Mal di Depok Belum Dibuka, Tunggu Evaluasi Hari Ini
Masih terjadinya penularan Covid-19, membuat Pemkot Depok mempertimbangkan untuk tidak membuka mal hingga angka reproduksi efektif (Rt) di bawah satu.
Oleh
Aguido Adri
·3 menit baca
DEPOK, KOMPAS — Pemerintah Kota Depok mempertimbangkan untuk tidak membuka mal di masa pembatasan sosial berskala besar proporsional. Pertimbangan tersebut diambil karena masih ada potensi besar penularan dan penyebaran virus Covid-19.
Wali Kota Depok Mohammad Idris mengatakan, rencana pembukaan mal pada 16 Juni mendatang akan ditunda karena masih ada kasus penyebaran Covid-19.
”Tren penyebaran Covid-19 di Kota Depok belum stabil dan angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 berada di angka satu. Jadi, kami akan mempertimbangkan kembali untuk membuka mal. Tergantung hasil evaluasi Sabtu 13 Juni (hari ini) nanti seperti apa. Jika tren Rt di bawah satu, mal dan tempat wisata bisa dibuka,” kata Idris, Jumat (12/6/2020).
Idris mengatakan, pembukaan mal dan tempat wisata akan mempertimbangkan kondisi dan perkembangan Covid-19 di Jabodetabek. Hal ini tak lepas dari mobilitas warga Depok menuju Jakarta atau sebaliknya yang sudah mulai beraktivitas.
Idris mengatakan, selama pemberlakuan pembatasan sosial kampung siaga (PSKS), ternyata masih ditemui penyebaran Covid-19 dan terjadi peningkatan kasus. RW yang sebelumnya masuk zona hijau kini masuk zona merah. Ada enam orang terkonfirmasi positif.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, hingga Kamis (11/6/2020), tercatat kasus konfirmasi positif 625 orang, sembuh 359 orang, dan meninggal 32 orang.
Adapun kasus yang masuk dalam kategori orang tanpa gejala (OTG) sebanyak 1.933 orang dengan rincian 1.386 orang telah selesai dipantau dan 547 masih dalam pemantauan. Orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 3.831 orang, dengan rincian 3.122 orang selesai dipantau dan 709 orang lainnya masih terus dipantau. Untuk pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 1.455 orang, selesai pengawasan 1.114 orang, dan 341 orang lainnya masih dalam pengawasan.
Audit rumah sakit di Bogor
Wali Kota Bogor Bima Arya mengumpulkan 21 pimpinan rumah sakit yang ada di Kota Bogor melalui saluran konferensi daring, Kamis. Pertemuan virtual tersebut digelar pasca-adanya kasus terkonfirmasi positif di lingkungan rumah sakit.
”Saya melakukan video conference dengan seluruh pimpinan rumah sakit di Kota Bogor, mengingatkan kembali untuk betul-betul memperhatikan protokol kesehatan. Semuanya akan kita audit lagi terkait dengan triase pasien, standar sarananya, standar ruang isolasi, APD, hand hygiene, pengolahan limbah, linen, sterilisasi ruangan, kewaspadaan outbreak, disaster plan RS, dan surveilan aktif RS. Kita audit semuanya,” kata Bima Arya.
Ia menambahkan, Pemkot Bogor berkoordinasi dengan rumah sakit ini untuk melakukan pemeriksaan keseluruhan dan secara rutin melakukan tes cepat dan tes usap kepada seluruh personel yang ada di rumah sakit. ”Kita berlakukan kepada semua, kewaspadaannya kita tingkatkan untuk semua,” kata Bima.
Menurut Bima, seharusnya semua rumah sakit siap dan telah melakukan antisipasi sebelum ada Covid-19. Hal itu karena sudah tervalidasi dalam parameter akreditasi rumah sakit. Bahkan, dalam peraturan perundang-undangan, RS juga diwajibkan melakukan mitigasi potensi-potensi infeksi.
Kepada pihak rumah sakit, Bima meminta, peningkatan kewaspadaan serta evaluasi tim pencegahan dan penanggulangan infeksi di RS.
”Serta menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas kasus pasien dalam pengawasan dan konfirmasi Covid-19 seperti kewaspadaan kontak dan droplet, kewaspadaan airborne pada prosedur yang menimbulkan aerosol. Selain itu, juga selalu monitoring dan evaluasi terkait penggunaan dan jumlah APD serta pengelolaan limbah rumah sakit,” kata Bima.
Dari data yang diterima Bima, dari kelompok tenaga kesehatan yang terinfeksi adalah dokter, perawat, radiografer, bidan, dan fisioterapi.
Kelompok tenaga kesehatan yang terinfeksi adalah dokter, perawat, radiografer, bidan dan fisioterapi.
”Sementara yang di luar tenaga kesehatan antara lain orang yang berobat ke rumah sakit, keluarga tenaga kesehatan, pasien yang sedang dirawat dan teknisi Ti di rumah sakit. Jangan sampai RS jadi episentrum baru Covid-19,” tutur Bima.