Kesederhanaan dan keprihatinan melingkupi hari raya Idul Fitri di dunia pada tahun ini. Pandemi Covid-19 dan jatuhnya harga minyak mengiringi perayaan-perayaan itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
RIYADH, MINGGU — Umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri pada Minggu (24/5/2020). Kesederhanaan, keprihatinan, dan suasana-suasana khusus melingkupi perayaan tahun ini seiring pemberlakuan protokol-protokol kesehatan merespons pandemi Covid-19.
Secara tradisional, hari raya Idul Fitri dirayakan dengan shalat Id di masjid, dilanjutkan dengan ajang silaturahmi dan pesta keluarga. Kegiatan belanja pakaian, hadiah, dan aneka camilan manis ikut mengiringi hari besar itu. Namun, tahun ini, perayaan ini dibayangi oleh pandemi Covid-19. Banyak negara memperketat pembatasan hingga penutupan wilayah.
Beberapa negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Mesir, Turki, dan Suriah, telah melarang pertemuan-pertemuan hingga doa massal untuk membatasi penyebaran penyakit itu. Arab Saudi memulai jam malam selama lima hari sejak Sabtu (23/5) setelah infeksi meningkat empat kali lipat sejak awal Ramadhan menjadi total lebih dari 68.000 kasus. Itu adalah angka infeksi tertinggi di Teluk.
Shalat Idul Fitri diadakan di dua masjid suci di kota-kota Mekah dan Madinah, tetapi tanpa kehadiran umat. Hal itu dinyatakan pihak berwenang pada Sabtu. Adapun Masjid Al-Aqsa di Jerusalem, situs suci Islam lainnya, akan dibuka kembali hanya setelah Idul Fitri. Hal itu dikatakan badan pengurusnya pada akhir pekan ini.
Di Lebanon, otoritas keagamaan telah mengumumkan pembukaan kembali masjid hanya untuk shalat Jumat. Namun, umat akan diperiksa suhunya dan menjalani protokol-protokol kesehatan sebelum mereka masuk. Sementara itu, umat Muslim di Pakistan, Malaysia dan Afghanistan memadati pasar-pasar untuk belanja. ”Selama lebih dari dua bulan, anak-anak saya tinggal di rumah,” kata Ishrat Jahan, seorang ibu dari empat anak, di pasar kota Rawalpindi, Pakistan. ”Pesta ini untuk anak-anak dan, jika mereka tidak bisa merayakannya dengan pakaian baru, tidak ada gunanya kita bekerja keras sepanjang tahun.”
Lebih dari 3.500 warga Tunisia yang melakukan perjalanan pulang tepat sebelum liburan harus menjalani karantina selama dua pekan di hotel setelah tiba dari luar negeri. Angka kematian Covid-19 di seluruh Timur Tengah dan Asia lebih rendah daripada di Eropa dan Amerika Serikat, tetapi jumlahnya terus meningkat. Hal itu memicu kekhawatiran bahwa Covid-19 akan membanjiri sistem perawatan kesehatan yang sering kali kekurangan dana.
Iran, yang telah mengalami wabah paling mematikan di Timur Tengah, telah menyerukan warganya untuk menghindari perjalanan selama Idul Fitri karena mereka berjuang untuk mengendalikan tingkat infeksi. Iran menutup sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah dan melarang perjalanan antarkota untuk liburan Tahun Baru Persia pada Maret, tetapi pembatasan baru-baru ini mereda. Menteri Kesehatan Saeed Namaki mengatakan bahwa negara itu berfokus keras untuk menghindari ”puncak baru penyakit” yang disebabkan oleh orang-orang ”tidak menghormati peraturan kesehatan”.
Di Uni Emirat Arab, otoritas setempat telah memperketat pembatasan. Selama bulan Ramadhan jam malam dimulai pukul 20.00. Penyebaran Covid-19 telah membuat komunitas di dunia Arab lebih prihatin, apalagi pada saat yang sama harga minyak anjlok. Situasi itu membuat negara-negara di Teluk menghadapi kesulitan keuangan.
Meskipun demikian, suasana perayaan tetap menghiasai kawasan itu. Di ibu kota Suriah, Damaskus, warga berdatangan ke pasar-pasar memburu pakaian dan makanan yang dijual dengan harga murah.
Gencatan senjata
Dari Afghanistan dilaporkan, Taliban mengumumkan gencatan senjata tiga hari selama liburan Idul Fitri mulai hari Minggu. Ini menjadi langkah mengejutkan setelah berbulan-bulan pertempuran berdarah dengan pasukan Afghanistan terjadi, setelah kelompok itu menandatangani perjanjian penting dengan AS pada Februari lalu. Presiden Ashraf Ghani dengan cepat menyambut tawaran para pemberontak dan memerintahkan pasukannya untuk mematuhi, sementara utusan AS ke Afghanistan memuji perjanjian itu sebagai ”peluang penting”.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial. ”Kepemimpinan Taliban menginstruksikan semua mujahidin Islam untuk mengambil langkah-langkah khusus demi keamanan warga negara dan tidak melakukan operasi ofensif terhadap musuh di mana pun,” kata Zabihullah.
Kelompok Taliban diperintahkan menahan diri, serta meminta tentara Afghanistan tidak diizinkan memasuki wilayah di bawah kendali Taliban. Sejak invasi AS pada 2001, hanya ada satu jeda dalam pertempuran; kejutan gencatan senjata tiga hari antara Taliban dan Kabul menandai perayaan Idul Fitri pada 2018. Saat itu, gencatan senjata diserukan oleh Presiden Ghani dan disambut baik kelompok Taliban. (AP/AFP)