Ahli Kesehatan: Pelaksanaan PSBB Mendesak di Manado
Ahli kesehatan pesimistis wabah Covid-19 di Manado dan daerah lain di Sulawesi Utara dapat segera teratasi jika PSBB tidak dilaksanakan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Ahli kesehatan pesimistis wabah Covid-19 di Manado dan daerah lain di Sulawesi Utara dapat segera teratasi jika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak dilaksanakan. Dalam jangka panjang, ketidakjelasan kebijakan yang tak diiringi pengurangan jumlah kasus baru dapat menjatuhkan perekonomian lebih dalam.
Dalam diskusi dalam jaringan bertopik ”Urgensi Penerapan PSBB di Sulut”, Rabu (6/5/2020), Ketua Tim Klinis Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou, Manado, Suryadi Tatura, menyatakan pesimistis wabah Covid-19 akan segera berlalu dari Sulut pada September mendatang sesuai prediksi. ”Kalau suasana kota ramai terus seperti Manado saat ini, masyarakat terus beraktivitas di luar, saya tidak yakin,” katanya.
Manado telah ditetapkan sebagai daerah transmisi lokal sejak Maret lalu. Pemerintah kota pun telah menerbitkan surat edaran untuk menutup pusat perbelanjaan, tempat hiburan, sekolah, panti pijat, dan pusat keramaian lainnya. Pemerintah Provinsi Sulut juga telah mengeluarkan peraturan gubernur berisi imbauan untuk mencegah penularan.
Namun, hingga kini masih ada 45 kasus positif Covid-19 di Sulut, 24 pasien di antaranya dalam perawatan. Sebanyak 25 kasus positif dan 12 orang yang masih dirawat berasal dari Manado. Selama enam hari terakhir belum ada penambahan kasus baru karena sebagian besar sampel masih diuji di Jakarta serta Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Manado yang baru beroperasi Senin (4/5/2020) lalu.
Menurut Suryadi, pertambahan kasus masih jauh dari puncak. Bahaya semakin besar karena secara ilmiah transmisi Covid-19 belum benar-benar dimengerti. Bahkan, setidaknya ada lima pedoman penanganan Covid-19 yang berbeda dari beberapa organisasi profesi kesehatan.
Menurut Suryadi, hal ini disebabkan mutasi virus korona yang ada di Indonesia. ”Menurut penelitian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, sifat dan struktur virus korona (SARS-CoV-2) di Indonesia berbeda dengan tiga jenis virus korona lainnya di dunia. Kita juga tidak tahu, apakah tipe yang lain juga sudah ada di Manado,” katanya.
Jika masyarakat terus beraktivitas di luar rumah seperti biasa seperti saat ini, transmisi kemungkinan akan lebih cepat dan tingkat mortalitas meningkat. Karena itu, Suryadi mendorong pemerintah daerah memberlakukan PSBB, setidaknya di Manado. Aturan dan sanksi yang ketat perlu diberlakukan agar warga memilih diam di rumah.
Dibutuhkan ketegasan pemerintah daerah, termasuk dalam menerapkan prosedur penanganan Covid-19. Warga yang sudah terkonfirmasi positif, meskipun tak bergejala, misalnya, dapat dikarantina di rumah selama satu bulan penuh. Ini dapat mencegah penularan secara efektif.
”Banyak penyebar virus yang tak memperlihatkan gejala. Rata-rata dapat menularkan penyakit ke satu hingga lima orang. Karena itu, kalau dia dikarantina dan dirawat sebulan bersama anggota keluarga lainnya, dipastikan virus itu mati,” katanya.
Suryadi mengapresiasi warga perdesaan di area Minahasa dan Minahasa Tenggara yang telah menerapkan karantina wilayah secara mandiri. ”Anehnya, di Manado yang notabene daerah transmisi lokal malah ramai luar biasa,” ujarnya.
Kalau kasus positif dan PDP bertambah terus, imbas ekonominya makin buruk.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan, ketaatan masyarakat pada imbauan menjaga jarak, menggunakan masker, dan berdiam di rumah sangat penting demi perekonomian Sulut dalam jangka panjang. Semakin lama penanganan Covid-19, perekonomian akan semakin anjlok.
”Selama Januari-Maret 2020, pertumbuhan ekonomi Sulut sudah 4,7 persen, turun dari 5,66 persen sepanjang 2019. Kami tidak bisa memperkirakan kapan perekonomian akan kembali meningkat kalau puncak pandemi ini belum terlihat. Kalau kasus positif dan PDP (pasien dalam pengawasan) bertambah terus, imbas ekonominya makin buruk,” tutur Arbonas.
Tanpa pemberlakuan PSBB pun, perekonomian Sulut sudah jauh melambat. Di sektor pariwisata, misalnya, badan usaha seperti restoran, hotel, jasa pariwisata, transportasi udara, serta usaha mikro, kecil, dan menengah telah nyaris berhenti beraktivitas. PSBB pun akan menghentikan aktivitas usaha sepenuhnya.
”Kami menunggu adanya tanda-tanda pemulihan, misalnya jumlah pertambahan kasus baru menurun, jumlah PDP menurun, dan sebagainya. Ini susah kalau di saat yang sama masyarakat tidak mendisiplinkan diri,” kata Arbonas. Ia khawatir sektor perdagangan dan pertanian akan terdampak. Jika kasus semakin banyak dan warga jadi takut ke pasar, transaksi bahan pangan akan menurun. Petani juga akan berhenti menanam.
Sementara itu, juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, kembali mengimbau masyarakat untuk menaati imbauan menjaga jarak, mengenakan masker, dan beraktivitas di rumah. Terkait PSBB, ia menyatakan mendorong pemerintah di tiga kota/kabupaten untuk mempertimbangkannya.
Kepala Dinas Kesehatan Manado Ivan Sumenda Marthen menyatakan telah membentuk satuan tugas surveilans Covid-19. Tidak hanya petugas Dinas Kesehatan yang dilibatkan, tetapi juga pemerintah lokal, yaitu camat, lurah, dan kepala lingkungan, serta puskesmas. ”Mereka inilah garda terdepan untuk mengawasi dan mencegah penularan di Kota Manado. Jangan sampai terjadi penyebaran yang tak terkendali,” ucapnya.