Semarang, Solo, dan Wonosobo Jadi Zona Merah di Jateng
Penetapan status zona tak hanya berdasarkan jumlah kasus, tetapi juga adanya transmisi lokal. Selain itu, jumlah kasus juga selalu meningkat. Jadi, adanya tren, baik linear maupun eksponensial, serta jumlah kematian.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Kota Semarang, Kota Solo, dan Kabupaten Wonosobo menjadi tiga daerah berkategori zona merah di Jawa Tengah. Hal itu, antara lain, karena adanya tren peningkatan kasus dan penularan yang berasal dari transmisi lokal.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo, Kamis (23/4/2020), mengatakan, definisi zona merah di setiap tempat sebenarnya berbeda. Ada yang syaratnya cukup satu kasus positif, tetapi ada juga yang melihat tren peningkatan jumlah kasus.
”Di Jateng, tak hanya dilihat kasus, tetapi juga adanya transmisi lokal. Selain itu, jumlah kasusnya selalu meningkat. Jadi, ada tren linear dan eksponensial. Selain itu, karena adanya kasus kematian akibat Covid-19,” kata Yulianto.
Ia menambahkan, Kota Semarang dan Kota Solo (Solo Raya) merupakan dua daerah dengan persebaran cukup banyak. Sementara di Wonosobo terdapat peningkatan kasus, khususnya terkait dengan kluster Ijtimak Ulama Zona Asia di Gowa, Sulawesi Selatan.
Menurut data Pemprov Jateng, hingga Kamis (23/4/2020) pukul 22.09, tercatat 493 kasus positif Covid-19 di Jateng dengan rincian 371 orang dirawat, 62 orang sembuh, dan 60 orang meninggal. Selain itu, terdapat 1.143 pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat dan 26.884 orang dalam pemantauan (ODP).
Kota Semarang dan Kota Solo (Solo Raya) merupakan dua daerah dengan persebaran cukup banyak.
Hingga Kamis malam, di Kota Semarang terdapat 147 kasus positif Covid-19 akumulatif, sedangkan di Kota Solo total ada 15 kasus positif Covid-19 akumulatif (tidak termasuk data kabupaten-kabupaten di Solo Raya). Adapun di Wonosobo, terdapat 23 kasus positif Covid-19.
Yulianto menuturkan, salah satu upaya membendung laju penyebaran ialah dengan memperbanyak tes usap (swab) dengan polymerase chain reaction (PCR). Hingga kini, total 5.710 sampel yang diperiksa di Jateng dari 2.885 orang.
Saat ini pemeriksaan PCR bisa dilakukan di Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga dan Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret Solo, serta didukung Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta. Total kapasitas pemeriksaan sebanyak 325 sampel per hari.
”Saat ini, hasil pemeriksaan bisa keluar lebih cepat dari sebelumnya, menjadi 1-3 hari. Dalam beberapa hari ke depan, tempat pemeriksaan akan ditambah, di RS Moewardi Solo, RS Kariadi Semarang, RSN Diponegoro Semarang, dan lainnya,” kata Yulianto.
Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, saat meresmikan laboratorium tes PCR di RSN Diponegoro, Rabu (22/4/2020), mengatakan, lokasi RS milik Universitas Diponegoro itu strategis. Dengan demikian, bisa didorong menjadi RS khusus Covid-19.
”Apalagi di sini pasiennya belum banyak, dari informasi baru sekitar 26 persen. RS ini agak jauh dari permukiman dan keramaian. Dengan demikian, kalau ada orang yang takut karena literasinya rendah, relatif nyaman dengan keputusan ini,” kata Ganjar.