Anggaran Penanganan Covid-19 di Karawang Capai Rp 162 Miliar
Pemkab Karawang, Jawa Barat, menyiapkan anggaran belanja tidak terduga Rp 162 miliar guna mempercepat penanganan Covid-19. Sekitar 31,93 persen dana tersebut telah digunakan untuk jaring pengamanan sosial.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, menyiapkan anggaran belanja tidak terduga sebesar Rp 162 miliar guna mempercepat penanganan Covid-19. Sekitar 31,93 persen dana tersebut telah digunakan untuk jaring pengamanan sosial dan bidang kesehatan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Karawang Acep Jamhuri, Selasa (16/6/2020), mengatakan, anggaran itu berasal dari realokasi sejumlah program, perjalanan dinas, dan penundaan pembangunan infrastruktur tahun ini. Salah satu kegiatan tahunan yang batal diadakan adalah Festival Goyang Karawang 2020.
Berdasarkan data Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karawang per 3 Juni 2020, realisasi anggaran belanja tidak terduga (BTT) penanganan Covid-19 di Karawang Rp 51,724 miliar atau 31,93 persen dari total keseluruhan. Dana Rp 31,934 miliar digunakan untuk bidang kesehatan, yakni penyediaan sarana-prasarana kesehatan, fasilitas kesehatan, pemberian insentif tenaga kesehatan, penyemprotan disinfektan, penyewaan rumah singgah, serta penanganan jenazah korban Covid-19.
Guna mempercepat penanganan dan pelacakan, Pemkab Karawang membeli alat uji reaksi berantai polimerase (PCR) yang diletakkan di RS Khusus Paru (RSKP) Jatisari Karawang dan RS Umum Daerah (RSUD) Karawang pada pertengahan April lalu. Kapasitas pengujian yang dapat dilakukan 32 sampel spesimen di RSKP Karawang dan 16 sampel spesimen di RSUD Karawang.
Sementara itu, Rp 19,789 miliar dimanfaatkan sebagai jaring pengamanan sosial. Bulan April lalu, bantuan sosial diberikan bagi sedikitnya 25.000 keluarga terdampak Covid-19 di Karawang.
Acep berharap anggaran ini cukup untuk seluruh penanganan Covid-19 di Karawang. Pihaknya pun terus berupaya menekan penyebaran virus dengan melakukan tes usap tenggorokan massal di beberapa lokasi.
Ia menargetkan sedikitnya 250 orang bakal menjalani tes usap setiap dua hari sekali. Tes usap dilakukan di puskesmas atau pasar tradisional di setiap kecamatan. Pengecekan diutamakan bagi orang dalam pemantauan (ODP) dan orang tanpa gejala (OTG) untuk memastikan ada tidaknya terjangkit Covid-19.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Karawang Yayuk Sri Rahayu mengatakan, hingga hari ini, ada 1.078 sampel yang diuji di kedua rumah sakit milik pemda tersebut.
Tes tersebut harus dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19. Terlebih Karawang masih termasuk dalam zona kuning dan melanjutkan pembatasan sosial berskala besar hingga 26 Juni 2020. Pemkab Karawang bakal lebih giat menggelar tes ini hingga menuju adaptasi kebiasaan baru.
Juru bicara Tim Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 Karawang, Fitra Hergyana, menambahkan, banyaknya peserta tes massal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sudah menyadari pentingnya saling menjaga diri dan sesama di tengah wabah seperti ini. Ia meminta masyarakat tetap disiplin dan menerapkan protokol kesehatan.
”Karawang belum menjalankan adaptasi kebiasaan baru dan masih melanjutkan PSBB. Kami mohon kerja sama dari masyarakat agar tetap patuh,” ucap Fitra.
Total pasien Covid-19 di Karawang ada 24 orang. Sebanyak 20 orang di antaranya sembuh dan 4 orang masih dirawat. Tiga kasus baru ini hasil dari pengecekan tes usap massal pada Jumat (12/6/2020). Mereka adalah orang tanpa gejala yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar kota dan kontak dekat dengan pasien positif Covid-19.
Karawang belum menjalankan adaptasi kebiasaan baru dan masih melanjutkan PSBB. Kami mohon kerja sama dari masyarakat agar tetap patuh.
Adapun satu kasus terkonfirmasi Covid-19 diumumkan pada Selasa (16/6/2020) sore. Pasien berumur 42 tahun dan sebelumnya dirawat di dua rumah sakit swasta dengan gejala awal demam berdarah dengue. Pelacakan dilakukan lebih luas dengan memeriksa orang-orang yang kontak erat dengan pasien, yakni keluarga dan fasilitas kesehatan yang dikunjunginya.
Menurut Fitra, penambahan pasien ini sesuai dengan perkiraan timnya karena adanya aktivitas dan pergerakan warga yang cukup tinggi setelah Lebaran. ”Kami sangat khawatir adanya kasus baru ini. Semoga tidak penambahan lagi ke depannya,” kata Fitra.