Chelsea berharap striker andalannya, Tammy Abraham, tidak mengalami cedera panjang. Tanpa Abraham, Chelsea tidak lagi memiliki mesin gol yang efektif.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
LONDON, RABU — Masalah yang dikhawatirkan Pelatih Chelsea Frank Lampard benar-benar terjadi seusai timnya ditahan imbang Arsenal, 2-2, di Stadion Stamford Bridge, Rabu (22/1/2020) dini hari WIB. ”The Blues” bisa kehilangan taringnya ketika striker utamanya, Tammy Abraham, mengalami cedera pergelangan kaki.
Abraham sempat tergeletak, lalu berjalan pincang ke luar lapangan seusai laga. Pergelangan kakinya dibalut es dan Lampard belum tahu seberapa parah cedera itu. Kabar baik dari tim dokter sangat dinantikan.
”Saya harap cedera itu tidak membuatnya absen dalam beberapa pekan ke depan. Seandainya demikian, kami masih punya pemain lain (untuk mengisi peran Abraham),” ujar Lampard. Ia sangat optimistis bisa tetap mempertahankan kekuatan tim tanpa Abraham.
Namun, sejauh ini Chelsea sangat bergantung kepada striker berusia 22 tahun itu. Hingga laga ke-24 musim ini, Abraham sudah menyumbang 13 dari total 41 gol yang dicetak Chelsea. Pemain yang disebut-sebut sebagai penerus Didier Drogba itu menjadi mesin gol yang belum tergantikan.
Pernyataan Lampard tersebut terkesan seperti sebuah penyangkalan untuk menghibur diri. Faktanya, ia tidak memiliki penyerang lain yang bisa menyamai ketajaman Abraham. Dua penyerang lain yang tampil pada laga kontra Arsenal, Willian dan Callum Hudson-Odoi, masih kurang garang. Willian baru mencetak empat gol dan Hudson-Odoi satu gol.
Lampard masih memiliki Christian Pulisic, tetapi penyerang yang sudah mengoleksi lima gol itu belum pulih dari cedera sejak awal Januari. Penyerang lainnya, Michy Batshuayi, kerap dicadangkan karena kurang tajam. Terakhir, striker senior Olivier Giroud tengah berharap bisa pindah ke Inter Milan karena sudah jarang dimainkan.
Situasi ini otomatis membuat Abraham kelelahan, seperti terlihat saat menghadapi Arsenal. Ia tidak mampu memanfaatkan beberapa peluang terbaik yang diperoleh. Gol Chelsea malam itu justru dicetak Jorginho dan Cesar Azpilicueta. Jorginho pun mencetak gol melalui tendangan penalti.
Pertahanan buruk
Ketika lini serangnya tidak bertaring, pertahanan Chelsea juga buruk. Gol Azpilicueta menit ke-84 itu sudah cukup membawa Chelsea unggul 2-1. Namun, tiga menit kemudian, Arsenal bisa menyamakan kedudukan melalui Hector Bellerin.
Hasil imbang ini semakin menyakitkan bagi Chelsea karena Arsenal bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-26. Wasit memberikan kartu merah kepada bek Arsenal, David Luis, dan Arsenal hanya satu kali mengganti pemain pada menit ke-76, saat Matteo Guendouzi menggantikan Mesut Oezil. ”Kebersamaan yang ditunjukkan tim inilah yang ingin saya lihat,” kata Pelatih Arsenal Mikel Arteta.
Lampard mengakui masih banyak kesalahan dasar yang terjadi saat bertahan, terutama ketika Arsenal mencetak gol pertama. Tendangan pojok Chelsea justru berubah menjadi serangan balik yang mematikan. Gabriel Martinelli mendapatkan bola itu, berlari dari tengah lapangan, dan mencetak gol.
Chelsea tidak siap untuk mengantisipasi serangan semacam itu. Mereka terlalu fokus menyerang saat tendangan pojok terjadi dan panik karena tidak bisa berlari cepat ke belakang. ”Kami kecewa kesalahan mendasar ini memudahkan Arsenal untuk menguasai permainan,” kata bek Chelsea, Andreas Christensen, dikutip laman Chelsea.
Chelsea kini menjadi tim peringkat empat besar yang memiliki pertahanan terburuk. Mereka mencetak 41 gol, tetapi kebobolan 32 gol. Liverpool, Manchester City, dan Leicester City memiliki jumlah selisih gol dua hingga tiga kali lipat dari yang diperoleh Chelsea.
Gagal mendapat Cavani
Dalam situasi seperti ini, mencari pemain baru untuk menambah kekuatan di lini serang menjadi pilihan yang menggoda bagi Lampard. Tambahan pemain baru dapat memperbesar peluang Chelsea untuk bertahan di peringkat empat besar dan melaju ke Liga Champions musim depan.
Namun, Lampard diperkirakan bakal kecewa lagi karena striker yang diincar, Edinson Cavani dari Paris Saint-Germain, dikabarkan lebih memilih Atletico Madrid. Cavani merupakan pilihan terbaik mengingat striker asal Uruguay itu kini merasa diperlakukan tidak adil di PSG. Ia lebih sering dicadangkan setelah PSG memiliki Mauro Icardi.
”Saya rasa peluang ia pindah ke Atletico sangat besar. Cavani butuh bermain lebih sering, sementara ia hanya bermain empat atau enam menit per laga di PSG,” ujar Luis Cavani, ayah Edinson Cavani, dikutip The Guardian.
Jika gagal mendapatkan Cavani, Lampard memiliki pilihan lain untuk mencari pemain pinjaman pada Januari ini. Ia merasa sudah menemukan jawaban dan akan meneruskan proyek jangka panjang dengan pemain yang sudah dimiliki. (AFP/REUTERS/DEN)