Kelengkapan Data Pengaruhi Interpretasi Kasus Covid-19
Pendataan kasus Covid-19 yang dilengkapi dengan indikator pendukung menentukan interpretasi yang dihasilkan. Interpretasi yang benar terkait data penyakit itu penting sebagai dasar intervensi yang tepat.
Oleh
Deonisia Arlinta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pendataan kasus Covid-19 yang dilengkapi dengan indikator pendukung menentukan interpretasi yang dihasilkan. Tanpa data akurat dan lengkap, analisis yang diperlukan sebagai dasar intervensi penanganan pun tidak akan optimal.
Ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (29/4/2020), menuturkan, kelengkapan dan keakuratan data sangat penting untuk menghasilkan interpretasi yang benar. Salah satunya terkait interpretasi jumlah kasus Covid-19, penyakit yang disebabkan virus korona, di masyarakat.
”Kasus di Jakarta,misalnya, dilaporkan bahwa jumlah yang positif Covid-19 sudah menurun. Tetapi, data ini tidak disajikan bersama dengan jumlah orang yang dites terkait penyakit tersebut. Kalau jumlah perbandingannya tidak sama, apalagi kasus yang diperiksa justru menurun, kasus positifnya turut menurun,” ujarnya.
Data yang tidak lengkap itu juga menyulitkan para pakar untuk memprediksi kejadian Covid-19 di Indonesia. ”Pendataan yang dihimpun pemerintah pusat sebaiknya secara terintegrasi dikumpulkan secara tersistem dari berbagai rumah sakit serta pemerintah daerah,” kata Iwan.
Analisis kasus ini semakin sulit karena pemeriksaan terkait penularan Covid-19 juga masih sangat kurang. Merujuk pada data Kementerian Kesehatan, per 29 April 2020, jumlah orang yang diperiksa terkait Covid-19 sebanyak 67.784 orang. Jumlah ini dinilai sedikit jika dibandingkan jumlah penduduk Indonesia serta mobilitas masyarakat yang cukup tinggi.
Kasus di Jakarta,misalnya, dilaporkan bahwa jumlah yang positif Covid-19 sudah menurun. Tetapi, data ini tidak disajikan bersama dengan jumlah orang yang dites terkait penyakit tersebut.
Dalam Worldometers.info, rasio pengujian di Indonesia terhitung 318 orang per 1 juta penduduk. Angka tersebut jauh dari perbandingan pengujian di negara lain, seperti Malaysia (4.764 per 1 juta penduduk), Thailand (2.551 per 1 juta penduduk), Australia (21.350 per 1 juta penduduk), dan Singapura (20.816 per 1 juta penduduk).
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Adib Khumaidi menyatakan, kelengkapan data sebaran kasus Covid-19, baik kasus positif, orang dalam pemantauan (ODP), maupun pasien dengan pengawasan (PDP), sangat diperlukan untuk mengatur distribusi kebutuhan layanan kesehatan. Kelengkapan data ini kian mendesak karena Indonesia masih memiliki persoalan maldistribusi layanan kesehatan.
”Maldistribusi layanan kesehatan menjadi masalah saat ini, termasuk pada jumlah sumber daya manusia. Dokter spesialis paru, misalnya, hanya ada 1.078 orang di seluruh Indonesia dengan 170 orang di antaranya berada di Jakarta. Berbagai percepatan harus segera dilakukan, terutama terkait strategi pelayanan di setiap wilayah Indonesia,” tuturnya.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan, sistem bersatu lawan Covid-19 diharapkan bisa menjadi sumber informasi yang transparan dan terbuka tentang penanganan Covid-19 di Indonesia. Sistem ini diklaim mampu mencatat dan mengintegrasikan data Covid-19 dari setiap puskesmas, rumah sakit, laboratorium pemeriksa, dan dinas kesehatan di tingkat daerah.
”Sistem bersatu lawan Covid (BLC) merupakan hasil upaya kolaborasi lintas sektor yang dikoordinasi oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Sistem ini mampu memantau data sebaran kasus positif, pasien positif yang sembuh dan meninggal, ODP, dan PDP. Gambaran kasus yang dihasilkan pun dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan logistik rumah sakit dan laboratorium,” ucapnya.
Sistem bersatu lawan Covid-19 yang dapat diakses dalam laman Covid19.go.id ini akan menampilkan beberapa jenis grafik, antara lain kasus kumulatif nasional dan setiap provinsi. Grafik ini menampilkan detail kasus meninggal, kasus sembuh, dan kasus perawatan harian. Selain itu, terdapat grafik kasus berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur serta kasus berdasarkan gejala awal dan komorbid atau kondisi penyerta terbanyak diderita pasien Covid-19.