Kesiagaan Petugas Tetap Tinggi di Tengah Larangan Mudik
Korps Lalu Lintas Polri memprediksi tidak ada lonjakan kendaraan menjelang Lebaran 2020 sesuai larangan mudik pemerintah. Meski demikian, rekayasa lalu lintas tetap disiapkan.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri/Ismail Zakaria
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Korps Lalu Lintas Polri memprediksi tidak ada lonjakan kendaraan menjelang Lebaran 2020 sesuai dengan larangan mudik pemerintah. Meski demikian, rekayasa lalu lintas tetap disiapkan.
”Jalanan sepi sekali. Malah, saya khawatir pengemudi injak pedal gas semakin dalam. Ini membahayakan,” ujar Direktur Penegakan Hukum Korlantas Polri Brigjen (Pol) Kushariyanto saat memantau arus kendaraan di Gerbang Tol (GT) Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (18/5/2020).
Arus kendaraan yang sepi tampak di GT Palimanan. Dari 14 pintu utama, hanya 4 pintu yang beroperasi ke arah Jawa. Antrean kendaraan pun nihil. Sepuluh pintu tol tambahan juga tak beroperasi. Biasanya, jelang Lebaran seperti saat ini, arus kendaraan ramai lancar.
Jalanan sepi sekali. Malah, saya khawatir pengemudi injak pedal gas semakin dalam. Ini membahayakan.
Kepala Satlantas Polresta Cirebon Komisaris Elsie Fitria menambahkan, rekayasa lalu lintas disiapkan di GT Palimanan jika terjadi lonjakan kendaraan. ”Kalau antrean kendaraan mencapai 1,5 kilometer, pintu tol tambahan akan dibuka. Total ada 28 pintu tol. Kalau masih ada antrean, kami akan koordinasi dengan Polres Majalengka untuk mengalihkan kendaraan keluar dari GT Sumberjaya,” paparnya.
Namun, Elsie meyakini tidak ada lonjakan kendaraan jelang Lebaran. Meski demikian, 25 personel Polri tetap bersiaga setiap hari di GT Palimanan. Unsur lainnya dari TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, satpol PP, dan petugas puskesmas setempat turut serta.
Apalagi masih ada kendaraan yang melanggar larangan mudik. Hingga Senin sore, misalnya, Satlantas Polresta Cirebon meminta tujuh kendaraan putar balik ke arah Jakarta karena terindikasi mudik. Selain di GT Palimanan, pos penyekatan juga berada di daerah Rawagatel dan Dukupuntang.
Yapto, petugas BPBD Kabupaten Cirebon yang bersiaga di GT Palimanan, mengatakan, salah satu kendala penyekatan di GT Palimanan adalah minimnya personel. Di GT Palimanan, BPBD menurunkan tiga personel yang dibekali vitamin, jamu, dan alat pelindung diri.
”Saya bertugas 12 jam sehari. Setelah dua hari jaga, libur satu hari. Lumayan capek. Kalau pulang, langsung pijat. Apalagi, saya bawa tabung disinfektan yang beratnya 15 liter,” tutur Yapto yang bertugas menyemprotkan cairan disinfektan ke kendaraan.
Pemudik di Sape
Di Nusa Tenggara Barat, keputusan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melarang semua kapal dan feri mengangkut penumpang ke daerah itu membuat pemudik asal NTT tertahan di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Sape Andy Amran, yang dihubungi dari Mataram, mengatakan, pemudik tujuan NTT masuk ke Sape mulai 12 April 2020. ”Awalnya masuk 50 orang. Setelah itu, masih ada dua gelombang lagi, jumlahnya lebih dari 100 orang,” kata Andy.
Hanya saja, sejak awal kedatangan, para pemudik yang merupakan pekerja di Pulau Jawa, Bali, dan Mataram itu tertahan, tidak bisa berangkat.
Hal tersebut karena Bupati Manggarai Barat mengeluarkan surat yang melarang semua operator kapal yang meliputi angkutan laut dan kapal angkutan penyeberangan tujuan Labuan Bajo tidak boleh memuat penumpang pada rentang waktu 13 April sampai 30 Mei 2020. Operasionalisasi kapal hanya diperbolehkan untuk logistik.
Andy menyebutkan, pihaknya tidak tinggal diam. Mereka lalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB. Kepala Dinas Perhubungan NTB Lalu Bayu Windia mengatakan, pihaknya langsung berkomunikasi dengan Dinas Perhubungan NTT.
Secara keseluruhan, hingga keberangkatan terakhir pada Kamis, 23 April, para pemudik tujuan NTT itu dalam kondisi sehat.