds. MU diajari Liverpool cara bertahan dan membuat gol, dua hal yang menjadi keunggulan klub itu satu dekade sebelumnya.
Gawang MU kebobolan lewat dua cara yang sebetulnya menjadi senjata khas mereka pada musim ini. Liverpool menang lewat gol bek Virgil van Dijk yang memanfaatkan sepak pojok di menit ke-14, ditambah serangan balik yang didesain sempurna oleh kiper Alisson Becker pada menit terakhir. Ironisnya, semua gol itu disaksikan langsung Ferguson dari tribune penonton di Stadion Anfield.
Pada 1986, ketika pertama kalinya menangani MU, Ferguson berkata, tantangan terbesarnya adalah menyingkirkan The Reds dari singgasananya. Pada masa itu, Liga Inggris tengah dikuasai Liverpool. Mereka 11 kali juara liga dalam dua dekade, 1970-1990. Tiga puluh tahun kemudian, singgasana itu kembali ada di depan mata The Reds.
Mirip era Ferguson
Jermaine Jenas, mantan pemain Liga Inggris, berkata, Liverpool di era Klopp ini mengingatkannya akan dominasi Setan Merah pada era Ferguson. ”Jurang kualitas MU dan Liverpool saat itu sangat besar. Kini situasinya terbalik. Liverpool kini seperti MU yang mendominasi Inggris dekade 1990 hingga 2000,” kata Jenas pada BBC.
Jenas meyakini, Liverpool akan mendominasi Liga Inggris beberapa tahun ke depan jika mampu menjuarainya musim ini. Hal itu terakhir kali dilakukan Manchester City dua musim terakhir. Namun, Van Dijk meminta para pendukung klubnya untuk tidak takabur dan mendahului takdir. Kata juara masih menjadi pantangan di timnya saat ini.
”Semua orang ingin kami menyebutkan sesuatu hal tentang itu (juara). Namun, kami pantang dan tidak akan melakukannya. Kami fokus pada laga demi laga,” ujar Van Dijk seusai laga di Anfield itu.
Manajer MU Ole Gunnar Solskjaer, mengapresiasi upaya timnya meskipun kalah. Sempat tampil ekstra defensif di babak pertama, MU berani keluar menyerang di menit-menit akhir laga itu. Mereka pun menciptakan dua peluang emas, masing-masing oleh Anthony Martial dan Andreas Pereira. Sayang, keduanya gagal membuat gol.
“Para pemain jelas telah mengerahkan segala kemampuan yang mereka punya. Ada periode saat kami mengontrol laga dan menciptakan peluang besar mencetak gol. Tidak ada masalah soal komitmen dari mereka,” ujar Solskjaer, yang mengakui Liverpool jauh lebih unggul dari timnya.(AP/AFP)