Covid-19 menyebar begitu cepat sampai-sampai negara adidaya Amerika Serikat yang selama ini dinilai paling siap menghadapi wabah pun menjadi salah satu negara yang paling terdampak di dunia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW YORK, SELASA — Amerika Serikat bersiap menghadapi pekan terkelamnya selama pandemi Covid-19 berlangsung menyusul korban meninggal di sana yang sudah melewati angka 10.000, Senin (6/4/2020). Warga AS diperingatkan untuk tidak menyerah terhadap infeksi virus korona baru ini.
AS telah menjadi salah satu negara yang paling terdampak pandemi Covid-19. Kasus meninggal di negara adidaya itu terus meningkat, sementara guncangan ekonomi sudah menanti di depan mata. Otoritas kesehatan AS memperingatkan warga AS untuk bersiap menghadapi salah satu periode terburuk dalam wabah Covid-19 yang belum mencapai puncaknya.
Data Johns Hopkins University CSSE sampai Selasa (7/4/2020) pukul 10.01, terdapat 368.196 kasus Covid-19 di AS dengan 10.986 kasus meninggal dunia.
Anthony Fauci, Direktur Institut Alergi dan Infeksi Nasional (NIAID) AS, memperingatkan akan terjadinya peningkatan ”eskalasi” dengan mengatakan agar warga AS harus bersiap menghadapi ”pekan yang buruk”.
”Saya tidak akan mengatakan bahwa kita sudah berhasil mengendalikan penyakit ini,” kata Fauci kepada CBS Sunday. ”Itu akan menjadi pernyataan yang keliru.”
Kepada Fox News, Kepala Korps Pelayanan Kesehatan Umum AS Ahli Bedah Jerome Adams pun mengatakan, ”Terus terang, ini akan menjadi minggu terberat dan tersedih bagi mayoritas kehidupan warga AS.” Ini bakal menjadi momen Pearl Harbour kita, momen 9/11 kita, hanya saja ini terjadi secara global.”
Adams pun mendesak para pemimpin negara bagian untuk memerintahkan warganya tetap berada di rumah untuk setidaknya 7-10 hari ke depan. ”Ada secercah harapan di ujung lorong jika semua orang melakukan tugasnya.”
Sebagian besar negara bagian menerapkan kebijakan penutupan atau jaga jarak fisik dan sosial. Namun, ada sembilan negara bagian yang belum mengeluarkan kebijakan seperti itu. Pemerintah federal juga menolak mengeluarkan kebijakan apa pun di tingkat nasional.
Ada secercah harapan di ujung lorong jika semua orang melakukan tugasnya.
Pada Minggu (5/7), para gubernur negara bagian mengajukan banding kepada Gedung Putih untuk mengeluarkan strategi nasional melawan Covid-19 yang menyebar sangat cepat.
Puncak pandemi
Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan, New York akan menghadapi puncak pandemi pekan depan meski belum jelas juga apakah setelah itu kasusnya menurun atau terus tinggi. Cuomo juga menyampaikan akan memindahkan pasien dari rumah sakit yang sudah kelebihan kapasitas ke fasilitas kesehatan lain yang masih bisa menerima pasien.
Pada Sabtu pekan lalu, jumlah kasus meninggal di New York mencapai 4.159 atau naik dari hari sebelumnya yang sebanyak 3.565 kasus. Sejauh ini, New York melaporkan 122.031 kasus Covid-19.
Minggu (5/4) malam, Gedung Putih bermaksud menyampaikan kemajuan yang dicapai dalam perang melawan Covid-19, termasuk rencana mendistribusikan ratusan ribu masker ke New York. Namun, hal ini tidak bisa menghilangkan kenyataan pahit yang akan dihadapi dalam seminggu ke depan.
”Kita semua tahu bahwa kita harus mencapai titik tertentu; dan titik itu akan menjadi momen mengerikan,” kata Presiden AS Donald Trump dalam jumpa pers.
Faktor kepemimpinan
Dalam artikel bertajuk ”70 Days of Denial, Delays, and Dysfunction”, koran The Washington Post menelusuri kembali krisis kesehatan akibat Covid-19 di AS dengan mewawancara 47 orang dari berbagai latar belakang, mulai dari pejabat pemerintah, ahli kesehatan masyarakat, intelijen, dan profesi lain yang terlibat dalam menghadapi pandemi ini yang mayoritas anonim.
Satu benang merah yang mengemuka adalah bahwa AS telah terlambat merespons wabah Covid-19 dan kehilangan kesempatan untuk mempersiapkan diri lebih baik. Kelambatan ini sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Meski tidak sempurna, banyak kalangan menilai bahwa AS memiliki banyak pakar, sumber daya, dan pengalaman menangani epidemiologis dibandingkan dengan negara lain. Dengan bekal itu tidak seharusnya wabah Covid-19 membuat AS menjadi kacau seperti sekarang. Terlebih, sebenarnya, Pemerintah AS sudah mendapat peringatan sebelumnya, termasuk dari pejabat tingginya.
Pemerintahan Trump menerima peringatan wabah pertamanya secara formal pada 3 Januari 2020. Beberapa hari kemudian, Badan Pusat Intelijen AS juga memberikan informasi betapa seriusnya ancaman ini kepada Trump.
Namun, butuh waktu 70 hari sejak peringatan itu bagi Trump untuk menganggap Covid-19 sebagai ancaman yang serius dan begitu dekat serta tidak lagi menyebutnya sebagai virus flu tak berbahaya yang bisa dikendalikan. (AFP)